Aku lagi gabut, jadi update 2 hari ini 😆
Good night, everyone!
"Aku mau tidur dulu bentar. Masih jam setengah lima, mayan bisa tidur satu setengah jam. Nanti lanjut tidur lagi di sekolah," kata Athar. "Bye, San! Thanks, yak!"
"Yoo, hati-hati ya, Njing!" kataku.
Athar mengacungkan jempol lantas pergi dari rumahku. Aku masuk ke dalam rumah, menenteng helm di tangan. Gerbang aku tutup kembali, lantas helm aku letakkan di tempatnya.
Huh, matahari belum terbit juga ternyata. Aku memasuki rumahku dari luar.
Ceklek.
Sepi. Masih belum ada yang bangun kah?
Aku menutup pintu rumah dan berjalan pelan-pelan naik ke kamar.
"Habis dari mana?"
Langkahku terhenti. Aku menengok pelan, kulihat Bundaku berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"Eh? Bunda?"
Aku terkejut melihat Bunda. Kapan Bunda kemari?
"Olive!" Suara Nenek dari dapur memanggil.
Bunda memicingkan mata melihatku, mengintimidasi.
"Sini kamu!" Bunda menyuruhku mengikutinya ke dapur.
Huh. Mampus aku. Aku menggaruk kepalaku sejenak dan berjalan membuntuti Bunda di belakang.
"Nek! Cucu Nenek nih! Baru balik dia!" lapor Bunda.
"Eh, Dharsan? Ke mana aja kamu?" tanya Nenek sambil memegang sendok penggorengan di tangannya. "Pergi nggak bilang-bilang!"
"Mana lama lagi! Subuh-subuh udah ngilang aja kamu. Ke mana?" tanya Bunda melipat tangan depan dada.
"Anu..." Aku menarik kursi meja makan. "Jalan-jalan cari angin."
"Dari jam berapa?" tanya Bunda.
"Setengah tiga."
"Setengah tiga?!!" Nenek dan Bunda serempak mendelik.
"Ngapain kamu jam setengah tiga keluar nggak bilang-bilang? Mau cari preman jalanan kamu, hah?" Nenek mengangkat sendok penggorengannya menunjukku.
"Kamu tau jam setengah tiga itu jam berapa?" tanya Bunda. "Pasar aja baru buka jam tiga!"
"Dharsan tadi mimpi buruk, jadi nggak bisa tidur. Dharsan mimpiin kejadian itu lagi," ucapku jujur.
Bunda dan Nenek terdiam.
"Tadi kebetulan Athar belum tidur. Trus dia ajakin Dharsan keliling karena mau curhat soal Yunda. Ya udah Dharsan iya-in aja. Lumayan cari angin pagi-pagi. Jadi ... gitu deh." Aku menggidik bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DHARSAN'S DIARY
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN 2 "Apa nggak ada jalan lain? Apa kita memang harus berakhir seperti ini?" Air mata menyertai pedih yang dikecap hati. "Semua udah hancur dari awal. Kita hancur." .𖥔 ݁ ˖ִ ࣪⚝₊ ⊹˚ INI ADALAH LANJUTAN UNSPOKEN 2, BUAT YANG BELUM BACA...