Bagian 24

236 23 6
                                    

Matahari sudah mulai terbenam, setelah selesai membantu karyawan membuatkan pesanan pelanggan mereka berpamitan
untuk pulang karena hari sudah malam.

Di sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara keduanya larut dalam pikirannya masing-masing.

"Eh Lo kenapa?" tanya Gilang kaget ketika merasakan Angel yang berada dibelakang hampir terjatuh.

"Hehe gue ngantuk," jawab Angel jujur.

"Kalau capek tidur aja nanti sampai rumah gue bangunin, pegangan nanti Lo jatuh." Gilang tahu Angel tidak terbiasa bekerja dari penampilannya bisa dilihat kalau ia anak orang kaya.

Angel memeluk perut Gilang erat ia menenggelamkan kepalanya di punggung Gilang, lalu ia memejamkan matanya.

"Lucu." Gilang tersenyum melihat Angel dari kaca spionnya.

Sesampainya di halaman rumah, Gilang membangunkan Angel.

"Angel bangun kita udah sampai."

"Udah sampai ya?" tanya Angel dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

"Iya, sebaiknya Lo istirahat di kamar," saran Gilang.

"Hm." Angel turun dari motor badannya hampir terjatuh untung Gilang langsung memegangnya.

"Lo ga papa?" tanya Gilang khawatir.

"Ga papa, cuma efek kantuk aja."

"Ya udah ayo masuk biar bisa istirahat di kamar." Ia memegang tangan Angel takut kalau nanti perempuan itu terjatuh lagi.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, ayo makan malam dulu." Mereka sudah berada di meja makan.

"Kalian duluan aja makannya, Angel permisi ke kamar dulu." Ia ingin segera berbaring, badannya pegal-pegal mungkin karena ia tidak terbiasa bekerja.

"Lo ga makan dulu?" tanya Gilang.

"Gue belum lapar." Lalu ia pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kalian dari mana saja?, Kenapa wajah Angel kelihatan capek gitu?," Mereka mengintrogasi Gilang.

"Kita ke cafe, Gilang udah bilang ke Angel ga usah nolongin para karyawan tapi ia tetap membantu mereka melayani pelanggan," jelas Gilang.

"Gilang merasa bersalah karena udah biarin ia kerja, dilihat dari penampilannya ia seperti anak orang kaya."

"Dan kata karyawan di cafe Angel sering datang ke cafe untuk memesan makanan, katanya sih untuk para temannya."

"Iya Ayah juga mikirnya gitu, tapi kehidupannya tidak seberuntung anak diluaran sana."

"Kita masih beruntung punya Ayah Bunda walaupun hidup kita sederhana tapi keluarga kita masih utuh dan sangat harmonis," ujar Syifa.

"Harta bisa dicari tapi kasih sayang dari keluarga susah didapatkan."

"Hm udah ayo lanjutkan lagi makannya," ujar Bunda.

"Bun, Syi pamit ke kamar dulu ya sekalian ingin lihat keadaan Angel." Setelah selesai membantu Bunda mencuci piring Syifa pergi kekamar.

Sesampainya dikamar Syifa melihat Angel tertidur pulas, "Angel bangun mandi dulu sana terus makan setelah itu baru tidur lagi."

"Hm bentar lagi gue masih ngantuk."

"Harus sekarang ga baik anak perawan mandi malam."

"Iya ini gue mau mandi." Lalu ia berdiri dan pergi ke kamar mandi.

"Jangan tidur di kamar mandi lagi." Syifa tertawa.

Tiga puluh menit sudah berlalu akhirnya Angel keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur lalu ia ikut merebahkan dirinya disamping Syifa.

"Syi ada cemilan ga?" tanya Angel kepada Syifa.

"Cemilan gue udah habis, gue belum beli lagi."

"Yah padahal gue pengen ngemil." Lalu ia bangkit dari tempat tidur dan mengambil jaket serta kunci motor.

"Mau kemana Lo?"

"Ke supermarket mau beli cemilan," jawab Angel.

"Besok aja, udah malam loh ini," cegah Syifa.

"Sebentar aja kan supermarket nya juga ga jauh dari sini."

"Tetap ga boleh Angel Ini udah malam loh jalanan juga sudah sepi nanti kalau Lo kenapa-kenapa gimana?, Ayah sama Bunda juga ga akan ngebolehin Lo keluar."

"Insyaallah aman, jangan sampai mereka tahu setelah dari supermarket gue langsung pulang."

"Keras kepala banget tuh anak." Syifa hanya pasrah melihat Angel keluar dari kamar dan dalam hati ia berdoa semoga Angel ga kenapa-kenapa.

Angel berjalan sangat pelan takut nanti ada yang melihat ia keluar, ia lega karena sepertinya para penghuni rumah sudah tidur.

"Untung aja mereka sudah tidur." Setelah sampai di halaman rumah ia tersenyum karena tidak ada yang mengetahui ia keluar.

"Ehem." Angel kaget mendengar deheman seseorang, ia berbalik badan dan melihat Gilang sudah menatapnya tajam.

"Mau kemana malam-malam begini?"

"Mau ke supermarket beli cemilan." Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kan masih ada hari besok kenapa harus malam-malam begini?" Gilang tidak habis pikir dengan jalan pikiran Angel.

"Gue maunya sekarang."

"Ga boleh udah malam, ayo masuk atau mau gue bilang sama Ayah Bunda kalau Lo keluar," ancam Gilang.

"Ga seru ih Lo mainnya ngancem," kesal Angel.

"Udah ga usah sok ngambek, ayo masuk." Gilang menarik jaket Angel dan membawanya ke dapur.

"Makan dari tadi Lo belum makan kan?"

"Gue ga mau makan, maunya ngemil."

"Jangan terlalu dibiasakan nanti perut Lo sakit." Gilang mengambilkan makanan untuk Angel.

"Nih makan gue ga suka di bantah," ujar Gilang tajam.

Akhirnya Angel menurut dan memakan makanan yang telah disiapkan Gilang, ia takut melihat wajah Gilang yang sudah seperti singa yang siap menerkam musuhnya kapan saja.

"Nah gitu dong, kan kalau nurut gitu tambah cantik," ujar Gilang refleks.

"Iya tau gue udah cantik dari lahir," ujar Angel.

"Eh Lo salah dengar, cepetan makan gue ngantuk," ujar Gilang salting.

"Kok salting gitu sih kan gue cuma bercanda." Ia tertawa melihat Gilang yang salah tingkah.

"Eh sorry itu ada nasi di bibir Lo." Gilang mengambil nasi di bibir Angel.

njir gue kok salting gini sih Angel membatin.

"Hahaha kok wajahnya merah gitu sih, kan gue cuma ambil nasi di bibir Lo." Gilang tertawa melihat wajah Angel seperti kepiting rebus.

"Ah udah sana Lo tidur katanya udah ngantuk," usir Angel.

"Gue mau nungguin Lo sampai selesai makan, nanti Lo malah kabur lagi."

"Udah selesai." Ia membersihkan meja makan dan mencuci piring makannya.

*******

Jangan lupa follow, vote dan komen

Stay tune dan share cerita ini keteman kalian

Follow Ig: nurhai_rani

See you next part 🤗

Salam manis dari akuu❤️

ANGEL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang