Takdir

358 45 1
                                    

Selamat membaca :)
.
.

Jeno menghubungi salah satu rekan kerja yang bekerja di dunia medis. Ia sangat berhati-hati terhadap semua orang. Oleh sebab itu, orang yang diberi tugas langsung darinya adalah orang-orang terpilih. Hari ini ia mengundang Selena dan Logan untuk datang ke rumah mewah pribadinya.

"Silahkan nona dan tuan muda sudah ditunggu oleh tuan Jeno di dalam"

Selena menganggukkan kepala sejenak dan mengikuti arahan sang pelayan dengan menggenggam erat putranya. Rumah ini sungguh besar, apakah ada keluarga besar Jeno disini? Ia merasa takut dan belum siap secara mental. Tapi setelah sampai di ruang tengah ia hanya mendapati Jeno dengan seorang menggunakan jas dokter disampingnya.

"Duduklah"

Logan yang melihat ayah ralat calon ayah kandungnya hanya tersenyum manis sampai matanya membentuk bulan sabit.

"Perkenalkan ini Dokter John, dia salah satu orang yang bisa aku percayai"

"Halo! Saya Kim Johnny biasa dipanggil John"

"Karena kita berdua sama sama cukup terkenal ada baiknya kita merahasiakan hal ini dahulu terutama kepada orang terdekat. Jangan beritahu hal ini kepada siapapun sampai hasilnya keluar nanti. Kamu paham?" perintah Jeno mutlak

Selena agak menyerit kala mendengar cukup terkenal. What? Cukup katanya padahal Jeno sangat populer di segala kalangan usia. Ia hanya bisa menghela nafas dan mengangguk pasrah mengikuti kemauan Jeno. Lagipula itu bukanlah hal buruk.

"Oke, John kamu bisa mulai"

"Baik tuan"

Mereka mulai melakukan serangkaian tes DNA di rumah mewah tersebut. Ingat Jeno sangat kaya! Hal ini tentu sangat mudah untuknya. Dokter John mengabari kalau hasilnya akan keluar dalam 2 minggu ke depan. Jadi sesuai kesepakatan, mereka yang berada di ruangan ini harus tutup mulut sampai waktunya tiba.

Dokter John segera pamit karena tugas awalnya sudah dikerjakan yaitu mengambil sampel. Suasana kembali menjadi hening dan canggung. Selena sebenarnya sudah merasa tak nyaman karena beberapa pelayan muda di rumah ini menatap tak suka padanya.

"Karena sudah selesai apakah saya dan Logan sudah boleh pulang?"

"Mom, apakah harus langsung pulang? Logan masih ingin bersama Daddy!"

"Sayang.. em.. gini—"

"Tak apa jika kamu ingin pulang, Logan bisa bersama saya disini. Saya tidak merasa keberatan" ujar Jeno karena merasa tak enak melihat tatapan sendu anak lelaki itu. Meski ia belum tau apakah ini anak kandungnya atau sekedar mirip saja dengannya.

"Eh? Benarkah?"

"Iya, mungkin kamu ada beberapa pekerjaan yang ditunda karena saya memanggil bukan di waktu weekend"

Selena ragu meninggalkan Logan pada Jeno. Ia belum pernah menitipkan putranya pada seseorang yang baru dikenal. Ia hanya menitipkan Logan pada Hina saja karena hanya dia yang Selena percaya. Disisi lain, ini adalah pertama kalinya bagi Jeno bersikap formal pada seorang wanita. Biasanya wanita-wanita cantik itu yang menghampiri dirinya secara sukarela dan menggodanya atau sebaliknya, tetapi Selena berbeda. Ia terkesan menjaga jarak dengan lawan jenis dan hanya pada Logan saja ia bersikap lembut. Sebenarnya melihat keduanya membuat hati Jeno yang kosong seperti terisi penuh. Bahkan secara tak sadar Jeno mulai memperlihatkan senyum tulusnya walau tipis pada kedua orang dihadapannya.

"Baiklah, tapi saya akan menjemput Logan disini lagi pukul 6 sore"

"Tentu, rumah ini tak akan pindah atau menghilang dalam sekejap Mrs. Selena. Kamu bisa menjemput Logan kembali disini"

"Yasudah, mommy pamit ya Logan! Kamu baik-baik disini jangan nakal oke!"

"Oke mom, thank you"

"Hm... Saya pamit permisi" ujar Selena lalu membungkuk

***

Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore sudah waktunya Selena menjemput Logan di rumah Jeno. Ia segera melajukan mobilnya ke sana. Sesampainya di sana terlihat Logan sudah terlelap di salah satu kamar mewah.

"Dimana lokasi apartemen milikmu?"

"Untuk apa?"

"Ini sudah menjelang malam, kamu juga terlihat lelah. Saya hanya tidak mau terjadi sesuatu pada kalian berdua sebelum saya mengetahui kebenarannya"

"Ah! Terimakasih atas kemurahan hatinya tapi saya masih sanggup untuk menyetir mobil sendiri. Saya sudah terbiasa, jadi tidak perlu takut"

"Tidak! Biarkan supir pribadi saya yang membawa mobilmu"

"Tidak perlu Mr. Jeno, saya benar-benar bisa membawa mobil sendiri. Saya tidak akan lari"

Perdebatan keduanya membangunkan Logan yang tertidur pulas

"Mommy..."

"Sayang kamu sudah bangun? Maafkan mommy karena terlalu ribut"

"Gapapa mom, apakah kita akan pulang sekarang?"

"Ya, ayo cuci mukamu lalu kita pulang"

"Oke mom"

"Pak Yoon akan mengantarkan kalian pulang"

"Astaga sudah aku bilang aku bisa sendiri"

"Berhenti keras kepala! Ikuti saja perintah saya"

"Dasar otoriter" dengan suara kecil

"Apa kamu bilang?"

"Tidak ada"

Akhirnya Selena dan Logan diantar oleh Pak Yoon menuju apartemen. Jeno memiliki sifat dominan dan mutlak sedangkan Selena memiliki sifat keras kepala dan berjiwa bebas. Keduanya saling bertolak belakang. Entah apa jadinya jika mereka disatukan.

***

Waktu terus berjalan, tak terasa sudah 2 minggu lamanya. Jeno dan Selena sepakat bertemu di salah satu restoran mewah milik sang pria. Dalam ruangan itu, 3 orang diantaranya tak sabar menanti hasilnya. Ada yang menanti dengan gugup, was-was, dan antusias.

"Jadi dari sampel hasil DNA yang diambil, kalian bertiga memiliki hasil kecocokan.....
























99%, itu yang dapat saya sampaikan untuk lebih jelasnya... *bla bla bla*"

Rasa pusing langsung menyerang Selena saat itu juga. Ia tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan dokter John setelahnya. Tak jauh berbeda dengan keadaan Jeno, banyak sekali pertanyaan dibenaknya salah satunya bagaimana wanita ini bisa mendapatkan miliknya? Suasana menjadi kacau selanjutnya.
.
.

To be continued

Please! Be my Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang