Stay with me (3)

349 39 1
                                    

Selamat membaca:)
.
.

Mereka bertiga kembali lagi ke rumah pribadi Jeno. Di dalam hanya terdapat beberapa penjaga dan pelayan yang memang tidak pernah ikut menghina dirinya. Jeno benar - benar memecat seluruh pelayannya yang berkelakuan buruk terhadapnya dan Logan.

"Kalian bisa kembali ke kamar. Jika ada sesuatu segera laporkan pada Daddy. Oke?" sambil bercanda dengan Logan

"Haha.. iya dad! Ayo mommy"

Logan sempat kecewa dengan ayahnya karena tidak membela ibunya saat dihina kemarin-kemarin. Akan tetapi, setelah ayahnya mencari mereka tadi ia menghilangkan rasa kecewanya, karena itu membuktikan bahwa ayahnya masih peduli dan perhatian pada mereka. Pada dasarnya memang sifat sang ayah yang lebih suka menunjukkan sesuatu lewat tindakan dibanding lisan dan itu membuatnya kagum.

"Sel, bisa kita bicara berdua nanti?"

"Ya"

"Yasudah, selamat malam"

Selena dan Logan segera masuk ke dalam kamar untuk membereskan kembali barang-barang mereka dan membersihkan diri. Beruntung mereka sudah makan malam di kedai tadi, jadi Logan bisa langsung istirahat. Setelah dirasa putranya sudah tertidur lelap, ia akan berbicara empat mata dengan Jeno.

Terdengar suara ketukan dari luar kamarnya, dan ia membuka pintu tersebut.

"Maaf mengganggu"

"Gapapa, masuklah kita ngobrol di dalam"

"Apakah bisa di ruang tengah saja?"

Hei! Apakah lelaki itu lupa kalau ia belum pernah berduaan dengan lelaki manapun kecuali anaknya. Ia sudah diajak untuk mengobrol hanya berdua di dalam kamar lelaki itu. Wajar saja kan bila pikirannya menjadi hal yang tidak-tidak.

"Hahaha.. aku tidak akan macam-macam Sel... Yah walau dulu mereka yang masuk ke kamar bersamaku tidak bisa berjalan di esok paginya"

Selena melotot mendengar hal itu. Ia saja memegang tangan laki-laki jika di acara tertentu, terutama kepada para penggemar karyanya. Bahkan berbicara pada lawan jenis kecuali anak kecil dan lansia, ia butuh ditemani oleh Hina. Karena lama menjawab Jeno segera menarik Selena masuk dan menutup pintunya.

"Hah... Jadi apa yang mau dibicarakan?" tanya Selena meminimalisir detak jantungnya yang begitu cepat

"Duduklah dulu di sofa"

Kamar Jeno begitu besar dan lengkap. Bagaimana tidak? Terdapat satu ranjang berukuran king size, TV LED besar, kulkas, dan dua sofa besar. Jangan lupakan balkon yang menghadap ke arah ibukota sehingga bisa melihat lampu-lampu dari berbagai macam bangunan disana.

"Aku menyuruhmu untuk duduk Sel, bukan berdiam diri" ucap Jeno menyadarkan Selena dari rasa terpesonanya

"Ah! Maaf"

"Kau suka wine?"

"Aku tidak terbiasa minum alkohol... jadi air putih saja"

"Begitu? Baiklah"

Selena menghela nafas lega. Entah kenapa suasananya menjadi begitu intim saat ini.

"Kamu wanita pertama yang masuk ke kamar pribadiku"

"Bukankah pelayan biasanya membersihkan setiap kamar?"

"Khusus kamar ini tidak diperkenankan siapapun masuk tanpa seizinku. Jadi aku sendiri yang membersihkannya"

"Wah.. keren... Bahkan kamu melakukan itu ditengah kesibukanmu... Pantas saja saat pertama kali aku masuk kamar ini begitu rapih dan bersih"

"Terimakasih pujiannya.. entah kenapa aku senang mendengar pujian itu. Jarang sekali mendengar nada bicara tulus dari orang-orang di sekitarku akhir-akhir ini"

"Sama-sama... Ah ya.. aku minta maaf karena pergi dari rumah tanpa izin. Padahal aku tamu di rumah ini tapi malah bersikap ga sopan"

"Ga apa-apa aku ngerti. Aku juga meminta maaf tidak membela kamu dan Logan padahal aku tahu masalahnya. Aku orang yang tidak suka banyak berbicara, makanya aku lebih baik nunggu kamu cerita baru bertindak"

"Ah ya... harusnya aku lebih terbuka lagi.."

"Huft... aku paham Sel, ga mudah untukmu berbicara leluasa dengan orang baru terutama pada laki-laki kecuali Logan. Jadi aku maklum"

"Terimakasih pengertiannya"

"Sel... Bisakah aku meminta satu permintaan kepadamu?"

"Selagi batas wajar aku coba turuti"

"Tolong jangan pergi tanpa seizinku lagi. Jika kalian melakukan itu, aku akan terus mencari kalian hingga ke ujung dunia pun. Entah sejak kapan aku mulai terbiasa dan nyaman dengan kehadiran kalian berdua. Tetap berada di sisiku apapun yang terjadi nanti ya"

Selena tertegun sejenak, ia merasa ribuan kupu-kupu keluar dari dalam perutnya.

"Ya, akan ku coba"

"Terimakasih.. ah aku ingin jujur padamu tentang ini. Selama kita dekat, aku merasa mulai jatuh cinta denganmu. Mungkin butuh proses serta waktu untuk menyembuhkan rasa ketakutan dan trauma yang kamu miliki tapi bisakah kamu mencoba membuka hatimu untukku? Maaf bila terkesan memaksa"

"Sebenarnya aku sudah memiliki tekad untuk memberikan Logan keluarga yang sesungguhnya. Artinya aku akan coba membuka hati dan melupakan trauma yang aku punya" balas Selena dan Jeno tersenyum senang

"Bolehkah aku memelukmu?"

Meski ragu Selena tetap menganggukkan kepalanya. Dengan cepat Jeno berpindah tempat dan memeluk erat wanita cantik itu. Beruntung Selena membalas pelukannya.

"Bagaimana kalau akhir pekan ini kita ke taman bermain?"

"Tapi—"

"Aku akan kosongkan taman bermain itu hanya untuk kita bertiga saja"

"Hm... Baiklah"

***

"Saat ini mereka sudah tinggal bersama"

"Bagus! Sedikit lagi rencana kita akan berhasil"

"Mereka sempat terlibat masalah kemarin"

"Masalah apa?"

"Si wanita dan anaknya sempat pergi dari rumah karena hinaan dari beberapa pelayan disana"

"Berani-beraninya mereka!"

"Tenang... lelaki itu sudah bertindak dan mereka bersama lagi sekarang"

"Untunglah, tetap awasi mereka ya"

"Ya, aku tutup telponnya"

***

Mentari memunculkan raganya ke batas horizon. Selena terbangun dari tidurnya dan terkejut karena masih berada di kamar Jeno. Ia melihat pakaiannya masih sama seperti semalam dan menghela nafas lega. Tangan kekar Jeno masih melingkar erat di pinggang rampingnya. Ia berniat memindahkan tangan Jeno, namun pelukan itu semakin erat. Setelah menunggu beberapa saat, pelukan itu kembali mengendur dan segera ia keluar dari dalam sana.

Semalam mereka berbincang cukup panjang. Selena bahkan tidak sadar kapan ia tertidur. Ia segera mencuci mukanya dan berjalan ke dapur.

"Selamat pagi nona"

"Pagi bibi Bae, biar saya bantu memasak ya"

"Apakah ada nyamuk dikamar nona semalam?"

"Tidak ada bi, kenapa?"

"Ada beberapa ruam merah di leher nona"

Segera Selena mengeceknya dan benar ada! Dia tidak bodoh untuk mengetahui tanda apa itu. Dasar laki-laki! Pintar sekali mencari kesempatan. Ia akan membuat perhitungan dengan Jeno nanti
.
.

To be continued

Please! Be my Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang