part 13

16 1 0
                                    

Berkali-kali amira dicecar pertanyaan yang sama sekali pun tidak pernah amira lakukan. Jangankan melakukan nya membayangkan nya saja amira tidak mau. Amira memang terkenal nakal dulu tapi tidak sampai hati amira melakukan hal memalukan seperti ini

Sialnya bagi amira harus mendapatkan hukuman atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya.
Amira diseret kelapangan pesantren berdiri ditengah lapangan, dengan leher dikalungkan kardus yang bertuliskan SAYA TELAH MENCURI

"ALLAH cobaan apa yang telah engkau berikan" Batin amira

Semua santri yang melintas didekat amira menatap amira dengan tatapan yang sangat sulit ditebak oleh amira

"Sekali lagi saya bertanya kepada mu amira, apa benar kamu mencuri jawab dengan jujur" Ucap salah satu keamanan pesantren

"Wallahi saya tidak pernah mencuri, bukan saya pencurinya" Ucap amira berusaha meyakinkan semua orang

CETARRRRRRR

satu sabetan rotan mengenai tangan amira. Sakit sudah pasti amira rasakan. Sebisa mungkin amira menahan rasa sakit itu, bahkan saat ini tidak ada salah satupun yang bisa menolongnya

"Ya Allah, bukan amira pencurinya. Tolong berikan hamba kesabaran dalam menghadapi ujian ini" Batin amira

"Amira uzma shaqeena, sekali lagi saya bertanya apa kesalahan kamu? Dan kenapa kamu melakukan itu. " Lagi-lagi pertanyaan itu yang amira denger.

"Apa bener kamu mencuri uang santri lain"

Amira yang semula tertunduk kini kembali menegakkan kepalanya. Bahkan dengan suara lantang amira tetap mengatakan kalau dia bukan pencuri.

"Tidakkkk, saya bukan pencurinya. Saya tidak mencuri" Jawab amira lantang

CETARRRRRRR

Lagi-lagi amira mengenai sabetan dari rotan. Amira menatap ke sekelilingnya dan hanya tatapan sinis yang ia dapatkan. Sampai akhirnya amira melihat ustadz dzaky yang berdiri dibelakang salah satu santri.

Dzaky memalingkan wajahnya saat amira menatap kearahnya. Ya, amira menyadarinya, bahwa laki-laki yang kini ditatapnya justru memalingkan wajah bahkan air mata yang sejak tadi amira tahan agar tidak keluar dari matanya. Justru kini meluncur bebas dan membasahi pipi amira.

*****

Berkali-kali amira berusaha untuk tidak menangis tapi nyatanya, air matanya semakin deras keluar dari mata amira. Hal yang paling menyakitkan bagi amira adalah harus mendapatkan hukuman dari kejahatan yang sama sekali tidak pernah ia lakukan

Amira melihat telapak tangannya yang kini terlihat lecet, bahkan berdarah. Amira terus mengibas ngibaskan tangannya, berharap rasa sakitnya akan hilang.

"Ahhh, kenapa masih sakit sih"

Amira merasa kesal paa dirinya sendiri. Ia merasa manusia paling bodoh saat ini.

"Bego lo mir,lo yang dulu ngehukum orang. Sekarang malah lo yang dihukum oleh orang lain" Amira merutuki dirinya sendiri

Amira meniup niupi tangannya sendiri, mungkin hal ini dapat membuat rasa perih dan juga sakit pada tangan amira bisa hilang

Sambil membawa kotak p3k ustadz taufiq berjalan melewati lorong setiap asrama. Sampai saatnya langkah ustadz taufiq terhenti saat melihat amira sedang berada di pendopo pesantren

"Assalamu'alaikum ustadz" Ucap aysi menyapa ustadz taufiq

"Wa'alaikumussalam" Jawab ustadz taufiq

Belum jauh aysi melangkah ustadz taufiq sudah kembali memanggilnya

"Kamu sedang mencari amira"? Tanya ustadz taufiq

Aysi mengangguk cepat pertanyaan ustadz taufiq

Taufiq menunjukkan kearah dimana amira berada

" Amira ada disana, aysi saya boleh nitip sesuatu ke kamu? "

"Boleh ustadz" Jawab aysi dengan ramah

"Ini, saya hanya titip ini. Tolong obati luka amira" Ujar ustadz taufiq sambil memberikan kotak p3k pada aysi

"Iya ustadz, nanti aysi obatin luka kak amira. Kalau gitu saya permisi" Ujar aysi

Sementara dari kejauhan nampak ustadz dzaky yang tengah berdiri sambil membawa kotak yang sama. Seperti yang dibawa ustadz taufiq

Ustadz dzaky langsung menyembunyikan apa yang dibawakannya tadi. Entahlah, ekspresi ustadz dzaky untuk saat ini sangat susah ditebak

"Kak mira" Panggil aysi

Amira langsung menghapus air matanya tetap saja aysi tau kalau amira baru saja menangis

"Nangis enggak akan menyelesaikan masalah kamu kak, ataupun mengurangi rasa sakit ditangan kakak" Ucap aysi

"Kamu percaya kalau aku__"

Aysi tersenyum tulus pada amira "aku percaya sama kamu kak"

Amira merasa lega saat ini, setidaknya ada satu orang yang kini mempercayainya.

Obat merah diteteskan ditangan amira. Rasanya perih saat mengenai luka berdarah. Amira berusaha menahan rasa perihnya. Begitu juga aysi yang terlihat hati hati mengobati luka amira

"Setahu aku, kotak ini ada di UKS. Kamu bawa kotak ini dari UKS" Tanya amira

Aysi menggelengkan kepala "tidak, aku mendapatkan ini dari ustadz"

"Ustadz bilang obati luka kakak sampai sembuh" T

TAKDIRKU MEMILIHMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang