▪︎ OO2 - Ayah, luka dan kedua anaknya

452 43 69
                                    

"Ini kalo pintunya di ketuk, kedengeran ke dalem gak?" Tanya Hilmi bingung, sebab rumah Jemi cukup besar. Pikir mereka, mengetuk pintu akan terasa sia-sia.

"Gak tau" Sahut Jisnu sambil menggelengkan kepalanya, namun netra nya masih fokus menatap pintu itu.

"Terus gimana?" Tanya Jafan

Ratan maju satu langkah, dengan ragu dirinya mengetuk pintu perlahan sambil menempelkan daun telinga kanannya pada pintu yang masih tertutup rapat

"permisi" katanya lirih

"Lo ngapain, Tan?" tanya Maven yang bingung atas tingkah laku Ratan

"Makan gorengan! Ya ngetuk pintu lah, gimana sih" dengus Ratan kesal

"Minggir minggir" Seru Chaka sambil menggeser pelan tubuh Ratan agar mau menepi.

"Pencet ini" Ujar Chaka sambil memencet tombol Bel yang berada di tembok sebelah kanan. "Nah, ribet amat dari tadi" serunya setelah usai memencet tombol.

"Kok gak dari tadi sih, Chak?!" Seru Ratan kesal.

"Yeuu, tombol bel nya baru keliatan"

"Udah udah gak usah berantem" Ucap Maven menengahi

Sejujurnya ini pertama kalinya mereka mengunjungi rumah Jemi. Oleh sebab itu yang lain cukup takjub atas kemewahan yang Jemi punya. Kecuali Chaka tentunya.

Jika ditanya, bagaimana bisa mereka tau alamat rumah Jemi, Chaka tadi menelfon Om Sukma untuk meminta alamatnya.

Karena rutenya yang cukup dekat dengan sekolah mereka, keenamnya memutuskan untuk berjalan kaki, sempat Chaka mengeluh tadi. Tapi Hilmi terus bersorak untuk memberikan semangat pada Chaka.

Sepeda Jisnu, Hilmi, dan Maven dititipkan di warung si mbok yang terletak di depan sekolah, Ratan tidak punya kendaraan atau sepeda bagitupun Jafan. Keduanya selalu naik angkot jika ingin berangkat dan pulang sekolah, tak jarang mereka memilih berjalan kaki, karena terkendala ongkos.

Beberapa detik kemudian, terlihat pintu itu terbuka, menampilkan se sosok pria berumur setengah abad, yang kini tengah tersenyum hangat ke arah mereka.

"kalian udah dateng, ayo masuk, Jemi ada di kamarnya" Ujar Om Sukma sambil menuntun keenam teman anaknya itu untuk masuk ke dalam.

Betapa takjubnya kelima remaja itu saat melihat interior rumah milik Jemi, terlihat simple namun terkesan mewah, ditambah ruangannya yang cukup luas

"Rumah gue kek nya setengahnya ni ruang tamu" Bisik Hilmi pada Maven, Maven tak menjawab, pria itu hanya terkekeh geli saat mendengar bisikan Hilmi

"Kalian masuk aja ke kamar Jemi, anaknya gak tidur kok, tadi om liat dia lagi baca buku di kamarnya"

"Iyah om" Sahut kalimanya dengan sungkan

"Om.." Panggil Jafan

"Iyah, Jaf?"

"Ini... kamar Jemi sebelah mana?" tanyanya sambil terkekeh canggung

"Ohh iyah, itu naiknya lewat tangga yang itu, nanti ada pintu warnanya putih, itu kamar Jemi. Kalo masih bingung, pintunya yang paling banyak stikernya, ada papan namanya juga" Jelas Om Sukma

"Oh iyah Om. Makasih"

"Yang ini ya?" Tanya Jafan memastikan

"Iyah yang itu, pintu warna putih, banyak stikernya, ada papan namanya" Ujar Jisnu sambil menunjuk stiker dan papan nama yang tergantung di pintu kamar Jemi

"langsung masuk apa ketuk pintu dulu?" Tanya Hilmi memastikan

"Ketuk pintu dulu oon! yah kali main nyelonong aja, tata krama bertamu di pakek dong" Ujar Ratan

7 HARI 7 MIMPI  (On going/slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang