▪︎ OO3 - Jisnu and his fear

368 46 32
                                    

"Siapa mau mie?!" Teriak seorang pria berumur hampir setengah abad, sambil membawa dua mangkok mie, dengan senyum yang begitu lebar.

Hilmi yang awalnya terdiam sambil melamun, lantas dengan tiba tiba, dirinya begitu bersemangat ketika mendengar panggilan itu, aroma nya begitu sedap dan mengguggah seleranya untuk makan.

"Hilmi mauu!!" Teriaknya begitu antusias sambil mengangkat tangan kanannya cukup tinggi

"Nah, yang ini punya Hilmi. kalo yang ini punya Bapak" Katanya sambil menaruh semangkok mie tersebut ke hadapan Hilmi

Tak banyak bicara, Hilmi lantas memakan mie nya begitu lahap sedangkan Bapak, kini ia menatap anaknya sendu, padahal hanya semangkuk mie, tapi Hilmi sudah sebahagia itu.

Senyum tipis terlihat jelas di wajah Bapak "Makannya hati-hati, masih panas itu"

"Bapak" panggilnya tiba-tiba, dengan mulut yang masih penuh

"Makan dulu, Hilmi. Abis itu baru boleh bicara" Sahut Bapak sambil memasukkam sesuap mie nya ke dalam mulut

Mendengar ucapan Bapak, Hilmi lantas mempercepat tempo makannya.

"Jangan cepet-cepet juga makannya"

Hilmi kembali memperlambat tempo makannya saat mendengar perintah Bapak.

Beberapa saat berlalu, keduanya telah usai makan. Bapak kini tengah membereskan mangkok kotornya.

"Siapa kangen ibuu??!!! HILMI!" katanya secara tiba-tiba seraya mengancungkan tangannya. Membuat Bapak cukup tersentak kaget mendengar hal itu.

Bapak yang tadinya ingin bangkit, kini ia mengurungkan niatnya, lantaran mendengar perkataan anaknya itu

"Bapak juga kangen Ibu" Ujarnya pelan "Hilmi mau ketemu Ibu?"

Hilmi mengangguk dengan antusias "Iyah, kangen banget"

"Besok kita temuin Ibu yah, selepas Hilmi pulang sekolah" Tangan Bapak terulur guna mengusap rambut anaknya

"Yess!! Makam Ibu kayanya udah banyak di tumbuhin rumput, nanti kita bersihin bareng-bareng ya, Pak. Biar Ibu nyaman di sana"

Bapak mengangguk menyetujui permintaan sang anak, seulas senyum lagi-lagi terukir di wajah Bapak.

Anaknya ternyata serindu itu pada sosok Ibunya. Sesak rasanya, melihat anak yang di besarkan tanpa seorang Ibu. Hilmi yang selalu ceria di hadapan Bapaknya, semua itu hanya gimmick belaka.

Tak jarang Bapak memergoki sang Anak di dalam kamar nya tengah menangis tersedu sedu, sambil memeluk bingkai foto Ibunya. Serindu itu Hilmi pada sosok Ibunya. Sedangkan Bapak sendiri, berusaha terus berpura-pura tak tau soal Hilmi yang selalu menangis. Bukan tak peduli, Bapak paham bagaimana rasanya, untuk saat ini Bapak memilih diam.

"Iyah, kamu jangan bergadang nanti, biar besok gak telat sekolahnya"

"Siap boss!"

🍁🍁🍁

Pagi hari yang cerah, seperti biasa beberapa murid mulai menginjakkan kakinya di area lingkungan sekolah. Beberapa juga sudah duduk manis di dalam kelas.

"MANA SUARANYA?!!!" Teriak salah satu dari mereka, suaranya terdengar begitu bersemangat

"Geloraa cinta ini!" sahut mereka serempak

"Maka izinkanlah aku, mencintaimu" Suara Ratan yang merdu di padukan dengan pukulan tangan di atas meja, seolah-olah sedang memukul gendang, memberikan suasana ceria di dalam kelas mereka pada pagi ini.

Ratan bernyanyi begitu semangat dengan gagang sapu yang ia jadikan mic, serta teman-temannya yang memukul meja dengan harmoni yang pas untuk suara Ratan

7 HARI 7 MIMPI  (On going/slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang