▪︎ O11 - pergi yang kesekian kalinya

298 34 23
                                    

Peluh begitu membanjiri seluruh area tubuhnya, terlebih di bagian keringatnya, senja menjadi saksi utama betapa lelahnya hari ini, banyak hal yang datang secara tiba-tiba yang terkesan abstrak.

kakinya melangkah masuk ke dalam rumah, sepi seperti tak ada seorangpun di dalamnya. Ia berjalan memasuki kamarnya, merebahkan tubuhnya yang terasa remuk di atas ranjang kesayangannya. Anak itu diam sejenak, menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya, rasanya begitu hampa.

Mengotak-atik ponselnya, menggulir setiap deretan playlist kesukaannya, lalu perhatiannya tertuju pada salah satu lagu dari penyanyi favoritnya, guna mengisi rasa sepinya, lantas ia memutar lagu tersebut, meletakan ponsel miliknya di samping telinga kanan.

Ghost - Justin bieber

Alunan musiknya begitu nyaman di dengar, namun ada rasa sakit di setiap baitnya. Ia memejamkan kedua matanya, lagu ini, mengingatkan dirinya pada seseorang yang selalu ia banggakan sejak kecil. Tak terasa bulir bening menerobos keluar secara paksa, dalam keadaan mata tertutup rapat.

Maven, Rindu kedua orang tuanya, selalu.

Memori lama terekam paksa dalam pikirannya, pahit manisnya masa lalu tergambar jelas dalam bayangannya. Sakit dan sesak yang bercampur aduk, menambah kesan menyedihkan di sore hari.

Maven benci langit, Maven juga benci laut. Kedua opsi itu sudah terlibat dalam kepergian orang tuanya. Entah sampai kapan rasa sedih terus menghujamnya.

"Mama, Papa. Maven kangen.." suaranya nampak bergetar diiringi dengan lantunan musik yang Maven putar

"langit sama laut jahat ya, udah bikin kalian ninggalin aku"

"Ma, Pa.. rasanya dunia terlalu angkuh, untuk aku yang sudah rapuh secara menyuluruh"

Maven menghelas nafasnya begitu kuat, mati-matian ia menahan tangisnya agar tidak pecah, namun nihil, air matanya jatuh tak terbendung.

"Maven gak sekuat ini pa, Maven rindu pelukan hangat Mama, Maven Rindu main bareng sama Papa. Semua tentang kalian, Maven akan selalu rindu. Aku gak tau, sampe kapan rindu yang tak memiliki titik temu ini akan selesai"

"Maa, Pa... Maven sudah hancur, Maven lelah" Tangisannya semakin pecah, dadanya terasa semakin sesak.

ketukan pintu yang terdengar secara tiba-tiba membuat tangisan itu berhenti seketika

"Boleh nenek sama kakek masuk, nak?" suara khas wanita tua itu terdengar begitu lembut.

"masuk aja, nek. Gak aku kunci pintunya" ucapnya sambil mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur

knop pintu itu berputar, perlahan daun pintu nya terbuka, menampakkan sepasang kekasih yang sudah berumur, menatap khawatir bercampur sendu ke arah sang cucu laki-lakinya. Keduanya berjalan mendekat, lalu duduk tepat di samping kanan dan kiri Maven.

"maven, kangen mama sama papa, ya?" tanya kakek dengan suara seraknya

"selalu, kek"

"kita juga kangen sama mereka" ucap sang nenek dengan senyum getirnya itu

"do'akan saja yang terbaik untuk orang tua kamu, jangan sering-sering nangis, mereka pasti sedih lihat anak laki-lakinya nangis terus" ujar Kakek

"kedengeran ya, kek?"

Kakek mengangguk sambil tersenyum, tangannya terulur guna mengusap surai cucunya

"maaf yah"

"gapapa, nenek paham, tapi jangan terlalu sering. Kalo kamu lagi sedih atau capek sama keadaan, gak usah sungkan buat temui nenek sama kakek, kapan pun kita akan ada buat kamu" ucap nenek, lalu menarik perlahan tubuh Maven kedalam dekapannya

7 HARI 7 MIMPI  (On going/slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang