▪︎ O12 - "gue siap jadi obat lo"

312 35 49
                                    

ketiganya tiba di depan rumah Ratan, atmoesfernya begitu terasa berbeda, tidak seperti biasanya. Ditambah dengan wajah Ratan yang seperti enggan untuk mengulas senyum.

Ia menatap sendu ke arah rumah kecilnya, rasa sesak dan sakit masi terasa sama seperti sebelumnya.

Ratan berbalik, melihat ke arah dua orang yang baru saja mengantarnya pulang, memberikan senyum tipis yang terkesan getir.

"Om, Jemi. Kayanya saya gak ikut hari ini. kasi saya waktu, mungkin sampai 7 hari nya mama, baru saya ikut kerumah kalian" ujarnya dengan suara yang seperti tengah menahan isak tangisnya

"Iyah, nak. Gapapa, nanti kalo mau packing jangan lupa kabarin kita ya, biar bisa bantu kamu" sahut papa Sukma

Ratan lantas mengangguk ragu, dirinya masih terasa sungkan untuk menerima bantuan dari temannya ini.

"Tapi nanti lo beneran tinggal di rumah gue kan, Tan?"

Ratan menangguk pelan "iyah, Jem. Gue usahain"

"Okeh deh. Kalo gitu gue sama Papa balik dulu ya. Lo jangan lupa makan malem"

"Iyah"

"Om balik ya"

"iyah om, hati-hati. Makasih juga udah mau nganter saya pulang"

"sama-sama"

Ratan menatap ke arah mobil yang di tumpangi temannya itu, tangannya melambai pelan ke arah mobil.

Di rasa mobil tersebut sudah hilang dari pandangannya, Ratan kembali menatap rumahnya.

Tangisannya lagi-lagi pecah, rasa kehilangan masih menyelimutinya. Tubuhnya terduduk di atas tanah, isaknya terus terdengar tersendu-sendu, bahunya bergetar naik turun.

"Ma.. Ratan kangen" ujarnya perlahan

dengan susah payah ia bangkit, lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya. Membuka pintu kayu secara perlahan, suasananya begitu terasa berbeda.

Kakinya terus melangkah menuju kamar sang Mama, menatapnya dengan penuh kesedihan, anak itu dengan segera membaringkan tubuhnya di tempat tidur milik Mama, memeluk kakinya sendiri begitu erat.

Tangisannya kian pecah, mulutnya tak henti menyebut kata 'mama' rasa sesak di dada semakin menggebu gebu.

beberapa menit kemudian dia terdiam, sorot matanya kembali kosong, Ratan kembali bangkit dari tidurnya, berjalan menuju tempat di mana ia menyimpan sesuatu, mengobrak abrik isi lemarinya, sampai sesuatu yang ia cari akhirnya ia dapatkan, lalu benda kecil itu segera ia masukkan kedalam saku baju miliknya.

Ratan pergi dari rumahnya, berjalan tanpa henti, tak peduli udara dingin yang menusuk kulitnya. Mengabaikan berbagai macam suara malam yang membuatnya ketakutan.

Kakinya terus melangkah, sampai dirinya tiba di suatu tempat, menatapnya dengan tatapan datar, lalu dengan perlahan menaiki rumah pohon tersebut.

Duduk tepat dipinggir, menghadap ke arah danau. Hanya ada sinar rembulan yang menemaninya malam ini

Ia merogoh sakunya, mengambil sebatang rokok dan korek api yang sempat ia bawa tadi dari rumah.

Ratan, melupakan perjanjian dengan teman-temannya.

hisapan pertama ia lakukan, belum ada reaksi lebih yang membuatnya tersiksa setengah mati. Sampai dering telfon mengalihkan fokusnya. Menatap nama seseorang di balik layar ponselnya.

lalu dengan rasa malas ia mengangkatnya

"Halo Ratan? lo dimana?" Anak itu diam saja saat seseorang di seberang sana menanyakan keberadaannya.

7 HARI 7 MIMPI  (On going/slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang