▪︎ O17 - hadiah dari Chaka

215 32 5
                                    

di harap untuk meninggalkan jejak, berupa coment dan juga vote, terimakasih.
Selamat membaca





___________________________________





"besok, lo mau masuk sekolah atau engga" Tanya Jemi

keduanya baru saja selesai membersihkan kamar baru milik Ratan, tidak terlalu berantakan. Hanya membersihkan sedikit debu yang menempel di lantai serta di tempat-tempat lainnya, serta menata barang milik Ratan ketempatnya masing-masing.

Ratan mengangguk pelan "iya, gue mau masuk, kangen sekolah"

Jemi nampak berbinar kala mendengar jawaban dari Ratan, hatinya begitu senang, akhirnya temannya ini secara perlahan mulai membaik. Mulai mau beradaptasi lagi seperti sebelumnya.

"Yang lain juga kangen lo, Tan"

Ratan terkekeh pelan, dia juga sama rindunya dengan teman-temannya itu.

Jika boleh jujur, sebenernya sedih masih terus membelenggu dirinya, akan tetapi ia berfikir bahwa terlalu lama berlarut dalam kesedihan tidak akan memberikan perubahan apapun, kecuali sakit di fisik.

"Ratan" panggil Jemi dnegan intonasi yang begitu lembut, membuat si empu langsung menatap dirinya dengan tatapan penuh tanya.

"Jangan di ulang ya? Jangan terlalu lama sedihnya. Dan jangan pernah ngerasa sendiri" pintanya dengan sorot mata yang sendu.

Ratan menatap Jemi dengan tulus, lantas ia tersenyum hangat ke arah sahabatnya itu, mengangguk pelan dan berkata "iya, gue minta maaf ya? Karena udah bikin kalian semua khawatir. Kemarin pikiran gue benar-benar sekacau itu, kalut bahkan kelabu" diam sejenak, Ratan kini mengambil nafasnya perlahan "makasih ya, Jem? Makasih udah mau nampung gue di sini, kalo gue udah sukses nanti, gue janji, bakal balas budi ke lo sama bokap lo"

"Papa kita" serga Jemi secara langsung

"Iya, balas budi ke lo sama ke Papa"

"Cukup jadi teman, anak sekaligus sodara yang baik buat gue sama Papa, itu udah lebih dari cukup buat lo bales budi ke gue sama ke Papa"

Ratan kembali mengangguk, ia tersenyum getir ke arah sahabatnya itu "makasih Jem, makasih buat semuanya"

"Sama-sama. Bosen ah, main ps yuk" Ajak Jemi secara tiba-tiba guna mengalihkan topik pembicaraannya itu.

"Ayoo!"

🍁🍁🍁

Hilmi membuang nafasnya begitu kuat, ia memejamkan matanya, lalu menutupinya dengan lengan kanannya. Ia terbaring di atas kasur, bahkan seragam yang ia kenakan belum lepas dari tubuhnya yang mulai berkeringat.

"Sakit, Ney" katanya lirih sambil menahan tangisnya

Hilmi diam sejenak, ia terus meratapi betapa buruknya nasib di kehidupannya, dua wanita yang ia sayang sekarang benar-benar pergi begitu saja.

Hilmi duduk dan beranjak dari tidurnya, ia berjalan lalu berdiri menghadap cermin, menatap dirinya sendiri yang sudah hancur tak karuan, ia menarik nafasnya kuat-kuat lalu membuangnya begitu saja.

"Kata Ibu, anaknya gak boleh cengeng"

"Kata Ibu, anaknya harus kuat"

Sekali lagi, ia terdiam lagi, memikirkan sesuatu hal, tatapannya lurus ke arah cermin di hadapannya

"Ney udah nyakitin gue, jadi sebisa mungkin gue harus tunjukin, kalo gue baik-baik aja tanpa dia. Sedih karena cewe yang sama sekali gak ngehargain semua perjuangan gue, cuma buang-buang waktu" Hilmi mengusap wajahnya, lalu mengepalkan kedua tengannya.

7 HARI 7 MIMPI  (On going/slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang