▪︎ O16 - Ratan and his wound

263 28 4
                                    

Bel berbunyi, itu pertanda waktu untuk para murid kembali kerumah masing-masing.

sudah banyak yang berhambur keluar kelas menuju pintu gerbang sekolah, termasuk 6 orang tadi. Keenamnya berjalan beriringan, namun salah satunya masih tak terlihat bergairah seperti biasanya. Wajar saja, Hilmi sedang patah hati.

Gak ada yang baik baik aja, setelah ditinggal pergi oleh orang yang kita sayang, terlebih dengan tambahan pengkhianatan yang di lakukan Ney.

Dari kejauhan, Papa sukma berdiri di sebelah mobilnya, menanti sang putra semata wayangnya keluar dari kelas.

Jemi yang dengan cepat sadar akan kehidaran sang Papa, lantas ia berteriak memanggilnya sambil melambaikan tangannya penuh semangat.

"PAPAAA!!" soraknya yang langsung dibalas oleh sang empu yang di panggil.

"Gue duluan ya, kalian hati-hati pulangnya" Pamitnya kepada beberapa temannya

"Lo juga hati-hati" ucap Jafan

"Siapp!" Sadar Hilmi tak merespon, Jemi lantas memukul pundak Hilmi "Jangan bengong mulu, gue duluan Hil" ucapnya lalu berlari menuju ke arah Papa sukma

Hilmi sedikit tersentak, lantas ia mengangguk sambil tersenyum getir ke arah Jemi yang sudah berlari menuju orang tua laki-laki nya itu.

"Gimana sekolahnya?" Tanya Papa menyambut kepulangan sang anak

"Aman pa!"

"Gak ada yang sakit kan??"

Jemi menggeleng semangat, senyumnya terlihat cerah "Gak ada kok, aku kan kuat!!"

Sukma terkekeh gemas melihat sang anak yang bertingkah layaknya anak kecil itu.

"jagoan papa emang harus kuat" ucapnya sambil mengusak rambut Jemi

"Ya udah yuk, pulang. Kamu harus istirahat yang banyak" Ajak papa

"Pa, jemput Ratan dulu ya? tadi Jemi udah janji bawa Ratan kerumah hari ini, sepulang sekolah"

"boleh, ya udah yuk, jemput Ratan abis itu pulang"

"SIAAPP"

Setibanya di lokasi, suasana sunyi menyelimuti kediaman rumah Ratan, rasanya seperti tidak ada kehidupan di lingkungan ini, bahkan langit juga tau suasana duka di rumah ini.

"Mendung pa, kayanya kita harus buru-buru" ucap Jemi sambil melihat ke atas langit yang mendung.

"gak usah buru buru juga, kita kan bawa mobil, gak akan kehujanan"

"oh iya, aku lupa. ya udah yuk kita masuk, kayanya Ratan ada di dalem" ujarnya yang di setujui oleng sang papa detik itu juga.

keduanya melangkah, mendekat ke arah pintu masuk yang masih tertutup rapat, tanpa rasa ragu, Jemi lantas mengetuk pintu tersebut, dan memanggil nama Ratan berulang kali.

sudah ketiga kalinya ia menyebut nama Ratan, namun sampai saat ini tak ada jawaban dari dalam sana, Rumah ini benar-benar seperti tak berpenghuni.

"Ratan, ini gue Jemi" panggilnya untuk yang ke 4 kalinya

lagi-lagi tak ada jawaban, perasaan khawatir mulai menyelimuti Jemi. Ia menoleh ke arah sang papa yang sama khawatirnya dengan Jemi

"Pa, ini gimana? mau langsung masuk aja? aku khawatir Ratan kenapa-napa"

Papa mengangguk setuju "coba aja masuk, pintunya di kunci gak??"

Jemi lantas meraih gagang pintu, dan yah, pintu rumah Ratan sama sekali tidak di kunci.

7 HARI 7 MIMPI  (On going/slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang