Langkahnya terhenti saat melihat pintu besar dengan kesan mewah yang masih tertutup rapat.
Helaan nafas keluar begitu saja, bayangan-bayangan tentang bagaimana kejadian selanjutnya yang akan terjadi di dalam sana secara terus menerus terputar.
Tangannya mengepal begitu erat, jantungnya berdegup begitu kencang, rasa ragu selalu menyelimutinya saat dirinya hendak masuk kedalam rumah itu, bukan rumah, rasanya ini seperti neraka, tak ada kebahagiaan di dalam sana.
Sorot matanya menatap datar ke arah pintu besar itu, wajahnya sama sekali tak memiliki ekspresi.
"Sepi" Ujarnya perlahan
"Lagi-lagi, gue harus masuk kedalam tempat ini, neraka yang berkedok rumah"
Tangannya dengan ragu memencet bell yang berada di dekat pintu.
Tak butuh waktu lama, tepat saat itu juga, pintu rumah terbuka lebar, terlihat dua maid yang tengah membukakan pintu rumahnya. Wanita tua dengan senyum hangat nampak menjambut anak laki-laki itu.
"Tuan Muda sudah pulang" katanya lalu menghampiri anak itu, tangannya terarah guna mengambil tas yang di bawa oleh anak tersebut.
"Ibu, sudah aku bilang, panggil Chaka saja. Jangan Tuan Muda, aku kurang suka" Ujarnya sambil menyerahkan tas nya itu.
Seulas senyum secara naluri terlukis jelas di wajah tampannya, setidaknya masih ada setitik kehangatan di sini. Kepala pelayan yang sudah berumur lebih dari setengah abad.
Seseorang yang paling Chaka sayang, sebab ialah yang sudah merawat Chaka dari kecil, bahkan wanita tua itu lah yang sudah mengajarkannya berbicara dulu.
Disaat seluruhnya memanggil wanita itu dengan sebutan 'Bibi' tapi tidak dengan Chaka, ia memanggil dengan sebutan 'ibu'
Kekehan kecil khas orang tua terdengar jelas
"Kamu memang tidak pernah berubah, tuan""Ibu.."
"ah iyah maaf, Chaka"
"Nah yang begitu baru bener. Hari ini masak apa? aku udah laper nih"
"Makanan kesukaan Nak Chaka tentunya. Tadi saya juga buat tumis telur tomat"
"Asik, ayo makan bareng bareng" Dirinya terlihat begitu bersemangat kala mendengar menu favorinya di sebut.
Ia mulai melangkah menuju ruang makan.
"iya Nak Chaka, Tuan Samuel dan Nyonya Arin juga sudah menunggu sejak tadi di ruang makan"
Seketika langkahnya terhenti saat mendengar hal itu. Detik itu juga senyumnya kembali memudar. Jantungnya kembali berdegup kencang.
Tuan Samuel dan Nyonya Arin, orang tua Chaka, seseorang yang selalu Chaka hindari, bahkan bertatap mata sekalipun. Bukan benci, tapi rasanya begitu aneh baginya.
Sadar akan perubahan sikap Chaka, Ibu Mira selaku kepala pelayan kesayangan Chaka, lantas menghampirinya. Tangannya merangkul pundak Chaka, membuat si empu menoleh ke arah nya.
Ibu Mira melambaikan salah satu tangannya pada maid yang berada di dekatnya, memberikan kode untuk segera mendekat.
Lantas dengan segera maid tersebut mendekat, lalu menunduk beberapa saat.
"Tolong bawakan tas Tuan Muda ke kamarnya, siapkan juga air hangat untuk dirinya berendam" Ujarnya sambil tersenyum hangat ke arah Maid tersebut.
Sang Maid lantas mengangguk, lalu pergi dengan membawa tas milik Chaka.
"Ibu, aku gak mau ketemu mereka" Katanya pelan
"Gapapa, kita kesana bareng-bareng. Nak Chaka harus segera makan, kalau tidak, nanti Nyonya marah besar"

KAMU SEDANG MEMBACA
7 HARI 7 MIMPI (On going/slow update)
Fanfictiontentang tujuh remaja, yang ditakdirkan untuk berjuang sampai kegaris finish secara bersamaan, segala rintangan mereka tempuh, keluh kesah mereka lewati. Canda tawa mereka lakukan sebagai pemanis untuk menghadapi peliknya hidup - Tujuh Mimpi. 16 Apri...