▪︎ O1O - punishment for Jafan

293 29 32
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9.45, yang tandanya ini adalah waktu untuk istirahat. banyak siswa dan siswi yang berhamburan di area lapangan sekolah, koridor, kantin, dan beberapa murid ada yang memilih berdiam diri di kelas, termasuk Ketujuh anak itu, yang memilih untuk tetap di kelas, duduk santai dan mengobrol seperti biasanya, hanya ada mereka di kelasnya, sisanya pergi entah kemana, kantin sekolah mungkin, atau bermain di kelas lain.

"Hilmi lo ada hutang ke gue" ucap Chaka, dan yang disebut namanya menoleh spontan ke arah Chaka, menatap bingung seperti sedang menuntut penjelasan kepada temannya itu.

"Hutang apa?"

"yang kemaren, lo jalan sama cewek lo pakek duit gue kan?" 

"Loh iyah anjrit, hampir aja gue lupa. Ntar ya gue cicil gantinya" 

Chaka nampak bingung dengan jawaban Hilmi "loh? perasaan kemaren perjanjiannya gak ada cicil menyicil?"

"Hah?? gak boleh di cicil?? Ka, pliss. beri gue keringanan, gue ini anak piatu loh"

"anjing si Hilmi, segala bawa bawa gelar" sambung Ratan saat mendengar hal itu dari Hilmi

"diem, yang yatim gak di ajak" sahut Hilmi

"sialan"

Chaka sedikit tersenyum, Temannya ini benar-benar lupa atau bagaimana, padahal yang Chaka mau bukan uangnya "gue gak minta duit yang lo pinjem balik lagi ke gue berupa duit, gue mau yang lain"

Hilmi lagi-lagi di buat bingung ole Chaka "terus gimana?"

"gue mau makan di rumah lo" 

"OOOHHH MAKAN, ngomong dong"

"udehh, lo nya aja yang pikun, orang kesepakatan awalnya emang gitu"

"gak heran sih gue, Hilmi emang agak agak anaknya" Kata Jemi sambil terkekeh geli

"agak agak ganteng ya, Jem?" Alis Hilmi naik turun, lalu memberikan ekspresi nya yang sok tampan, membuat keenam temannya bergidik ngeri saat melihat hal itu

"NAJISS" ucap mereka secara bersamaan, kecuali Jafan, yang sejak tadi memilih diam, hanya seulas senyum yang ia tunjukkan.

"gak sopan banget kalian sama gue"

"gak usah alay" ucap Ratan

sedangkan yang lain terkekeh geli saat mendengar hal itu dari Ratan.

"Nanti, Hil. pulang sekolah gue langsung nebeng ke lo" ucap Chaka.

"siaap"

tak ada pergerakan dari tubuh Jafan, bahkan bersuara pun, seperti enggan untuk ia keluarkan. Jafan terus menerus mengadu argumen dengan isi kepalanya sendiri, mengabaikan segala topik pembiacaraan teman-temannya itu. Ia bingung harus berkata seperti apa nanti, jika ayah bertanya tentang luka di wajahnya. Tidak mungkin, ia berkata sejujurnya, dirinya tak mau membuat sang Ayah khawatir bahkan kecewa pada dirinya.

Maven yang sadar akan hal itu, lantas menepuk pelan pundak Jafan, membuat anak itu sedikit mengerjap "kenapa?" seluruh antensi pun teralihkan ke arah Maven dan juga Jafan.

Yang di tanya hanya menggeleng pelan, helaan nafas terdengar jelas, raut wajahnya begitu masam, seperti tengah bingung dan bersedih yang bercampur aduk.

"kenapa, Jaf?" kali ini bukan Maven yang bertanya, melainkan Jisnu, ia tahu betul ada sesuatu yang temannya pikirkan.

"gue jawab apa yah pas Ayah tanya tentang luka di wajah gue" katanya dengan intonasi suara yang begitu rendah

"bilang aja, tadi lo main basket sama kita di sekolah, terus lo jatuh, dah gitu aja. kalo emang lo gak mau bilang yang sebenernya ke bokap lo" kata Chaka memberikan saran

7 HARI 7 MIMPI  (On going/slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang