Apa yang berada di genggaman Vera berhasil membuat Emma meliriknya. Baru kali ini Emma tak hanya melihat tangan Vera namun juga matanya. Pandangan mata mereka sempat bertemu setengah detik. Hal itu membuat Vera sempat tertegun. Apa semenarik itu benda yang berada di tangannya sekarang?.
"Pulang nanti kita ke rumahku,kutunggu di gerbang kampus." Teriak Vela lalu melenggang pergi balik ke kelasnya.
Mendengar suara Vera yang begitu keras membuat bisik-bisik di kelasnya semakin kentara. Emma tak mempedulikannya. Ia masih diam menatap papan tulis yang kosong. Beberapa laki-laki berkumpul di meja depan mulai buyar. Salah satu dari mereka berjalan mendekati Emma. Hal itu membuat banyak pasang mata tertuju padanya.
"Maaf sebelumnya,apa kau benar-benar buta?." Tanya laki-laki itu yang Emma tahu bernama Joy.
Emma tak merespon. Ia hanya mengedipkan matanya yang mulai mengering. Tanpa memindahkan pandangannya dari papan tulis tangannya bergerak membuka buku lalu mulai menulis sesuatu tanpa melihatnya. Emma menulis catatan kemarin yang tidak ia catat. Ia terus menulis sambil menatap papan tulis yang kosong.
Joy yang melihatnya merasa aneh. Ia melihat papan tulis dan Emma secara bergantian. Ia bingung,Emma mencatat sembari menatap kosong papan tulis yang setitik tulisan pun tidak ada. Dan itu adalah catatan terakhir kemarin. Joy masih sedikit mengingat apa saja yang tertulis di papan kemarin. Namun setelah melihat semua yang Emma tulis ia langsung mengingat semuanya. Mulai dari setiap kata,kalimat,dan paragraf bahkan sama persis tak ada yang berbeda. Emma seperti menyalinnya tanpa kurang dan lebih.
"Papan itu sudah kosong,apa dia benar-benar buta?bagaimana ia tahu catatan kemarin secara detail?." batin Joy bertanya. Terbesit rasa penasaran ingin melihat wajah Emma. Ingin rasanya ia langsung menarik masker dan topi gadis itu.
Lamunan Joy buyar saat dosen berteriak untuk mengatur. Joy berlari lalu duduk di bangkunya. Beberapa kali ia menoleh kebelakang melihat Emma yang masih menatap papan tulis kosong dan mengabaikan dosen yang sedang menjelaskan. Gadis itu terlihat seperti biasanya,hanya diam.
Tak terasa bel istirahat berbunyi. Semua orang berhamburan keluar kelas namun tidak dengan Emma. Ia masih setia di tempat. Joy yang sedari tadi memperhatikannya mulai penasaran. Ia ingin melihat Emma membuka penutup wajahnya untuk memakan sesuatu. Namun nihil,tidak ada apapun yang terjadi. Dengan menyerah Joy berjalan keluar kelas.
°•°•°
Setelah memasukkan bukunya kedalam tas,Emma berjalan keluar kelas. Ia berhenti di gerbang. Vera dengan senyum cerahnya langsung menggandeng lengan Emma dan menariknya. Langkah kaki Vera terhenti saat merasakan sesuatu yang tak seperti biasanya pada Emma.
"Tanganmu lebam?." Tanya Vera terkejut saat menarik lengan hoodie itu keatas.
Nampak sudah berwarna biru keunguan. Lebam ini masih baru. Ini pertama kalinya Emma terluka bahkan Vera mengetahuinya.
Tentu saja Emma tak menjawab. Vera kembali mengeluarkan benda yang berada di tasnya lalu memasukkannya ke dalam tas Emma."Apa yang terjadi?." Tanya Vera sekali lagi.
Kali ini Emma merespon. Ia melirik menatap tanah yang dikubur dedaunan kering di sampingnya. Melihat itu Vera mengangguk paham. Ia seakan mengerti maksud Emma. Sebenarnya ia tak mengerti karena tak ada penjelasan kronologi. Namun ia hanya menduga-duga saja.
"Bagaimana bisa kau terjatuh,bodoh." Sembur Vera.
"Kau sudah mengobatinya?." Tanya Vera penasaran lalu tersenyum saat melihat Emma sedikit mengangguk kaku.
"Kau pulang saja, kapan-kapan main ke rumahku setelah sembuh." Ucap Vera lalu pergi begitu saja meninggalkan Emma.
Emma kembali berjalan balik melewati kampus. Arah rumah Vera berlawanan dengan rumahnya itu sebabnya ia kembali melewati kampus yang sudah sepi.
Joy yang baru saja keluar melewati gerbang tak sengaja melihat Emma. Ia mulai berjalan mengikuti Emma dari jarak yang tak terlalu jauh dibelakangnya. Emma menyadarinya. Sejak awal ia keluar gerbang ia sudah mengetahuinya. Joy menunggu lalu mengikutinya. Dan Emma tahu sampai mana Joy akan berhenti mengikutinya.
Terlihat di depan seorang anak perempuan sedang bermain sepeda. Saat hampir melewati Emma,Emma langsung menghalangi sepeda anak itu dan membuatnya mau tak mau harus mengerem sepedanya. Joy terus saja memperhatikan mereka.
Baru saja ingin protes anak itu terdiam saat melihat sebuah mobil yang kehilangan kendali menabrak tiang tepat di belakang Emma,hanya berjarak dua langkah saja. Jika saja Emma tak menghentikan anak itu entah apa yang akan terjadi kedepannya. Joy yang berada tak jauh di belakang Emma terkejut. Beruntung jarak mobil itu dengannya jauh.
Dari kejauhan Joy dapat melihat Emma sedikit membalik badannya kebelakang lalu kembali berjalan mengabaikan apa yang baru saja terjadi. Joy ketakutan,bukan karena kecelakaan itu tapi karena ia tahu Emma tadi seperti memberinya peringatan dengan sedikit membalik badannya. Bukan untuk melihat mobil yang sudah mengenaskan di belakangnya tapi menghadap Joy yang berada jauh di belakang mobil. Emma tak meliriknya,matanya masih menatap kosong ke depan namun ia tahu Emma sedang melihatnya.
Beberapa orang mulai berkerumun. Emma pun sudah berjalan jauh. Joy berhenti,ia tak ingin mengikutinya lagi. Ia kembali ke kampus untuk mengambil motornya yang sengaja ia tinggal sebentar.
Sesampai di rumah, Emma melepas masker dan kacamatanya lalu merebahkan dirinya di sofa. Ia mulai meningkatkan pendingin ruangan karena merasa gerah. Masih merasa gerah,ia mulai mengangkat hoodienya lalu melepasnya. Ia berganti pakaian kaos polos seperti biasanya dengan celana pendek.
Emma kembali duduk di sofa sambil menonton tv. Tangannya meraih tas yang tergeletak di meja lalu membukanya. Ia mengambil satu kaleng soda di dalam tas dan menaruhnya di meja bersama empat soda dan dua botol obat kemarin. Ia meraih obat herbal untuk diet dan meminumnya setengah lalu menaruhnya kembali di meja.
Emma beranjak lalu memasuki dapurnya untuk makan. Ia membuka lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa bahan untuk membuat sandwich. Setelah selesai membuatnya ia memasukkannya ke dalam oven dan mengambil sekaleng soda di lemari pendingin.
Terlihat beberapa jenis minuman kaleng berjejer rapi memenuhi bagian atas lemari pendingin. Minuman bersoda paling mendominasi. Anggap saja Emma kecanduan minuman bersoda.
Setelah melahap habis makanannya,Emma mematikan tv lalu berjalan menuju halaman belakang rumah. Setelah pulang tak ada yang ia lakukan selain berkebun. Hanya buah dan sayur. Tidak ada tanaman hias atau bunga-bunga yang berwarna-warni.
Menanam buah dan sayur hanya untuk menghabiskan waktunya saja. Itu sebabnya ia tak berminat menanam bunga karena tidak mengenyangkan. Ia juga tak butuh bunga. Setidaknya buah dan sayur berguna untuk bahan pangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.
FantasyKarena takdir yang sudah tertulis, membuat seorang gadis bernama Emma Harley harus menanggung beban dan menyembunyikan rahasia besarnya. Agar tidak di salah gunakan oleh mereka yang haus akan kekuasaan. Begitupula dengan identitasnya yang bukan seba...