Kedua mata Bufan menatap Emma dengan nyalang. Wajahnya terlihat begitu gusar setelah mendengar ucapannya. Selama ini ia menunggu dengan penuh harap dan begitu percaya diri saat perusahaan besar ini meresponnya. Semua rencana untuk masa depan perusahaannya sirna begitu saja. Baru saja direktur Philip menjawabnya dan dengan sedikit memaksa akhirnya direktur itu menyetujuinya dengan mengadakan rapat. Namun apa ini? Apa rapat ini diadakan hanya untuk membatalkan kerja samanya?.
"Apa maksudmu?." Tanya Bufan berusaha untuk tenang.
"Apa aku harus menjelaskannya secara detail?." Mendengar pertanyaan balik itu semakin membuat Bufan kehilangan kesabaran.
"Kenapa dibatalkan? Dimana direktur Philip?." Sekali lagi Bufan bertanya.
"Direktur sedang sibuk menikmati kopi paginya." Jawab Emma dengan asal.
Seketika itu Bufan mendengus kasar. Ia tak habis pikir, dirinya benar-benar tidak dilirik sedikit pun oleh direktur itu. Sebagai direktur seharusnya ia tak menyibukkan diri dengan menikmati kopi, sangat tidak kompeten. Hanya karena perusahaan terbesar di negara ini ia bisa melakukan semaunya sendiri. Ia akui perusahaan ini memang tak bisa dibandingkan dengan perusahaannya. Mengingat itu membuatnya ingin sekali mencemooh tepat di hadapannya.
"Dan alasan kenapa dibatalkan?. Selain perusahaan yang tidak berkembang, kalian juga bersikap tidak pantas dan menyinggung dengan memaksakan pengadaan rapat ini. Dan investasi dana yang diberikan pada perusahaan kalian sudah dicabut." Jelas Emma dengan wajah datar.
"Rapat selesai." Lanjutnya mengakhiri rapat.
Emma melihat Bufan tak bergeming di tempat. Entah kenapa ruang rapat yang sebelumnya sangat tak disukainya kini sedikit menghiburnya dengan melihat ekspresi wajah mereka yang sangat kecewa dan syok. Baginya, rapat ini hanya sebuah lelucon. Tidak ada pembahasan penting sedikit pun disini. Hal itu hanya membuang waktunya saja. Jika saja ia menerima permintaan kerjasama itu, ia pun tak mendapat keuntungan yang memuaskan dari perusahaan yang perkembangannya hanya setengah-setengah. Itu hanya merugikannya dengan memberikan dana dan lainnya.
Sebelum Emma berjalan keluar, lengannya dicengkal oleh Bufan. Sangat jelas pria itu membencinya. Kemungkinan rasa benci itu sudah mencapai kapasitasnya setelah dirinya bertemu dengan Emma sekali lagi dan gadis itu yang menghadiri rapatnya.
"Katakan! Apa ini juga ulahmu?." Sinis Bufan dengan lirih agar tak didengar yang lainnya.
"Ini di perusahaan, bisakah anda membedakan mana masalah pribadi dan mana masalah pekerjaan?." Jawab Emma memperingatkan.
Dengan suara yang lantang tentu saja membuat semua pasang mata menatap mereka. Cengkraman tangan Bufan semakin mengerat guna menekan Emma agar tak berulah. Ia menatap Emma dengan tajam agar nyali gadis di depannya menciut. Namun sebaliknya. Dirinya malah dibuat merinding dengan aura yang menguar dari tubuh Emma. Selain itu, tatapan dingin gadis itu sangat menusuknya. Ia sama sekali terlihat tak gentar sedikit pun meskipun lengannya sudah mati rasa.
"Lancang!." Teriak Emma begitu menggelegar membuat Philip langsung mendatangi mereka.
Tentu saja Philip masih sayang posisinya sebagai direktur. Ia tak ingin dipecat hanya karena seekor lalat yang berani menghinggapi bunga permatanya. Sontak Bufan melepaskan cengkeramannya saat melihat orang yang sudah dinantikannya sejak awal datang. Philip langsung melayangkan bogem mentah tepat di wajah Bufan hingga membuatnya mundur beberapa langkah.
Semua pasang mata menatapnya terkejut. Beberapa diantara mereka hanya bisa menutup mulut dengan tak percaya. Emma berjalan keluar mengabaikan keributan di belakangnya. Kini Bufan benar-benar berhadapan langsung dengan direktur Philip seperti niat awalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.
FantasyKarena takdir yang sudah tertulis, membuat seorang gadis bernama Emma Harley harus menanggung beban dan menyembunyikan rahasia besarnya. Agar tidak di salah gunakan oleh mereka yang haus akan kekuasaan. Begitupula dengan identitasnya yang bukan seba...