Part 37.

361 59 3
                                    

Cuaca hari ini begitu cerah. Awan putih yang menggumpal di langit sana tak menghalangi matahari untuk terlihat utuh. Dua burung bersiul terbang memutari pohon. Angin berhembus lembut menerpa dedaunan kering yang berserakan di tanah. Rerumputan yang sudah meninggi terombang-ambing mengikuti arah angin berhembus. Begitu juga serpihan bunga dandelion yang melayang-layang bebas di udara.

Emma duduk bersila kaki di rerumputan kecil. Kedua manik mata berwarna abu-abunya tengah menatap lekat bunga dandelion yang masih utuh di depannya. Dengan berhati-hati ia ingin memetik tangkainya agar bunga itu tak terberai. Ia ingin melihatnya secara utuh dari dekat. Hampir saja tangkai itu putus, tiba-tiba saja sebuah kaki menginjak bunga itu hingga rusak. Tak hanya itu, pemilik kaki itu dengan sengaja menekan-nekan pinjakannya.

Senyum tipis terbit di wajah wanita dengan pakaian pelindung lengkap latihan. Wanita berambut pirang itu menatap Emma dengan tatapan datar. Setelah menepuk beberapa kali tangannya yang sedikit kotor, Emma berdiri menghadap langsung wanita yang berani merusak ketenangannya. Tak hanya satu, beberapa wanita juga berada di belakang dengan pakaian perlengkapan latihan sama. Mereka adalah warior wanita di pack. Shewolf tangguh yang tak kalah banding dengan para hewolf lainnya.

"Salam Luna, saya Carrol." Ucap wanita tadi memperkenalkan diri. Tak membungkuk seperti lainnya, ia hanya memperkenalkan diri dengan nada yang tak bersahabat.

"Luna baru saja pulih karena insiden beberapa hari lalu. Mohon berlatih lebih keras lagi agar tak terjadi hal yang sama kedepannya. Setidaknya Luna bisa menjaga diri sendiri." Jelas Carrol dengan maksud lain. Ia sengaja menyinggung Emma dengan menekan kalimat akhirnya.

Carrol, salah satu wanita yang tak menyukai keberadaan Emma di istana ini. Selain itu, sebagai warior wanita berpangkat tinggi ia selalu menyudutkan Emma dengan pelatihan. Sering ia mengajak Emma berduel namun Emma selalu menolak. Hal itu membuatnya semakin gencar memprovokasi lainnya untuk menindas Emma. Hanya beberapa diantara mereka yang hanya ikut-ikutan berada di belakang Carrol. Itu karena walaupun Emma manusia, tetapi ia adalah seorang Luna. Bagaimanapun juga mereka tak bisa secara langsung menyinggungnya.

Bukan karena takut atau apapun. Hanya saja Emma begitu malas. Sejak kejadian beberapa hari lalu, ia tak diperbolehkan Felix untuk keluar istana selama seminggu hingga benar-benar aman. Ia masih mencari pelaku di balik layar. Siapapun itu Felix tak akan melepaskannya. Dan juga, Emma tak bisa dibiarkan sendirian keluar pack untuk bekerja. Ia harus membawa beberapa prajurit sebagai bodyguard. Dengan begitu setidaknya ia bisa mengawasi gadisnya.

Ingin sekali Felix membuat Emma untuk tak mengurusi perusahaan dan lain-lain di luar sana. Namun bagaimanapun juga, Emma adalah peran penting dalam mengelolanya. Ia tak bisa dengan enteng meminta Emma untuk meninggalkan perusahaan terbesar di negeri ini. Dan juga, ia tak ingin di anggap sebagai seorang pria penjilat karena membuat Emma berhenti dan secara otomatis perusahaan itu berada di tangannya. Ia tak ingin hasil kerja keras keluarga matenya itu ia rampas begitu saja. Biarlah ini berjalan hingga Emma benar-benar ingin berhenti. Namun jika dilihat dari sifatnya, kemungkinan besar gadis itu akan berhenti dan memindahkan kepemilikan perusahaan itu pada anaknya kelak.

Terbesit rasa bangga saat mengingatnya. Jika semua mantan matenya itu menganggap Emma sebagai manusia dengan penuh kekurangan, maka ia sebaliknya. Ia menganggap Emma sebagai gadis kuat dan tangguh. Selain kuat dalam masalah ranjang. Ia juga tangguh dalam membalas perbuatan. Ia tak mudah dikalahkan begitu saja. Pasti akan membalasnya hingga membuat lawannya tak berkutik sedikit pun.

Seperti biasa, Emma tak membuka mulut untuk menyuarakan suaranya. Ia mengabaikan wanita berotot itu dan melenggang pergi menuju tempat peristirahatan. Selama di tempat pelatihan warior ini, Emma sama sekali tak menyentuh senjata apapun yang sudah tersedia disini. Ia juga tak berlatih. Hanya duduk menikmati pepohonan yang rindang sambil memandangi para warior yang sedang berlatih. Ia juga hanya menonton saja saat mereka berduel.

𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang