Sebuah mobil hitam tengah berhenti di depan gerbang masuk kampus. Beberapa orang sempat menghentikan langkahnya untuk menunggu siapa dibalik pintu mobil mewah itu. Selain itu, mobil putih juga berhenti di belakangnya. Seperti biasanya, Vera keluar dari mobil putih yang dikendarai Ken. Ken membalas lambaian tangan Vera sembari menunggu mobil hitam di depannya untuk melaju.
Seorang pria dengan pakaian kasual keluar untuk membukakan pintu. Pintu mobil terbuka, memperlihatkan sosok di baliknya. Emma keluar sembari membenarkan tali tasnya. Dengan senyum yang merekah diwajahnya, ia memeluk Felix sebentar kemudian melambaikan tangannya saat mobil hitam yang ditumpanginya tadi mulai melaju. Semua itu tak lepas dari Vera dan Ken.
Seperti biasanya, Emma mengenakan pakaian sweater dengan celana jeans. Sebelumnya ia berniat memakai pakaian lain seperti rok dan kemeja. Namun ia urungkan karena tak ingin ribet. Lagipula niatnya kesini untuk menyelesaikan pendidikannya bukan untuk kontes kecantikan.
Emma menghampiri Vera yang masih diam menatapnya di depan gerbang. Vera menatapnya bingung. Tentu saja itu karena perubahan pada Emma yang membuatnya terlihat berbeda. Hal itu membuat Vera mengingat ucapan kakaknya yang bercerita bahwa Emma adalah seorang penyihir yang memiliki begitu banyak trik licik. Vera sempat tak percaya namun setelah melihat perubahan Emma sekarang membuat kepercayaannya sedikit runtuh. Ia berusaha meyakinkan diri untuk berfikir positif tentang sahabatnya.
"Tak rindu padaku?." Tanya Emma dengan wajah yang tak lagi datar seperti sebelumnya sembari berjalan masuk di ikuti oleh Vera di sampingnya.
"Emma, kau?." Heran Vera masih belum mencerna ucapan Emma. Matanya terus menatap kedua manik abu-abu Emma dengan lekat.
"Kau memakai lensa kontak?." Lanjutnya dan dijawab gelengan kepala oleh Emma.
"Tidak,aku lupa memakainya tadi." Bohong Emma. Sebelumnya ia berniat untuk memakai lensa kontak untuk menyembunyikan warna matanya. Namun Felix melarangnya dengan alasan karena khawatir lensa kontak hanya akan membuat sakit mata.
"Kau terlihat cantik, kapan kau mewarnai rambutmu?." Tanya Vera dengan kaku. Ia hanya ingin memastikan bahwa Emma benar-benar bukan seorang penyihir seperti yang dikatakan kakaknya.
"Aku tak menuntutmu untuk percaya padaku. Percaya atau tidak, itu adalah hakmu. Jika pun kau tak mempercayaiku, aku tak mempermasalahkannya." Jelas Emma setelah ia melihat kilasan masa lalu Vera. Ia tahu, Samuel menceritakan tentang dirinya saat di reject oleh Bufan. Dan tak hanya itu, pria itu juga sedang berusaha mencuci otak Vera.
"Kau,berbeda." Ucap Vera dengan lirih. Selain perubahan pada tubuh Emma, sikapnya juga berbeda.
"Aku hanya,kembali ke setelan pabrik." Canda Emma kemudiaan melambaikan tangannya pada Joy. Sedangkan Joy sempat kebingungan dan memutuskan untuk menghampiri Emma dan Vera.
"Kau membuat kepalaku meledak." Sahut Vera. Raut kebingungan di wajahnya berubah menjadi berbinar. Ia senang melihat Emma yang seperti sekarang. Juga ia tak lagi memikirkan siapa sebenarnya Emma. Ia tahu Emma memiliki sesuatu yang belum ia ketahui. Itu sebabnya ia akan menunggu hingga sahabatnya itu menceritakan sendiri padanya.
"Bagaimana kabar kali-,siapa?." Kini giliran Joy yang bingung.
"Lihatlah dia? Apa kau masih butuh jawaban untuk pertanyaanmu itu?." Celoteh Vera.
"Ya,kalian terlihat baik. Kau juga terlihat lebih baik." Jawab Joy dengan gugup.
oO0Oo
Sembari menunggu Felix, Emma berdiri di samping gerbang. Begitupula dengan Vera, ia juga menunggu Ken. Di hari pertama setelah liburan musim panas mereka harus menunggu untuk di jemput karena pulang lebih awal. Sempat Joy menawarkan untuk pulang bersama Vera karena melewati arah yang sama, namun Vera menolak. Tentu saja arah jalan pulang mereka sama namun itu hanya sampai lampu merah saja,setelahnya ia harus memasuki hutan untuk pulang ke masion. Ia tak akan membiarkan orang lain tahu alamatnya kecuali orang terdekat saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.
FantasyKarena takdir yang sudah tertulis, membuat seorang gadis bernama Emma Harley harus menanggung beban dan menyembunyikan rahasia besarnya. Agar tidak di salah gunakan oleh mereka yang haus akan kekuasaan. Begitupula dengan identitasnya yang bukan seba...