Part 12.

426 74 4
                                    

"Enyahlah." Ucap Samuel.

Emma tak menjawab,dengan ekspresi yang perlahan-lahan berubah khawatir ia berjalan keluar. Saat berada di ambang pintu ia berbalik menoleh menatap Vera yang masih memberontak di pelukan Ken. Ia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa. Entah apa yang ingin ia katakan pada Vera hingga menatapnya dengan tatapan khawatir. Ia mengeluarkan topinya lalu melemparnya ke dalam membuat mereka yang melihatnya bingung. Entah apa tujuannya melempar topi itu ke arah mereka. Setelah itu Emma kembali berbalik kemudian berjalan pergi.

"Tenanglah,Honey. Tenang." Bisik Ken mencoba menenangkan Vera yang masih ia peluk.

"Kenapa gadis manusia itu meninggalkan topinya?." Ucap Jake heran.

"Buang topi itu,aku tak ingin benda darinya terlihat lagi." Perintah Samuel yang masih berdiri di tempat.

Vera yang mendengarnya menggelengkan kepalanya beberapa kali,ia menarik Ken berjalan mengikutinya untuk mengambil topi yang tergeletak di dekat pintu keluar. Tak hanya Vera,Edmud juga berjalan berniat untuk mengambil topi itu namun di dahului oleh Vera. Sekali lagi Vera memberi tatapan tajam pada Samuel dan Jake. Ia mulai membenci setiap kata yang keluar dari mulut Jake. Kini ia tahu penyebab Emma  sempat menatap tajam Jake.

"Kau mau menuruti perintah bodoh itu?." Tanya Vera tak suka sambil menepuk topi itu beberapa kali untuk membersihkannya.

"Tidak,aku berniat untuk mengambilnya lalu mengembalikannya bersama kacamata yang tak sengaja aku bawa kemarin." Jawab Edmud dengan enteng. Berbeda dengan Samuel dan Jake,ia tidak sejahat itu pada kaum manusia.

"Bodoh-.."belum sempat Samuel mengatainya,lampu gantung yang tepat berada di atasnya jatuh menimpa tubuh Samuel dan Jake. Ken,Vera dan Edmud yang berada jauh dari tempat terjatuhnya terkejut melihatnya.

Lampu gantung itu langsung menghantam tubuh kedua vampir dibawahnya lalu menebarkan pecahan kaca kristalnya. Tak lama setelah itu Samuel mengangkat lampu gantung di atas tubuhnya yang lebih besar daripada tubuhnya. Jake bangkit lalu menepuk lengannya beberapa kali. Luka di tubuh mereka perlahan-lahan sembuh. Bagi mereka luka kecil ini tak begitu menyakitkan. Jika saja manusia yang berada di posisi mereka,sudah dipastikan tubuh mereka tak bernyawa lagi karena tertancap besi dan kaca sebesar ini.

Jake menatap lampu gantung itu dengan heran. Ia tahu lampu itu sudah terlalu tua untuk terus bertahan di atas sana. Tiba-tiba ia teringat dengan Emma yang sempat melirik keatas kemudian menatap Vera dengan tatapan khawatir. Hal yang membuatnya heran adalah topi hitam yang sengaja gadis itu lempar sebelum pergi. Dan secara tidak langsung membuat Vera mengambilnya. Apa Emma sudah mengetahui ini akan terjadi?

"Apa kau juga berfikir sama sepertiku?." Tanya Ken lalu menatap Edmud yang tertegun.

"Bukankah ini pertanda buruk?." Ucap Jake bercanda namun tidak dengan Samuel.

Samuel menempis pikirannya. Ia menganggap hal ini wajar karena lampu gantung ini sudah menggantung lebih dari lima abad. Terlihat juga rantai besi untuk penahannya sudah berkarat. Itu artinya lampu itu jatuh karena rantai penahannya berkarat. Dengan sedikit kesal ia bergerak secepat angin membersihkan pecahan kaca lampu yang berserakan dan dibantu oleh yang lainnya.

                              °•°•°

Masih dengan wajah datarnya Emma berjalan. Ia membiarkan wajahnya terekspos. Tak lama kemudian ia melewati kampus yang sudah sepi. Masih jauh,ia baru saja melewati kampus. Angin berhembus pelan menerpa wajahnya membuat dirinya sedikit menggigil. Ia menyentuh lehernya lalu menghela nafas panjang. Ia demam,tubuhnya semakin melemah seperti sebelumnya.

Sama dengan makhluk seperti mereka,ia juga melemah saat ditolak oleh matenya. Ia tahu ia seorang manusia tetapi dirinya berbeda. Jika makhluk seperti vampir, werewolf,elf,dan lainnya hanya mempunyai satu mate seumur hidup maka ia tidak. Setelah direject ia akan mendapat mate baru,begitu terus hingga ada mate yang mau menerimanya. Ia masih bingung,dirinya yang seorang manusia seharusnya menjalani kehidupan normal seperti yang lain. Apa hanya karena kelebihannya ini ia menjadi berbeda dari makhluk immortal dan manusia lainnya?.

𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang