Langit gelap mulai bergemuruh. Awan abu-abu mulai menyelimuti langit. Bisa ditebak tak lama lagi hujan akan turun. Banyak orang berlalu-lalang dengan tergesa-gesa takut hujan akan membasahinya. Namun tidak dengan Emma. Ia memakai payung berwarna hitam polos dan mulai berjalan menuju kampus. Rintik-rintik hujan mulai membasahi payungnya.
Emma berhenti di halte bus karena hujan semakin deras dan angin berhembus kencang membuat air hujan sedikit membasahi pakaiannya. Dan itu membuatnya harus berteduh hingga hembusan angin kencang mereda.
Kedua mata Emma melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia terlambat,dan bus sudah lewat sedari tadi. Ia kembali membuka payungnya dan mulai berjalan. Langkah kakinya terhenti saat seseorang berlari dengan kecepatan yang tak normal menabraknya. Tubuh Emma tersentak dan jatuh duduk. Payungnya terbawa angin hingga jatuh di tengah jalan.
Tanpa mempedulikan dirinya yang sudah basah kuyup ia berdiri dan hendak menyeberangi jalanan yang sepi. Belum sempat ia melangkahkan kakinya,seorang yang menabraknya menendang kaki kiri Emma hingga ia kembali jatuh.
"Hari yang sial bukan?." Ucap orang itu yang tak lain adalah Samuel.
"Kebetulan sekali,kau beruntung aku sedang ada urusan." Lanjutnya lalu melesat dengan cepat meninggalkan Emma yang masih berusaha untuk berdiri.
Dengan langkah yang sedikit gemetar Emma menyebrangi jalan tanpa mempedulikan sekitarnya. Hampir saja tangannya meraih payungnya namun sebuah mobil menabraknya. Beruntung mobil itu sempat mengerem hingga tak begitu menghantam tubuh Emma dengan keras. Namun tetap saja tubuh Emma tersentak akibat sisi tubuh sebelah kanannya terhantam bagian depan mobil.
Emma segera bangkit lalu mengambil payungnya. Ia berjalan kembali mengabaikan mobil yang masih terhenti. Seseorang dari dalam mobil menurunkan jendela mobil dan berteriak.
"Bodoh!." Maki pria paruh baya dengan tampang garang lalu menjalankan mobilnya kembali.
Emma tak menanggapinya. Ia terus berjalan kembali ke arah yang ia lewati tadi. Ia memutuskan untuk tidak ke kampus hari ini.
Hujan semakin deras membasahi tubuh Emma dan menghapus jejak air matanya. Menangis,Emma tak sadar matanya mengeluarkan beberapa bulir air mata. Sudah dipastikan akibat menahan rasa sakit di kakinya. Baginya rasa sakit tertabrak mobil tak seberapa. Namun ngilu di kakinya karena Samuel membuatnya terpaksa menahannya dan terus berjalan.Sesampainya di rumah Emma langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi ia melihat tumpukan pakaian kotornya di keranjang. Mengingat memar di lengannya ia mengurungkan niat untuk mencuci pakaiannya. Memar di tubuhnya semakin bertambah.
Dengan tertatih-tatih ia berjalan menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan dan minuman dingin dan membawanya ke ruang tamu untuk bersantai-santai di sofa sambil menonton film-film kesukaannya. Ia kembali masuk dapur dan mengambil sandwich yang sengaja ia buat banyak kemarin. Setelah dipanaskan di oven ia kembali ke ruang tamu.
Hari ini Emma menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Ia menonton beberapa film hingga sore. Setelah membersihkan sampah dan piring makanannya ia berjalan memasuki kamar dan memutuskan untuk tidur hingga esok. Entah besok ia pergi ke kampus atau tetap terbaring di kasurnya.
°•°•°
Di kampus Vera tampak kebingungan karena tak mendapati Emma di tempat biasanya. Ia melihat kesana-kemari mencari sosok Emma namun nihil. Joy yang melihatnya langsung berjalan menghampiri Vera.
"Hari ini dia tidak ke kampus." Ucap Joy membuat kedua alis Vera menyatu.
"Kenapa?." Tanya Vera,tak biasanya Emma tak pergi ke kampus. Biasanya Emma akan datang awal.
"Entah,kemarin aku melihatnya hampir tertabrak mobil yang hilang kendali." Jawab Joy lalu pergi.
Vera yang mendengarnya langsung khawatir. Ia tahu Emma adalah orang yang tak memperhatikan sekitarnya. Bisa saja terjadi sesuatu yang tidak-tidak karena kebiasaan buruk itu.
Sesampai di rumah,Vera langsung memeluk sosok yang duduk di sofa sambil menyesap minuman berwarna merah pekat. Setelah puas memeluknya,Vera iku duduk di sampingnya dengan wajah cemberut.
"Kenapa wajahmu itu?." Tanya seorang pria yang baru datang dan duduk di hadapan mereka.
"Kakak,aku khawatir." Jawab Vera lalu menyandarkan kepalanya di pundak pria disampingnya.
"Ada apa sayang?." Tanya pria disampingnya dengan penasaran.
"Hari ini Emma tidak ke kampus,aku sendirian." Jawab Vera dengan wajah sedihnya. Melihat itu membuat pria di hadapan mereka yang sedari tadi memperhatikan mereka berdecak kesal.
"Sialnya aku melihat adegan ini." Sindir pria yang dipanggil kakak tadi.
"Ada aku." Jawab pria disamping Vera sambil menyeringai.
"Aku ingin kakak mengantarku untuk menjenguknya besok" Ucap Vera mengabaikan pria disampingnya.
"Kenapa bukan pasanganmu saja yang mengantarmu?." Mendengar jawaban itu membuat Vera menghela nafas panjang.
"Besok kalian para pria akan pergi bersenang-senang memancing di danau. Dan yang mengemudi mobilnya itu kakak." Vera merengek membuat pria disampingnya mengelus puncak kepala Vera.
"Hem." Jawab kakaknya lalu berjalan pergi sambil meringis kesakitan. Melihat hal itu membuat Vera yang melihatnya heran.
"Apa kau sudah menghubungi temanmu itu?." Tanya pria disampingnya.
"Aku tak mempunyai nomornya." Jawab Vera terkejut. Ia baru menyadari kebodohannya. Sudah berapa lama ia berteman dengan Emma dan tak pernah bertukar nomor telepon.
"Kau aneh." Tentu saja mendengar jawaban Vera membuatnya tertawa.
"Bukan aku,dia saja yang aneh." Gerutu Vera lalu memejamkan matanya.
°•°•°
Tubuh Emma masih terbujur kaku di kasurnya. Sudah dua jam ia terlelap hingga suara ponselnya membangunkannya. Nada notifikasi ponselnya terus berbunyi. Emma membuka matanya lalu mengecek ponselnya. Terdapat beberapa pesan dari orang tuanya. Mereka menanyakan kabar dirinya. Mungkin karena dosen di kampus memberitahu mereka. Bagaimana dosennya bisa melapor pada orang tuanya?tentu saja karena dosennya adalah teman lama ayahnya.
Emma mengetik sesuatu untuk menjawab pesan dari ibunya. Ia beralasan hanya lelah dan ingin beristirahat. Setelah tak ada balasan, ia bangkit dari kasur dan berjalan menuju ruang tamu. Ia duduk di sofa lalu mengambil lembaran-lembaran sobekan buku kemarin lalu menatanya. Setelah itu ia meletakkannya di samping botol obat.
Emma menunduk melihat kaki kirinya yang sudah memar. Buka hanya itu,pundaknya juga memar dan terdapat luka goresan kecil di pergelangan tangannya. Ia mengambil plester luka lalu menutup luka goresan itu.
Matanya melirik dua botol obat di meja. Ia tak akan meminum obat terakhir yang ia minum. Obat diet itu malah membuat perutnya sakit.Ia kembali berjalan memasuki kamarnya dan merebahkan kembali tubuhnya di kasur.
Rasa ngilu yang kemarin hanya di bagian tertentu kini menyebar di seluruh tubuhnya. Bagian lengan,perut dan kakinya yang paling terasa. Tak ingin lama-lama memikirkannya,ia mulai menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.
FantasyKarena takdir yang sudah tertulis, membuat seorang gadis bernama Emma Harley harus menanggung beban dan menyembunyikan rahasia besarnya. Agar tidak di salah gunakan oleh mereka yang haus akan kekuasaan. Begitupula dengan identitasnya yang bukan seba...