Di istana Silvermoon Pack, semua pasang mata tertuju pada gadis yang tengah berada di gendongan Felix. Fee terus mengoceh bercerita tentang angin dan bunga yang berada Bloodmoon Pack. Ia terlihat begitu senang di sini bersama yang lainnya. Itu karena selama ini ia hanya bisa keluar dan bermain-main di sekitar pohon saja. Setelah itu ia akan kembali memasuki pohon dan menghabiskan waktunya untuk tidur di dalamnya.
"Astaga, Alpha." Ucap Melisa kehabisan kata-kata.
Sama seperti Melisa, Carrol menangis melihat gadis itu. Berita mengenai seorang putri dari Silvermoon Pack menyebar luas di penjuru dunia. Hal itu membuat semua orang memiliki harapan lebih pada gadis kecil itu. Mereka menganggap gadis itu sebagai pembawa keberuntungan dan berkah dari MoonGoddes karena sejak kemunculannya, desa dan sekitarnya memiliki tanah yang subur dan panen yang melimpah.
"Huhu ponakanku." Ucap Ian sambil memeluk Fee gemas.
"Permataku." Sahut Philip tak mau kalah.
"Kenapa Fee tak memiliki surai berwarna perak seperti mereka?." Tanya Melisa pada Felix sambil melihat dua manusia memiliki surai perak.
Karena merasa sesak, Fee berlari memeluk kaki Leo. Sontak Leo menggendongnya dan mencium bibir mungil hadis itu dengan gemas. Melihat adegan itu membuat wajah Leo seketika basah karena Ian yang menggunakan elemen air dan menyemprotkannya pada wajah cabul Leo. Perlahan-lahan rambut hitam kelam Fee berubah menjadi silver. Gadis itu terdiam lama kemudian dengan cepat menatap pintu. Hembusan angin masuk menerpa lembut surai silver itu hingga tersibak.
"Mama?." Ucap Fee sambil tertawa.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Fee tumbuh menjadi gadis remaja cantik. Senyum cerah di bibirnya menambah kesan manis. Tak seperti ibunya yang tomboy dan pendiam, Fee lebih ke feminim dan banyak bicara. Ia terus mengoceh membuat lawan bicaranya tak perlu repot-repot memikirkan topik pembicaraan.
Hari ini, seperti biasanya ia berada di lapangan pelatihan untuk melihat Leo dan yang lain berlatih. Sama seperti Emma, gadis itu sama sekali tak berniat untuk ikut berlatih. Ia hanya menatap mereka sambil memilin tangkai bunga dandelion. Ia melihat Carrol duduk di tempat peristirahatan bersama Robert dan Xavier. Mereka terlihat lelah dan penuh keringat.
"Fee, apa yang kau lakukan disini?. Ibuku memintaku untuk mengajakmu belajar mengulen adonan bersama maid." Ucap Lili dan ikut duduk di samping Emma.
"Hanya melihat mereka. Kak Leo melarangku ikut berlatih." Jawab Fee sambil menyengir.
"Aku heran kenapa kau memanggilnya kakak padahal umurnya sama dengan papamu." Jelas Lili sambil menatap Leo yang mulai mencari gara-gara dengan Robert.
"Mama mengatakan padaku bahwa kak Leo adalah mateku. Tak mungkin aku memanggil mateku sendiri dengan sebutan paman hahahaha..." Gelak Fee tak habis pikir.
Lili hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tak tahu dengan jelas apa maksud Fee. Tetapi ia tak akan terus menanyakannya karena ia tak ingin membuat Fee sedih dengan mengingat Emma. Ibunya mengatakan bahwa dongeng yang sering di ceritakan padanya adalah sebuah cerita benar adanya dari makhluk legenda. Dan tentu cerita tentang istana pohon itu sudah menyebar di penjuru dunia.
Dalam hati serigala Fee bersorak kegirangan. Karena papanya yang merupakan seorang Alpha, darahnya mengalir di dalam dirinya membuatnya menjadi makhluk immortal berdarah campuran. Karena itu ia juga memiliki sisi werewolf sama seperti yang lain.
Mengingat mamanya, Emma. Ia sama sekali tak merasa sedih sedikitpun. Justru sebaliknya, ia merasa senang dan berdebar. Janji yang mamanya buat saat dirinya masih kecil masih teringat jelas di otaknya. Emma berjanji padanya untuk terus berada disini, istana. Ia berjanji hanya menemui MoonGoddes sebentar. Itu sebabnya ia sama sekali tak merasa kehilangan sosok seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.
FantasyKarena takdir yang sudah tertulis, membuat seorang gadis bernama Emma Harley harus menanggung beban dan menyembunyikan rahasia besarnya. Agar tidak di salah gunakan oleh mereka yang haus akan kekuasaan. Begitupula dengan identitasnya yang bukan seba...