Part 6.

494 70 7
                                    

Belum sempat Ken protes, Emma langsung melepas jaketnya memperlihatkan memar di lengannya yang semakin bertambah parah. Bahkan mereka bisa menebak,dibalik kaos polos yang dipakainya masih terdapat lebih banyak memar lagi.

Emma beranjak dari duduknya lalu berjalan memasuki kamarnya. Tak lama kemudian ia keluar dengan memakai celana pendek memperlihatkan memar di kakinya. Vera dan yang lain tak menyangka akan melihat begitu banyak memar di badan Emma.

Dada Samuel semakin sesak. Detak jantungnya berdetak tak karuan. Ia meringis sakit saat melihat tubuh kecil itu penuh dengan memar. Terlebih lagi di lengan dan kaki kirinya. Ia masih mengingat jelas apa yang ia lakukan padanya kemarin.

Pandangan Samuel tak lepas dari Emma yang kini sudah kembali duduk di sampingnya. Tangan Emma terangkat melepas topi yang sedari tadi masih ia kenakan dan tak sengaja membuat rambutnya terurai. Ia mulai melepas kacamata dan masker yang menutupi wajahnya.

"Tunggu! Apa?!." Teriak Jake terkejut melihat sosok di hadapannya.

Bukan hanya Jake,yang lain juga sama terkejutnya. Berbeda dengan Vera,ia tampak khawatir. Nafas Samuel tercekat. Tak sedikit pun ia mengira tubuh kecil itu adalah tubuh seorang gadis. Rasa sakit ditubuhnya sedari kemarin semakin berlipat-lipat. Ia mulai meringis kesakitan sambil memegang dadanya.

Vera menampar Ken,Jake,Edmud dan kakaknya secara bergantian. Ia sudah mengerti situasi ini. Kemarin Ken menceritakan semua padanya. Seorang bocah yang mereka tindas saat tak sengaja bertemu di hutan. Vera tak mengira bocah yang mereka maksud adalah Emma.

"Brengsek kalian!." Teriak Vera murka. Ia mulai memeluk Emma yang masih terdiam. Ia sama sekali tak peduli dengan mereka. Yang ia lakukan hanya menyaksikan mereka terkena amukan dari Vera.

Emma meraih tas belanja yang dibawa Vera tadi. Ia berdiri dan berjalan menuju dapur. Sedangkan Vera masih asik mengurus yang lainnya. Suara Vera sangat keras. Sudah dipastikan ia sangat-sangat marah. Emma kembali duduk di samping Samuel yang masih memegangi dadanya kesakitan. Emma meletakkan buah strawberry di keranjang anyaman kecil di meja lalu meletakkan beberapa minuman kaleng soda dingin.

"Oh kau tidak perlu repot-repot Emma. Mereka tidak pantas." Sinis Vera lalu berlari memasuki dapur.

"Mate." Ucap Samuel dengan lirih namun diabaikan oleh Emma.

Mendengar ucapan Samuel membuat yang lain terkejut bukan main. Apa Emma adalah mate Samuel?jika benar maka ia dalam masalah. Bagaimana tidak?ia sudah menyakiti matenya sendiri dan sekarang tubuhnya juga merasakan sakit yang berlipat-lipat. Jika Emma menolak Samuel maka tamatlah riwayatnya. Neraka dunia sedang menantinya.

Vera kembali dari dapur dengan membawa dua kantong es. Samuel yang melihatnya langsung merebut satu kantong es itu lalu kembali duduk di samping Emma. Vera sempat terkejut lalu ia langsung mencengkeram puncak kepala kakaknya dan menariknya.

"Apa yang kakak lakukan?ini untuk memar Emma." Geram Vera sambil menjambak rambut Samuel.

"Diam." Ucap Samuel dengan lirih.

Vera menghentikan aksinya lalu duduk di samping Emma yang kosong. Dengan tangan yang sedikit gemetar Samuel meraih tangan Emma. Melihat itu Vera yang mulai menempelkan kantong es di pundak Emma meliriknya curiga.

"Maaf." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Samuel.

"Maafkan aku juga. Aku salah. Aku tak akan mengulanginya lagi. Sebagai permintaan maaf ku kau akan mendapatkan perawatan gratis di rumah sakit yang tak jauh dari kampusmu. Ken akan merawatmu dengan baik." Ucap Jake panjang lebar membuat Ken meliriknya jengah.

"Maaf juga tentang bukumu. Aku akan menggantinya dengan seratus buku yang lebih tebal." Timpal Edmud sambil melirik tumpukan sobekan buku yang ia sobek tergeletak di meja. Mendengar itu membuat Vera mengernyitkan keningnya.

"Buku?." Tanya Vera bingung lalu melihat apa yang Edmud lihat di meja.

Buku itu,buku yang Vera berikan pada Emma saat ia pertama kali main ke rumah Emma. Ia tahu Emma begitu menyukai cerita bergenre misteri itu. Ia tahu Emma menyukainya ketika ia tak sengaja melihat Emma membuka tasnya dan memperlihatkan satu buku yang tertutupi lembaran kertas.

"Buku pemberianku." Kalimat itu tanpa sadar keluar dari bibir Vera.

Ken langsung memberi tatapan tajam pada Edmud yang semakin panik. Niatnya untuk meminta maaf malah akan mendapat malapetaka. Ia tahu seberapa sensitifnya Ken jika itu menyangkut Vera.

Emma hanya diam mengabaikan mereka. Ia melepas genggaman tangan Samuel dan mengambil remote control untuk menyalakan tv. Ia membiarkan Vera mengompres memar di pundaknya.

"Apa dia benar-benar.." karena tak ada respon tanpa sadar Jake berbicara dan terhenti saat mendapatkan tatapan tajam dari Samuel dan yang lainnya.

"Maksudku apa dia benar-benar akan memaafkan kita?." Lanjut Jake.

Samuel tak henti-hentinya menatap wajah Emma yang asik menonton film. Tidak mungkin Emma buta kan? Ia juga tak tuli karena merespon ucapan Vera. Hanya saja ia tak membuka mulutnya untuk berbicara sepatah kata pun.

Samuel merasa bersalah. Ia sangat bodoh mengira sosok tertutup yang tak sengaja bertemu di hutan adalah laki-laki. Ia yang memulai semua ini duluan. Saat itu ia terkejut dan tak percaya jika aroma wangi yang ia ikuti berasal dari laki-laki yang ia kira serba kekurangan. Seharusnya matenya adalah seorang gadis. Ia marah karena bukan seorang gadis yang ia temui. Itu sebabnya ia malah melampiaskan itu semua pada Emma.

"Mana lagi yang sakit?." Tanya Samuel dan tentu saja diabaikan.

Karena tak ada yang bisa dilakukan,Edmud,Jake dan Ken mulai mengambil satu persatu buah strawberry di meja dan memakannya. Sayang sekali jika sudah di sajikan untuk mereka namun tak dimakan. Tidak mungkin juga Emma bisa menghabiskan semua strawberry di kebunnya.

Jake dan Edmud menyandarkan tubuh mereka dan ikut menonton film sambil menikmati strawberrynya. Ken membantu menjelaskan pada Vera cara yang benar saat mengompres memar. Sedangkan Samuel mencoba meraih tangan Emma kembali lalu menempelkan kantong es di lengan Emma.

"Kau sudah mengobatinya kan?kau obati dengan apa hingga memar ini tak membaik." Tanya Vera heran.

Emma langsung melirik dua botol obat di meja sekilas lalu kembali fokus menonton. Melihat itu,Ken langsung meraih dua botol obat di meja untuk mengeceknya. Mata Ken terbelalak tak percaya. Ia menahan tawanya agar yang lain tak mengetahui. Namun detik selanjutnya Edmud merampas dua botol obat itu lalu mengeceknya.

"Obat herbal untuk diet?obat pereda nyeri lambung?." Ucap Edmud dengan tak percaya.

Jake,Samuel dan Vera ikut terkejut setelah mendengar ucapan Edmud. Ken tak bisa menahannya lagi. Kedua tangannya terangkat menutup mulutnya agar tak tertawa. Ia harus membuat ekspresi sedih agar Vera tak memarahinya lagi.

"Kau bodoh?kau menyembuhkan luka memarmu dengan ini? Memangnya luka apa lagi selain memar-memarmu yang membuatmu meminum obat ini?." Ucap vera setengah berteriak sangking herannya.

"Sudah kubilang, ia butuh perawatan medis. Ken akan merawatnya dengan baik di rumah sakit." Cerocos Jake lalu mendapat senggolan di lengannya.

Tanpa mempedulikan yang lain,Emma kembali menarik tangannya dari Samuel. Ia mencengkram bagian bawah kaosnya lalu mengangkatnya untuk memperlihatkan pinggangnya. Belum sempat terbuka,Vera langsung menghentikannya dengan panik.

"Dia sungguh tak menganggap kita ada." Umpat Jake.

𝑰 𝑫𝑶𝑵'𝑻 𝑪𝑨𝑹𝑬!.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang