🙈AZ-32🙈

5.7K 809 61
                                    

Kayanya ini bakal sampai 50-60 part, aku takut kalian bosen ngikutin cerita Aizen sama Laeryn ini:(

300 vote 60 komen gas, ini sedikit banget loh, pembaca cerita ini udah 80K, pasti bisalah diantara 80K ini menuhin 300 vote dan 60 komen.

><

PLAK!

Suara tamparan itu nyaring juga.

"Hiks..huaaaa sakiiiit!" Laeryn tersentak kaget saat mendengar tangisan Aizen yang tiba-tiba.

Aizen dan Riyan sudah sembuh dari demam mereka, butuh 2 hari untuk sembuh, dan sekarang ini mereka tengah menemanis Aizen nonton Coco melon.

Tadi itu, Laeryn mau mukul nyamuk yang ada di pipi Aizen, eh taunya terlalu kuat sampai membuat Aizen nangis kejer.

Aizen meringkuk sembari memegang pipi kanannya yang merah akibat tamparan Laeryn tadi, padahal dia lagi asik nonton.

Eh tiba-tiba malah kena tabok.

"Lae jahaaaat..huaaaaaaaa." dan lagi semenjak Aizen sembuh dari demamnya, dia semakin manja dan tingkat kecengengan nya semakin besar.

Hal kecil bisa membuatnya nangis, seperti kalau dia dicuekin Laeryn yang lagi nyuci piring, dia bisa nangis, ngeliat Laeryn peluk Riyan bisa buat dia nangis.

Lihat Laeryn kepentok pintu bisa buat Aizen nangis, entahlah, efek setelah demam mungkin.

"Maaf, tadi aku niatnya mau mukul nyamuk." bujuk Laeryn seraya memeluk Aizen, Aizen menggeleng kuat dan masih menangis.

Laeryn kan jadi bingung harus kaya gimana, Riyan yang mulai malas mendengar tangisan Aizen akhirnya bicara.

"Gue ganti coco melon lo ini." ancamnya tak main-main.

Untung saja Aizen mulai bereaksi, dia bangun dan langsung merampas remote tv yang ada ditangan Riyan.

"Jahat! Pergi sana..hiks.." serunya kesal, dia menyembunyikan remote tv itu dibelakang tubuhnya.

Wajahnya memang sudah basah dengan air mata, pipi kirinya merah padam bekas tamparan Laeryn, bibirnya bergetar sementara matanya sudah basah.

Laeryn jadi semakin merasa bersalah, Laeryn mencium pipi Aizen yang kena tampar tadi lalu mengelusnya.

"Maafin Laeryn ya, Laeryn gak maksud kaya gitu." lirihnya sedih, Aizen menoleh sedikit, walau dia masih sedih karena kena tampar tadi.

Bibirnya mengerucut sebal. "Jangan gitu lagi, sakit tau." sungutnya kesal seraya memeluk dan duduk dipangkuan Laeryn.

Laeryn mengangguk, dia membalas pelukan Aizen dan mengelus punggungnya.

"Kak, 2 hari lagi Riyan sama Aizen bakal berangkat ke Amerika, kebetulan foto yang kami kirim untuk lomba itu masuk ke tahap 15 besar, dan kami diharuskan ikut kesana untuk melanjut ke tahap berikutnya."

Sebenarnya Riyan ragu mengatakannya, jika dia dan Aizen berhasil masuk ke tahap 5 besar, mereka mungkin akan langsung di kontrak Agensi besar.

Dan tentu saja mereka harus berpisah dengan Laeryn, itu pula hal yang memberatkan Riyan.

Dia tak mau jauh dari kakaknya, hanya saja ini kesempatan bagus untuk nya memulai karir dan membahagiakan kakaknya kelak.

Laeryn menatap Riyan dengan bangga, dia menepuk bahu adiknya pelan.

"Keren! Kalian harus kesana dan menang ya, kakak bakal dukung dari sini." Laeryn selalu mendukung apapun yang Riyan mau lakukan.

"Aku gak mau pergi.." cicit Aizen dibahu Laeryn, dia tak mau ikut ke Amerika, walau dia lolos sekalipun.

Dia tak mau, niatnya kan kemarin cuma untuk nemenin Riyan doang, tapi kenapa dia juga lolos?

"Hei, gak boleh gitu sayang, kamu harus kesana, biar Papah sama Mamah bangga sama kamu." bujuk Laeryn.

Aizen melepas pelukannya dan menatap Laeryn lirih. "Gak mau jauh dari kamu.." bisiknya bergetar.

Laeryn menghela napas pelan, dia menangkup wajah Aizen lalu menatapnya lembut.

"Suatu saat kita memang harus jauhan dulu, kalau kamu terus-terusan sama aku, kapan kamu berkembangnya, kamu kan hebat, pacar ganteng aku ini pasti bisa jadi model terkenal nantinya."

Aizen menunduk, dia menggeleng pelan. "Kalau nanti kamu berpaling gimana.."

"Enggak, aku memang gak tau kedepannya bagaimana, tapi aku bisa yakin kalau aku gak bakal berpaling, kita saling jaga hati, kamu disana memulai karir dan aku disini juga begitu."

Aizen menggeleng, dia kembali memeluk Laeryn dan memejamkan matanya.

Membayangkan dia jauh dari Laeryn, sudah membuatnya sakit kepala, bagaimana dia bisa jauh dari Laeryn kalau seperti ini caranya.

Riyan juga tak bisa jauh dari kakaknya, cuma benar kata Laeryn, mereka harus berjauhan jika mau berkembang.

Perlahan Riyan mencium pipi Laeryn dan mengelus rambut kakaknya itu.

"Riyan janji, bakal sukses dan bahagia in kakak, prioritas Riyan itu selamanya kakak, Riyan bakal nikah kalau kakak sudah bahagia." bisik Riyan tulus.

Dulu Laeryn selalu menjadikannya prioritas dan hal yang harus dibahagiakan, dan sekarang saatnya giliran Riyan.

Dia akan membahagiakan kakaknya dengan cara menjadi orang sukses kedepannya.

🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈Bersambung🙈

Childish Aizen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang