🙈AZ-36🙈

4.9K 716 63
                                    

Halok! 260 vote 60 komen gas!

Banyak yg ngamuk di chap sebelah😭 ketawa banget aku bacanya hahahahhaha.

><

3 minggu berlalu dengan cepatnya, Rio dan Zavina senantiasa bergantian untuk menjaga Laeryn di Rumah Sakit.

Tak ada tanda-tanda jika gadis itu hendak membuka matanya, Dokter sudah mengatakan kondisi tubuh Laeryn sudah cukup stabil.

Luka di kepalanya juga sudah mengering, tinggal menunggu Laeryn sadar dan mengecek bagaimana dengan ingatannya nanti.

Rameo, Rivan, Vier dan Juneth sering datang berkunjung, teruntuk Rivan dia lebih sering menginap di kamar inap Laeryn untuk menjaga nya.

Dia kan ada kewajiban dan tanggung jawab atas Laeryn.

"Kapan Aizen pulang coba, dia gak tau keadaan ceweknya gimana." keluh Rameo, mereka sudah mencoba menghubungi Aizen.

Namun percuma saja, pesan yang mereka kirimkan juga hanya centang 1 saja, ditelepon juga percuma.

"Entahlah, jangan tanya gue." gumam Rivan sembari mengelus pipi pucat Laeryn, tatapan mata teduhnya memiliki sebuah tanda tersendiri.

Tak ada yang tau, Vier sendiri memijit kaki Laeryn, berharap gadis itu segera bangun.

"Hm, kayanya tebakan gue nih, Lae bakalan bangun sebentar lagi, sekitar dua atau tiga hari lagi." cetus Juneth yang tengah mengerjakan tugas rumah Laeryn.

Rameo mengedikan bahunya pelan.

"Menurut lo pada, kalau Lae bangun dia bakal ingat Aizen gak?" tanya Vier serius.

Pertanyaan yang memang sudah mereka pertanyakan sedari kemarin, apa Laeryn akan ingat Aizen atau tidak?

"Kata Dokter, Kerusakan memori, bukan kehilangan memori, yang berarti akan ada sebagian memori yang rusak, Laeryn bakal ingat Aizen cuma, memorinya tentang Aizen pasti sedikit rusak." jelas Rivan tenang.

Dia mengelus jari-jari lentik Laeryn, 3 minggu menjaga Laeryn, membuat Rivan terbiasa.

Tinggal menunggu Laeryn sadar maka dia akan selesai dengan tanggung jawabnya.

"Berarti gini, Lae bakalan ingat sama Aizen, cuma memori dia sama Aizen jadi rusak, semisal dia tau Aizen tapi gak tau hubungan mereka itu apa?" tebak Vier.

Rivan mengangguk tenang, dia menegakan tubuhnya lalu tersenyum tipis.

"Iya, bisa jadi seperti itu, atau dia tetap ingat statusnya dengan Aizen tapi, seseorang merusak memori indahnya dengan kenyataan pahit sehingga Lae membenci Aizen." ujarnya kalem.

Wajah teduhnya memang tak mendeskripsikan keburukan.

Hanya saja, tak ada yang tau makna dari ekspresi kalem milik Rivan ini.

Mereka ber 3 saling pandang, kemudian menggeleng pelan.

"Sudahlah, Lae sadar saja kita bersyukur, untuk kedepannya kita serahkan sama Allah aja." cetus Juneth.

Tidak ada yang tau kedepannya akan bagaimana bukan.

...

"Gue mau pulang!" Aizen kembali berdebat dengan Riyan, 3 minggu mereka di Amerika dan mengikuti lomba model, Aizen terus menuntut ingin pulang.

Firasatnya tak enak, dia tak bisa tau kabar Laeryn bagaimana selama 3 minggu ini, Aizen uring-uringan dibuatnya.

Dia tak perduli dengan lomba ini, yang dia penting kan adalah Laeryn.

Dia bisa sukses tak harus dari lomba sialan ini. "Zen, cuma 7 bulan aja masa lo gak bisa tahan sih." Riyan sebenarnya juga mau pulang rasanya.

Tapi sudah sampai sini, sayang kalau dihentikan begitu saja.

Aizen mencengkram kuat kerah kemeja Riyan, padahal 1 jam lagi mereka akan melakukan pemotretan untuk tema pantai.

Bahkan mereka sudah berada di pantai, mereka diberikan 1 villa untuk bersiap.

"Gue gak pernah minat sama lomba ini brengsek! Gue cuma mau nurutin Laeryn yang minta gue jagain lo! Gue gak mau tau, gue mau pulang!"

Riyan menghela napas panjag.

"Kamu gak bisa sembarangan kaya gitu Aizen, akan ada denda kalau kamu keluar seperti ini." itu Valeri, staff yang menjadi penanggung jawab Riyan dan Aizen.

Gadis cantik asal Bali itu sudah diincar beberapa orang, karena paras cantiknya dan tutur kata yang lembut.

Aizen mendecih sinis. "Memang dendanya berapa sih!? Gue tuh mau pulang! Gue muak disini!" muak Aizen jelas.

Tatapan matanya tajam, sejak pertama dia tak pernah terpengaruh dengan tatapan sayu penuh kelembutan Valeri.

Yang Aizen suka tetap mata tajam menggoda milik Laeryn.

Valeri menunduk sedih. "3 bulan saja, kamu ikuti selama 3 bulan dan kamu tak akan di denda, dendanya sebanyak 15 ribu dollar Amerika jika kamu mau tau." jelas Valleri.

Riyan dan Aizen terdiam, itu jumlah yang banyak, Aizen menghela napas kasar.

3 bulan saja, apa dia bisa? Bisa saja Aizen membayar denda itu, cuma pastinya Papahnya akan mengamuk padanya.

"3 bulan, fine gue setuju." Aizen harus tahan, biaya ke Indonesia bukan murah, dia tak mau melibatkan Papahnya untuk sementara.

Tak apa jika hanya 3 bulan, Aizen bisa menunggu, dia akan segera pulang.

Dia akan segera bertemu dengan Laeryn, kalau bisa Aizen akan sengaja kalah dalam lomba ini.

Yang jelas Aizen harus pulang. "Gue juga, gue bakal nunggu 3 bulan baru ikut pulang sama Aizen, gue gak minat lagi sama lomba ini." sahut Riyan serius.

Baginya sekarang, lomba ini tak ada artinya lagi, apalagi Laeryn tak bisa menghubungi mereka selama disini.

Tentu saja itu mengerikan, mereka tak mau kalau harus sampai lost contact.

Apalagi sebelum kemari, Laeryn tak mengantar mereka dan katanya masuk Rumah Sakit, dan sampai saat ini tak tau kabarnya.

Jadi, Riyan memilih pulang saja.

🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈🙈Bersambung🙈

Childish Aizen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang