6. BABI

9 1 0
                                    

Setiap kebahagiaan yg aku khayalkan. Ekspetasinya tidak sesuai dengan yang terjadi. Sehingga beberapa yg aku mengerti membuat ku malas untuk memikirkan hal yg muluk².

Hari ini kakak ku mengadakan pesta. Aku berpikir itu ulang tahun anaknya. Sesampainya ditempat rupanya syukuran.

Ntah syukuran apa aku juga tak menanyakan nya. Karena aku orang nya tidak suka bertanya hal yg tak penting bagiku.

Aku melihat lihat dekorasi didalam rumah kakakku. Seperti biasa banyak sekali furniture dan peralatan isi rumah yg komplit.

Rumah luas dan panjang. Ada beberapa sekat demi sekat ruangan.

Kakakku termasuk orang terkaya di kecamatan ini. Yah. Itulah rezekinya. Yg tidak terduga.

Dia tidak menyangka akan menjadi Sultan di kampung ini.

Dia berhenti sekolah saat SMA kelas dua. Dengan alasan. Percuma saja . Aku kan sudah dilamar. Pasti nanti kerja didapur.

Eh ternyata....

Cita citanya berhasil.

Saat kecil dia ditanya ibu.

Mau jadi apa kalau dah besar.

Mau jadi orang kaya Mak.

Saat menikah suaminya hanya tamatan SD. Tetapi giat bekerja. Dan jago soal dagang.

Klop juga sih sama kakakku . Dari SD SMP sampai SMA yg terakhir dia juara 1 atau dua trus .

Jodoh itu kuasa Tuhan.

Mereka dari 0 sekali. Aku pernah menemani kakakku dulu waktu berdagang di rumahnya yg gubuk. Beratapkan Rumbia.

Aku mengingatnya dengan jelas step by step dari perjalanan hidup mereka.

Yang kutau selama aku bernafas. Tidak sedikitpun Kakak pernah melawan ibu.

Kini dia hidup bahagia. Sepertinya doa ibu takkan pernah putus rezekinya sampai 7 turunan.

Jauh berbanding denganku. Hahaha.. jangan ditanya. Walau aku pendiam tapi apa yg dikatakan ibu bisa aku bantah. Sok keras tapi imut . Anjuy bingsit.

Next STORY.
Kisah yg membuat aku mengerutkan dahi dengan sebuah misteri aneh.

Saat aku berlalu kedepan seseorang sedang menanyakan kakakku. Kupikir dia sedang menagih uang untuk belanjaan kakakku.

Jadi aku menemaninya kebelakang melewati jalan samping. Karena aku tau kakakku ada di dapur.

Hampir mencapai dapur aku melihat ada babi besar Hitam terikat kedua kakinya. Babi itu sepertinya sudah mati karena ada sedikit darah dari lehernya.

Hah. Pekerjaan siapa ini. Mukaku berkerut marah. Aku paling anti melihat hewan disembelih. Apalagi itu sapi. Bisa kejang kejang aku. Gak tau kenapa ntah karena lahirku di Aidil Adha. Tapi apakah hubungannya.

Abangku berkutat di bagian tempat masak di area belakang. Dengan seseorang.

Dia ingin bicara tapi aku cepat berlalu sambil memberi kode kepada ibu penagih yg mencari kakakku.

Lagian aku malas. Sudah pasti dia yg punya ulah.

Aku dah memahami karakter dia. Suka aneh² dengan perbuatan yg tidak logika.

Tentu saja aku ingat betul apa pernyataannya. Cuman anjing dan kucing yg belom pernah aku makan. Jelas saja dia tak akan memakan itu karena itu dua hewan favorit dia.

Pernah aku ikut tinggal dihutan dulu . Menjaga camp dia.

Halah.

Ular . Kodok. Biawak. Jadi sasaran makanan enak mereka. Biasalah itu di barengin dengan minum tuak.

Pernah sekali waktu aku memegang bebek dan dia menyembelihnya. Dia lalu menampung darah bebek yg kemudian untuk dijadikan kuah. Seketika aku menjadi jijik mengingat hal itu.

Aku menemukan kakakku kebetulan dia sedang menulis catatan belanjaan.

Mereka berbincang sejenak. Kakakku tanpa menawar dan melihat catatan si ibu. Langsung membayar cash setelah menghitung ulang totalnya. Mungkin ada 3 juta.

Hadewh kalau sultan langsung bayar aja. Tanpa nunggu besok.

Aku kedepan dan melihat ibuku menghidangkan beberapa macam masakan .

Langsung aku buka suara dengan ibu.
" Mak kenapa sih ada babi disini bukankah itu haram. "

" Gak tau tuh abangmu yg punya ulah".

Benar sekali feelingku tadi.

Trus itu mau diapain.

" Kata abangmu kau yg urus. Dia dapat berburu. Kau yg disuruhnya menjual ke Lapo sana. "

"Hah. Kenapa harus aku. Aku tak mau."

"Kalau gitu sama bilang sama abangmu. "

" Ya dah nanti". Aku merungut kesal.

Jengkel sekali. Kenapa harus aku. Lagian itukan haram.

Untuk menghilangkan bad mood ku aku bermain bersama ponakan. Sekilas kulihat bapak dan iparku antusias mengobrol. Mereka membicarakan masalah lahan.

Yow. Kim. Awa. (Child mode).
Senang sekali sudah lama tidak melihat mereka.

Bahkan dalam waktu makan Kim lahap memakan tentakel besar.

Aku takjub melihatnya. Masih kecil tapi dengan sigap dia bisa dengan cepat menghabiskan itu semua.

Aku melihat setumpuk daging hitam dipiring kecil.

Langsung saja aku berseru sambil menahan nafas.

" Mak itu daging apa. Jgn bilang itu daging babi. Itu haram. "

" Eh. Sembarangan. Itu daging kambing. Manalah mungkin daging babi.

Ibu hanya menggelengkan kepalanya karena kagetku spontan.

Aku melepaskan nafas lega.

Tentang hal itu aku bukanlah orang yg fanatik. Sedari dulu masa kecil rumah dekat dengan gereja. Ibu juga terbiasa berkomunikasi dengan yg bukan muslim karena dia aktif menjahit pakaian untuk pergi kegereja.

Aku juga dimasa sekolah setiap periode selalu berteman akrab dengan teman non-muslim.

Tetapi untuk yg satu ini benar sekali aku sangat tidak suka. Itu haram.

Sebaiknya aku menemui abangku. Apa maksud nya tentang prilaku nya yg tidak mengenakkan.

Menuju dapur aku melihat lemari kayu antik. Ketika kubuka isinya sejuk. Hah. Apakah ini kulkas. Unik sekali.

Adik bapak ku bersuara.

" Mantapkan kulkas jaman sekarang. Bodinya terbuat dari kayu. " Ujarnya sambil ketawa ringan.

Aku mengerutkan dahi. Iya ya. Kok bisa.

Hampir saja aku lupa. Tentang babi tadi.

" Bang Gus mana lek (panggilan biasa palek.) ? "

" Barusan pergi sama si katak ( sebutan teman akrabnya) .

"Kenapa"

" Gak jadi".

Ucapku berlalu kembali kedepan.

Aku tidak suka berbicara terlalu banyak jadi menghindar sebaik mungkin. Dan orang orang disekitar ku pasti paham.

Semoga mereka tidak menganggap ku sombong. Yang sebenarnya aku sayang dengan keluargaku. Sedetail mungkin aku mengingat mereka semua.
#

DREAM STORY 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang