Ku telusuri setiap perjalanan waktu yg kualami dalam sebuah pekerjaan. Pasti ada saja hambatannya. Fitnah dan tuduhan itu acapkali selalu muncul tanpa sebab. Bahkan bisa saja dari kerabat sendiri. .
Terkadang aku heran . Apa yg di pandang dari ku.
Dibilang kaya tidak . Pinter juga tidak.
Jadi apakah yg harus mereka iri dengki kan.
Sebaiknya aku berpikir positif saja. Itu adalah sifat alami mereka. Iri dengki tertanam di janji mereka saat hendak dilahirkan.
#
Ada gelagat yg tidak enak ditempat kerja. Mereka cuek tanpa sesuatu yg membuatku mengerti.Semua hasil kerjaku seolah buruk. Aku sudah berpikir. Inilah saatnya. Pekerjaan pun tidak akan abadi.
Seminggu sebelumnya aku sudah merencanakan sebaiknya aku pulang dulu.
Hal itu kupikirkan karena mendengar isu kalau aku akan di selesaikan. Kontrakku habis.
Leader tim memanggilku. Dia memberikan surat.
Tanpa banyak bicara aku merusak surat itu dan membuangnya begitu saja kesembarang arah.
Dan aku berlalu.
#
Sejenak aku mondar mandir di kamarku.Kalau aku pulang . Aku tidak membawa uang sepeser pun. Apa jadinya nanti aku di kampung.
Setelah menarik nafas panjang aku menelpon keluarga. Mereka adalah penolong hidupku. Aku membutuhkan uang untuk perjalanan.
#"Ya udah nanti kakak transfer. " Sahut kakakku di sebrang telpon sana.
Panggilan pun berakhir setelah dia menerima penjelasan ku yg bagi dia memang tidak jelas. Karena intinya. Kirim uang. Begitu saja.
#
(Old home mode)Setelah membereskan tas bawaan dan berganti pakaian santai aku pergi keruang tengah. Berkumpul bersama bapak dan ibu. Untuk memperbincangkan apa selanjutnya.
Kebetulan disitu ada sepupuku wand dari bapak. Ada juga Jean sepupu dari ibu.
"Tau tidak. Aku difitnah homo di organisasi yg pertama. Makanya aku dikeluarkan. ".
"Kok bisa " sahut wan. Kenapa gak kau hantam saja " sambungnya.
"Ya kalau aku tau orangnya aku pasti menuntut. Itu pencemaran nama baik "
Sudut mataku menangkap bapak sedang menarik nafas panjang.
"Sudahlah. Yg berlalu biarkan saja. Tentu ada karmanya. " Ibu menimpali di sisi kananku.
"Memang ada kok karmanya. Bagian admin yg mengeluarkanku ternyata adiknya dijuluki banci. Karena ketauan berbuat homo di tempat kerja. " Lanjutku bercerita.
"Jadi sebenarnya kau tidak betah disana. Banyak sekali masalahmu " ujar bapak.
Aku diam sesaat. Keluh kesah yg di umbarkan pada keluarga seperti sebuah aib tersendiri. Karena bisa menjadi kekhawatiran yg besar walaupun hal itu biasa saja.
Aku bingung harus menjawab apa.
Bapak menatapku seksama. "Pulanglah jika tidak betah. disini tempat terbaikmu menjalani hidup"
Aku menunduk.
Berpikir sesaat aku bisa menjalani keseharian tanpa hinaan. Tapi tentang keuanganku?.
Mereka berdua berlalu.
#
Ada hal lain yg perlu kutuntaskan daripada mendengarkan cerita wand. Jadi aku beranjak meninggalkannya. Dengan alasan aku mau makan . Sudah lapar.Aku menuju dapur. Kukira ibuku didapur. Jadi aku kembali duduk di ruang makan. Itu bersebelahan dengan kamar orang tua ku.
Kudengar pelan percakapan mereka.
Bapak berkata. Siapkan bekal. Dia mau pulang . Besok pagi dia harus berangkat membereskan keperluannya.
Tatapanku kosong. Bapak paham aku sedang dalam kekalutan. Keluarga adalah tempat kedamaian. Aku hanya perlu menenangkan diri.
Ibu datang, berdiri tepat di hadapanku yg sedang duduk dengan pandangan kosong. Lalu dia mengulurkan tangannya.
Aku pun reflek memeluknya dan menangis. Hal sebenarnya yg kuinginkan. Adalah rindu dengan orang tuaku. Sudah lama aku tidak bertemu mereka.
Berbicara dalam tangis, aku berkata aku merindukan mereka. Sangat merindukan. Apalagi dengan bapak.
#
Merasakan sebuah kebebasan diluaran sana. Sebenarnya hal hampa karena melupakan orang tua.Kenapa seorang pria bisa menangis. Bagaimana bisa ada celah kelemahan. Karena didalam hatinya ada sebuah kotak tempat pria mencintai keluarganya.
Kenapa seorang pria sulit untuk menjadi dewasa sepenuhnya. Karena sepanjang hidupnya terus saja dianggap anak kecil oleh orang tuanya.
#Ibu menenangkan ku dengan tepukan pelan di pundak. Aku beranjak dari pelukannya dan duduk kembali.
Ibu pun berlalu. Dia berkata ingin merebus jagung.
Jean sepupuku lewat. Sepertinya mau ke toilet. Aku berpura memainkan jagung dan memakan bagian mentah. Sambil menyamarkan diri mengusap mata di lengan bajuku.
"Enak ya makan mentah gitu " ujarnya berhenti sejenak.
"Iseng aja"
"Siapa tau enak"#
Bunyi alarm membangunkan ku. Aku bersiap untuk kembali membereskan semua barangku di kota sana.Terlihat bapak juga sedang memanaskan motornya. Dia akan mengantarku ke terminal.
#Suara telponku berbunyi.
"Ya halo" aku membuka suara dengan nada malas. Karena tau siapa yg menelpon.
"Kamu kemana tidak terlihat belakangan ini"
Itu suara leader tim.
Aku diam saja menanggapi hal itu.
"Kembali lah. Kamu hanya perlu mengeluarkan uang untuk menyambungnya. "
"Berapa? Akhirnya aku menjawab ucapannya.
Dia menjelaskan rincian nominal yg menurutku itu sama saja dengan basicku satu bulan.
Lalu aku mematikan telpon itu.
Bukan tentang uangnya. Karena uang segitu bukan masalah besar. Tetapi jika aku menuruti kemauannya dengan membayar sejumlah yg dia minta. Itu menjual harga diriku. Statusku sudah di hentikan disitu.
Lagipula kenapa dia meminta setelah aku di hentikan. Harusnya dia berkata sebelum aku dihentikan.
Baiklah aku masih bisa mencari pekerjaan lain. Toh, sertifikasi ku belum kadaluarsa.
Sabar. Aku meyakinkan diri sendiri untuk tidak berkata kasar. Ingat ada kedua orang tuaku disini. Jadi tidak perlu membawa pergaulan diluar.
#