Iringan sepeda yang dipimpin oleh leader tim berusaha mengitari sisi bukit.
Indahnya suasana sore dan udara yg segar disini membuatku nyaman.Kami berlima. 3 hasil lulus seleksi menjalankan misi. Leader tim sebagai kepala misi sedangkan aku tidak dimasukkan dalam seleksi melainkan langsung dipilih sebagai wakil kepala misi.
Sungguh sangat menjengkelkan. Kupikir ini ulah dari pak rots.
Karena itu pula aku memilih menaiki sepeda sendiri dan dibagian belakang. Hal itu membuat leader tim memasang wajah geram.
Dia tidak bisa bersikeras untuk memaksaku berada di boncengannya. Dia tetap harus menjaga wibawanya didepan anggota lain.
Hampir mencapai tikungan sisi bukit. Leader tim memberi isyarat kode tangan untuk berhenti.
Aku melongok kedepan. Tak jauh ada sekumpulan rumah bekas warga. Hal ini merupakan petunjuk orang yg dituakan di desa kaki bukit ini.
Akhirnya menemukan tempat istirahat, ucapku dalam hati.
Leader tim memberi kode untuk menyembunyikan sepeda disemak sekitar. Dia orang yg waspada. Walau terlihat rumah itu usang dan lama. Tetapi tindakan gegabah bisa mematikan.
Kecurigaan tentang pembunuh bayangan tentu saja ada di setiap organisasi.
Saat kami hendak melangkah ke area rumah rumah usang. Satu raungan keras terdengar. Sangat kuat sekali dan terasa bergetar dimana tempat berpijak.
Tentu saja kami sangat terkejut. Suara itu seperti suara raungan singa.
Aku menoleh keatas bukit. Sumbernya dari situ.
Satu tangan menarik lengan ku. Kulihat leader tim menggelengkan kepala.
Aku melirik sinis lalu melepas dengan santai pegangan dilenganku.
Apa dia meremehkan ku, ujarku dalam hati.
Aku memberi kode untuk terus mencari tempat aman.
Setelah mereka pergi. Aku pun menghentakkan kaki dan melayang menapak udara. Terus sampai keatas bukit.
Suasana temaram dan berkabut. Ada beberapa potongan kayu disini.
Kuperhatikan dengan seksama. Ini kayu yang terpotong rapi dari batang pohon.
Tidak lain tidak bukan. Ada orang lain disini.
Roda energi berputar. Mataku menembus situasi. Tidak terlihat apapun. Tapi perasaan energi asing begitu pekat terbawa angin.
Aku masih penasaran dengan suara raungan tadi. Karena membuat aku terkejut. Aku paling anti dengan suara dengungan kuat seperti itu.
Selain menimbulkan gertakan mental. Juga membuat emosiku bisa meningkat tidak stabil.
Aku terus menapaki keadaan sekitar. Mataku berusaha menembus waktu . Aku hanya melihat 3 orang berpakaian seperti penambang. Lalu bola hitam secara cepat mencabik mereka dan mengisap tubuhnya.
Mataku tidak bisa menembus sosok sebenarnya dari bola hitam itu.
Dan dalam pandangan ku bola hitam pecah tepat didepanku.
Kurasa tubuhku kram. Lalu aku jatuh dengan pandangan memudar.
#
Bergegas kutemui istriku didapur. Lalu menjambak rambut belakangnya sehingga dia menikung kan badan melihatku.
" Katakan jujur , berapa kali dengannya ?
"Sudah 3x" jawabnya tanpa rasa takut.
Kebetulan selingkuhannya datang. Tetapi kenapa aku tidak bisa dengan jelas melihat sosoknya . Seperti Abu abu ditengah warna dunia.
"Baiklah, kalau memang itu kebenarannya. Kita bercerai" aku menggeram emosi melontarkan kalimat yg tidak pantas.
Padahal aku berjanji saat sudah berumah tangga tidak akan mengucapkan kata cerai walau kiamat sekalipun. Karena aku sudah mengunci hati ini hanya untuk menikah satu kali saja.
Mereka duduk dilantai bersandarkan dinding. Kabut kabut putih berubah menjadi sosok sosok yg aku kenal dekat. Mereka memiliki wajah prihatin.
Kutau sosok samar itu menyeringai menunjukkan giginya yg seperti iblis.
Tetap saja aku tidak peduli. Apakah aku terhipnotis? Lebih tepatnya emosi ku sudah mulai tidak stabil. Rasa takut akan berpisah menjadikanku lemah dan mudah di kontrol.
Dihadapan sosok sosok wajah prihatin orang yg aku kenal dekat aku berkata kuat sekali lagi untuk meyakinkan bahwa hati perih ini bisa didengar orang lain.
" Jadi, ketika aku pergi. Atau aku sedang tidur ? Apa yg terjadi? Cercaku didepan istriku .
" Aku pergi menemuinya. Bahkan kami bercinta didekatmu. " Ujarnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Aku menarik nafas dalam sampai dadaku menjadi tinggi.
Sosok sosok dari kabut putih tanpa kusadari mulai menunjukkan raut wajah kebahagiaan.
Seolah berbisik.
Terus, terus saja..
Aku memejamkan mata sejenak. Bayangan kai muncul di pelupuk mataku.
Perlahan aku bergeser dari tempatku berpijak. Lalu lari keluar dari ruangan itu.Tempat ini seperti halaman rumah kopel orang tuaku dulu.
Aku mengerutkan dahi. Bagaimana mungkin memori lama ini bisa diciptakan olehnya. Dia terlampau masuk kedalam pikiranku. Aku sudah di terobos dengan mudah.
Ada bayangan kai melintas di halaman rumah dekat kebun bapak dulu. Dia sedang tertawa bahagia.
" Bagaimana dengan kai jika aku terkunci disini. "
Perasaan bersalah akan trus berputar jika aku masih meninggalkan tanggungjawab terbesarku.
Aku mengenyahkan rasa emosiku. Membentuknya menjadi hempasan gelombang energi.
Saat aku tersadar aku sudah berada pada dekapan seseorang yg sedang berlari menuruni bukit.
Terlihat situasi malam berbintang.
" Malam ini cerah" bisikku.
Wajah itu menoleh sejenak.
"Jgn terbiasa sendiri. " Suara leader tim terdengar berat.
" Aku selalu dimanfaatkan"
" Maaf tentang hal lalu. " Sahutnya sambil terus berlari dan hampir mencapai perumahan usang.
Aku diam karena merasa aku sudah membuang energi tak penting untuk berbicara terlalu banyak.
Tubuhku merasa lemas karena sudah menghempaskan gelombang emosi.
Kupikir tidak apa membuang harga diriku didepannya . Toh dia sudah melecehkanku waktu itu.
Dan aku meletakkan kepala dibahunya.
Aroma yg menyegarkan, pikirku.
Gerakan pada pipinya mengatakan kalau dia sedang tersenyum bangga.
Dekapan itu kini terasa lebih padat.
Aroma aneh dari tubuhnya membuat gairah. Hati kecil berkata hanya cukup sampai disitu sebaiknya pergilah istirahat.
#