29. JALAN

4 1 0
                                    

Semilir angin bertiup melalui jendela. Dan membangunkan tidur siang ku.

Ini sudah jam setengah 4 saat aku melirik jam dinding.

Kupantau kai didekatku dia sedang tertidur nyenyak karena kecapean habis bermain dengan byte dan adiknya.

Istriku juga terbangun dan mengecek hapenya. Dia sedikit mengeluh karena tidur siang yg lumayan lama. Hampir 3 jam.

Segera dia bergegas kedapur mungkin berniat membantu ibu.

Suara deru motor berhenti dihalaman rumah. Ada sedikit kegaduhan. Dan muncullah Kim (now mode).

Dia langsung mengganggu kai yg sedang peregangan badan ketika bangun dari tidurnya.

Kakak beserta suaminya ikut masuk kedalam.

Saat suaminya lengah dia mencapaikan beberapa lembar uang.

Aku mengangkat kepala sedikit meraih uang itu. Lalu dengan cepat menyelipkan nya di balik bantal.

Sempat kulihat kakak tidak memakai jam tangan mahal itu lagi.

Apakah dia sudah menukarnya?

Bagiku akan sangat berbahaya jika dia terus memakai jam tangan puluhan juta secara bebas ditempat umum.

Iparku meraih kocek dan mencapaikan uang 50ribu.

Aku meraih uang itu dan menaikkan kedua alis untuk membuat kode uang apakah ini.

" Itu uang angkat kayu semalam" ujarnya .

" Kasihlah cepek. Mana cukup segitu. Orang itu berdua . " Kakak menimpali sambil ketawa kecil untuk mencairkan suasana.

Sebenarnya aku tak meminta. Kuanggap itu hanya membantu secara keluarga. Dan aku pun bersama Wand sepupuku.

" Lupa bawa dompet " jawab iparku.

Mereka menuju kedapur. Kebetulan kai merengek. Jadi aku mengambil dan memangkunya sambil memeriksa uang yg diberikan kakakku.

500 ribu, banyak sekali. Ucapku dalam hati.

Kumasukkan uang itu kedalam kantong samping. Sembari bangkit dan menggendong kai.

" Ayo kita jajan. Ini tadi dikasih uak buat kai" . Ujarku menenangkan kai dan mencium pipinya.

Bau bayi sangat menyenangkan walau dia bangun tidur.

#

Langkahku terhenti sejenak. Melihat pemandangan sekitar . Waktu telah berubah singkat.

Kupastikan ini adalah jalan samping perbatasan kebun. Jalan dimana masa kecilku sering melewati ini.

Dan tentunya diujung sana ada kedai kecil jajanan bibi sen.

Kuhirup sejenak aroma segar ini. Pemandangan biasa tetapi bagiku sangat memories.

Jalanan setapak, semak disisi. Dan juga ada sedikit becek karena hujan. Pohon kayu yg melintang karena tumbang. Bekas Bakaran sampah. Aku hapal sekali.

Lalu kucing kuning belang putih di bagian bawah. Keluar dari semak sisi dan berlari melewati kami.

Kucing itu memanjat cepat batang kayu yg miring. Dan berhenti tepat diujungnya. Ketakutan karena ada orang asing yg dilihat.

" Kai, lihat itu ada maung. Seruku pada kai digendongan kiri.

Kai berucap maung maung. Sambil menunjuk secara antusias. Itu salah satu bentuk kekepoan balita.

#

Perjalanan berlanjut dan sampai pada kedai kecil jajanan.

Sedikit ramai disitu kemungkinan mereka sedang mengadakan kumpul keluarga. Dan terlihat sebagian dari mereka sedang makan makan didalam.

Anne hampir sebaya dengan ku dan keponakan bibi sen. Dia melayaniku memilih jajanan anak kecil. Kai antusias sekali melihat jajanan itu. Jiwa bocilnya berontak ingin memiliki semua jajanan itu.

#
Kami tidak kembali kejalan semula. Tetapi terus saja memutari kedai bi sen. Sampai dirumah kakakku sudah ready untuk pulang.

Tentang keluarga tadi aku ingat satu hal. Ketika dirumah lama saat pulang sekolah aku menemukan bungkusan tuak di sudut teras rumah.

Mengetahui hal itu aku tidak heran. Langsung saja pikiranku menuju ke tingkah laku abangku Gus.

Dengan time sama kebetulan kakakku juga saat itu mau pulang. Jadi kesempatan kugunakan untuk meraih bungkusan tuak.

Kupikir mumpung Abangku Gus sedang sibuk berbicara dengan iparku. Dia lengah dengan miliknya.

Saat kupegang ada yg bergerak didalam. Apakah?.

Sesaat aku terperangah. Melihat ada anak biawak sedang kehabisan nafas menggapai di air tuak.

Jahat sekali orang yg membuatnya...

Apa boleh buat aku harus menggigitnya. Ucapku dihati karena plastik bungkusan agak tebal tidak mempan dengan sobekan jariku.

Celah sudah terbuka. Dan ku sambung dengan tanganku untuk mengoyak bungkusan tuak.

Sekali mengayun bungkusan tuak itupun terlempar ke sisi teras halaman. Anak biawak berlari kencang bersembunyi dibalik pot pot bunga.

Bang Gus sudah berada disebelahku.

" Kenapa dibuang. Itu dikasih sama si Polan" ( suami dari kakaknya Anne)

Aku merogoh kocek dan menyerahkan uang 20rebu.

Abangku mendengus. Dan dia berlalu sambil menggerutu.

Bisa kupastikan tingkahnya itu sedang memiliki uang banyak. Ya aku mengerti dia meminta uang kakak untuk membereskan lahan sawitnya yg semak. Alasan klise. Isi kepalaku berkata uang di ambil tapi tugas tidak dikerjakan. Kebiasaan.

Tetapi lama kelamaan aku kesal sendiri. Kenapa aku buang. Harus nya aku tahu itu untuk apa.

Rasa kepo telah muncul begitu saja.
#

DREAM STORY 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang