*nb : cerpen ini memiliki kutipan sejenis. Next / skip bagi yg phobia. *
Satu sentakan nafas panjang membuatku terjaga. Terdiam sejenak melihat suasana kamar yg temaram.
Terjaga mendadak seperti ini membuatku merasakan haus.
Ketika berusaha menggerakkan badan untuk bangun disitu aku merasakan hal yg tidak biasa. Semuanya terasa lumpuh.
Aku kenapa... Pikirku.
Bola mataku bergerak kekanan melihat kearah temanku. Hanya ada dua. Kemana perginya satu lagi.
Aku menggerakkan bola mata keatas. Dia leader tim. Dengan siluet tampannya memperhatikanku tak berkedip.
Ah. Dia rupanya. Aku lengah . Ujarku dalam hati.
Bisa kurasakan gerakannya mulai mendekatiku. Dan tepat merangkak diatas.
" Maafkan aku, aku tak bisa menahannya. " Bisiknya
Dia sudah menurunkan celananya dan mengacungkan senjata pribadi tepat di depan mulutku.
Secara perlahan dia membuka resleting celanaku dibawah sana.
Ada perasaan yg spesial melihat benda pribadinya. Ukuran sedang berwarna coklat dan areanya bersih.
Dia mendorong mulutku. Terpaksa sekali aku membukanya. Untuk mengigit pun aku sudah tidak sanggup.
Dia mulai memompa secara perlahan. Dengan ritme rendah lalu sampai kedalam.
Karena bentuknya bengkok seperti pisang . Tepat sekali masuk kedalam tenggorokan dalam posisi 69 seperti itu.
Dan aku merasa dia melakukan hal yg sama di bawah sana. Walau punyaku tidak mengacung tetapi ku yakin lambat laun akan memuaskannya.
#
Waktu terus berlalu. Aku merasakan mual dengan tekanan tekanan itu. Air mata ku mengucur sendiri. Nafasku mulai berkurang.Seperti inikah rasanya?
Aku tidak pernah seintens ini.
Gerakannya semakin cepat. Lalu satu hentakan dalam membuatku hampir kehilangan nafas.
Terasa sekali di tenggorokan tembakan dari benda pribadinya. Meluncur bebas 3x karena aku tidak bisa menahannya. Ujung benda pribadinya terlalu didalam.
Aku terpaksa menelannya. Kupikir sangat menjijikkan.
"Sangat memuaskan . " Ujarnya tanpa bersalah.
Ketika dia menjauh kembali ke pojokan dinding dimana dia tadi duduk. Akupun merasakan tubuhku pulih kembali dari kelumpuhan.
Terduduk dan batuk beberapa kali. Sambil berusaha mengeluarkan apa yg masuk kedalam mulutku tadi.
Gerakanku di hentikan dari belakang. Dia menyerahkan tisu.
Rasa perasaan tidak menentu antara marah dan kecewa pada diri sendiri. Kenapa harus selengah ini.
Percaya pada tim tetapi sebenarnya ada satu hal yg buruk dalam tim.
Aku merampas tisu dengan kasar. Menyeka apapun itu dimuka ku dan membantingnya.
Kupikir itu terlalu konyol. Seperti anak perawan saja.
Dia duduk di sebelahku. Dan menyalakan rokok.
" Sebuah kebanggaan bagiku menjadi yg pertama. "
Dia menyodorkan air minum.
Setelah menghabiskannya akupun mulai ikut merokok.
"Bagaimana dia tau kalau yg pertama " aku hanya berujar dalam hati. Tetapi dia cepat menyahut dengan suara pelan.
"Untuk orang sepertimu kupastikan kamu seorang pemburu. Dan bukankah aku baru saja merasakan kenikmatan yg luar biasa. "
Kalimat akhir yg menjengkelkan pikirku.
Aku sendiri tak habis pikir. Dia bisa dibilang pria yg tampan. Tetapi kenapa perbuatannya seperti ini. Apakah ada yg salah sama pikirannya. Ataukah dia hanya menargetkan seorang.
Aku mematikan rokok. Lalu kembali tidur. Terserah apa katanya dan tak mau ambil pusing apa sikapnya.
Kali ini aku takkan lengah
#