Motor kuparkir di sebelah gudang iparku. Menempuh jarak 5km sudah membuat kulit tanganku panas.
Perjalanan selepas ashar tetapi hawa panas siang masih terasa.
Dengan hati-hati aku menurunkan karung bawaanku dari jok motor.
Tanpa ragu lagi aku membuka isinya dan mencekal leher biawak untuk mengeluarkannya dari dalam karung.
Anggota iparku 2 orang sudah menunggu. Aku memberikan begitu saja kepada mereka tanpa menunggu berapa hasil hitungannya jika di rupiahkan.
Sebenarnya aku malas mencari uang dengan cara itu. Tetapi ini demi kedekatan dengan apa yg menjadi profesi dari bagian keluarga Kakak.
Dibayar atau tidak juga terserah saja bagiku.
Kembali kearah motor mengambil perbekalan lain didalam kantong kresek.
Disebelah gudang rumah kakak. Kebetulan sekali dia ada disitu sedang duduk santai.
Gudang mereka sebenarnya sudah tutup karena ayam yg dijual sudah habis. Tetapi aku tadi menelpon mendapatkan biawak besar.
Aku menghampiri kakaku yg sedang memotong kuku kakinya.
" Aku nitip ini ya. " Ujarku membuka kantong kresek. Isinya kiko mini yg tidak bisa di potong 2. Aku sempat singgah tadi di kios grosir.
" Bagian atas. Yg bawah sudah penuh " sahutnya dengan tetap santai membersihkan kuku. Sesekali dia mengecek hpnya.
"Orang berdua itu kemana " tanyaku tentang yow dan Kim.
" Ada didalam tadi lagi main main"
" Ambilkan nanti minyak kayu putih diatas kulkas ya" sambungnya.
Aku beranjak terus menuju kulkas dekat lorong menuju ruang tengah.
Kulihat isinya penuh dengan kiko standard.
" Palek , jangan di bawa semua ya. Baru kami masukkan tadi"
Itu suara Kim. Dia dan yow berjalan dilorong dari ruang belakang.
(Yow Kim kid mode)
Aku tersenyum. Biasalah keponakan berpikir kalau aku akan membawa semua kiko mereka pulang.
" Gak kok, palek beli sendiri. Banyak x pun" ucapku sambil menunjukkan beberapa kiko mini di tanganku.
" Tapi kiko kami besar. Kalah punya palek. Jangan ditukar yaa"
Aku tersenyum kembali sambil menata kiko mini di bagian atas.
" Ini palek belikan 2 bungkus buat Kim sama Abang yow. Kan biar banyak."
Kim terlihat bahagia.
" Ayo bang kita main lagi. " Ujarnya berseru sama yow.
Mereka terlihat berlarian dilorong menuju ruang belakang.
Aku kembali dan menyerahkan minyak kayu putih. Terlihat kakak sudah membersihkan kakinya. Dia sudah cuci kaki di gudang.
Setelah di lap kering dia mengoleskan beberapa kali di area jari jari kakinya.
Aku tak perlu bertanya itu berfungsi sebagai apa. Mataku terfokus pada jam tangan warna gold yg dipakainya.
Jam tangan puluhan juta kemaren.
Sepertinya dia belum barter . Pikirku.
#
Sisi gelap dari kepingan CD menimbulkan rasa penasaran.Apakah aku terlalu lugu karena menginginkan sebuah film terbaik saat melihat kepingan CD dengan latar hitam.
Aku mendapatkan kepingan itu di toko BM .
Dengan rasa tidak sabaran aku menyalakan tv dan VCD. Kebetulan dirumah lagi sepi.
Ada rasa kecewa ketika melihat isinya. Bukan seperti film petualangan seru yg kuharapkan.
View film jadul dengan latar warna abu abu.
Terlihat beberapa lelaki berpakaian jadul. Ada 3 orang berjalan. Seorang lagi muncul dengan membawa wanita terikat. Lalu mereka menembaknya di balik sebuah rumah yg tidak aku ketahui lokasinya.
Wajahku menunjukkan rasa kecewa. Hanya durasi singkat saja. Sekitar 15 menit.
Berpikir mungkin ini hanya sejenis film dokumenter.
Dan sampai mendekatkan wajah ke layar tv demi melihat adegan yg benar benar seperti asli tanpa adegan receh.
Selain wanita itu ada dua orang lagi pria yg mereka bunuh juga didalam rumah.
Lalu film itu habis selesai begitu saja tanpa ada tulisan apapun.
#
Aku menunjukkan kepingan CD hitam kepada Kakak. Dia menghentikan aktifitas minyak anginnya sejenak.
"Aku mendapatkannya di toko"
" Apakah film bagus"
"Asli"
Aku menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapan.
" Kalau ke toko lagi kali ini aku memaksa harus ikut"
Yang kuperlukan hanya kepastian keselamatan kakakku dan sekitarnya.
Dengan menunjukkan kepingan CD hitam ini aku akan dapat detail lengkap informasinya. Sekaligus mengatakan akulah seorang yg melihat isinya.
#