Arsen sengaja datang sedikit terlambat hari ini. Dia kira sekretaris yang biasa dia panggil Syakila itu tidak datang karena masih ingin istirahat ternyata harapan hanya sebuah harapan. Dia harus menyiapkan mental nya bertemu dengan gadis pengganggu itu.
Keluar dari lift dia langsung di suguhkan pemandangan seorang gadis yang sedang mengecek meja kerja nya entah mencari apa. Dia Syakila sekilas perempuan itu mendongak ke arah nya kemudian balik menyibuk kan diri lagi.
Dia sedikit heran dengan sifat perempuan itu, semenjak di rumah sakit kemarin Syakila terlihat berbeda. Melihat penampilan baru sekretaris nya membuat Arsen sedikit terpana.
Apa-apa an pakaian nya itu, dan dia tidak menggunakan make up seperti biasanya. Batin Arsen. Dia mengenyahkan kan segala pikiran dengan menggelang pelan serta berdehem singkat.
"Pagi pak" suara lembut itu menyapa masuk ke gendang telinga nya.
Menjaga wibawa Arsen hanya mengangguk cuek menunggu rentetan kalimat yang akan di ucapkan gadis itu. Tapi ternyata Syakila malah menyibukkan diri lagi di meja kerja nya.
Memilih abai Arsen masuk ke dalam ruangan dan duduk di kursi nya. Dia bisa melihat Syakila memandang ke arah nya lewat dinding kaca. Cihh ternyata sama saja perempuan itu masih memerhatikan nya. Dia memasang senyum remeh ke arah Syakila yang memandang dirinya.
Dia harus menegur sekretaris nya itu, ia menelepon gadis itu dengan pesawat telepon di depan nya.
"Halo" suara lembut itu pertama kali menyapa gendang telinga membuat dia tertegun sesaat.
Sadar akan keterdiaman nya Arsen langsung mengatakan tujuan awal menelepon gadis di seberang ruangan nya "Kerjakan tugas kamu Syakila jangan terus melihat saya"
"Hah?... I- iya pak" gugup banget gadis itu, yaa gimana gak gugup orang lo pelototin bambang.
Tut
Sambungan terputus dari Syakila bisa dia lihat gadis itu mencak-mencak di tempat nya.
Kenapa dia sangat menggemaskan. Arsen berbatin lirih.
Huhh? Kenapa jadi dirinya memikirnya gadis itu.
Lebih baik dia memanggil gadis penjual bunga yang tempo hari ia temui. Gadis yang berhasil menarik atensinya.
Dengan modus membeli mawar putih. Arsen menyuruh perempuan bernama Bunga itu mengantar kan nya sendiri ke kantor.
_________
Jam sudah menunjukkaan jika istirahat makan siang masih 2 jam lagi. Masih lamaa sekali, Diandra yang belum sarapan terlihat terkulai lemas di meja nya. Ini gabisa order makanan dulu atau gimana gitu, laper banget.
Sedang asik meratapi nasib nya yang kelaparan, dia mendengar pintu lift terbuka menampilkan sosok cantik berambut panjang se pinggang yang di kepang satu. Tangan nya membawa se buket bunga mawar putih.
Anjir ini pemeran wanita nya?. Cantik juga tapi kenapa gue ngerasa cantikan gue sih. Hahahaha emang kecantikan seorang Diandra gada yang bisa nandingin. Batinnya percaya diri.
Perempuan yang ia yakini bernama Bunga itu mendekat ke arah nya. "Permisi mbak, ini ruangan pak Arsen?" suara nyaa lembut banget udah kayak angin. Diandra sampai takjub sesaat, emang aura protagonis banget.
"Ahhh iya, kamu mau nganter pesenan pak Arsen kan?" tanya nya yang langsung dijawab anggukan cepat oleh gadis di depan nya. Dia sangat tahu, seingat nya ini adalah trik Arsen untuk mendekati perempuan di depan nya ini.
"Bentar ya! Saya tanya pak Arsen nya dulu" Diandra berjalan menuju ruangan boss nya. Mementingkan sopan santunnya untuk melapor jika ada tamu. Salah satu hal yang dulu dia pelajari dari sekertaris boss nya pada saat magang.
Dia tidak lagi bisa melihat ke dinding kaca karena dia sudah menurun kan gorden agar menutupi kaca tersebut. Timbang mati kutu diliatin boss mending dia tutup kan.
Tok tok
"Permisi pak?" ketuk nya pelan, mendengar suara 'masuk' membuat dia langsung membuka pintu dan mengutarakan maksud kedatangan nya ke ruangan Arsen.
"Ada seseorang yang ingin menemui bapak, katanya ingin mengantar bunga pesanan pak Arsen." tutur kata sopan dan lembut milik Diandra membuat Arsen salfok sesaat. Kemudian mengganguk "suruh dia langsung masuk" titah nya, sambil melihat reaksi Syakila yang ternyata biasa saja saat dirinya menyuruh wanita pengantar bunga masuk ke ruangan nya.
Karena tidak ada respon lagi, Diandra keluar setelah membungkuk sesaat. Bisa di lihat mata Arsen yang tidak lepas dari semua pergerakan nya.
Ini gw yang kepedean apa emang bener perasaan gw, ni boss liatin gw mulu. Gak kuat juga, Arsen itu ganteng siapa yang suka sama dia, sayang banget dia harus jauh-jauh dari pria itu.
Tak lama setelah Diandra keluar Arsen melihat perempuan lain masuk dengan membawa bunga. "I-ini pesanan pak Arsen, mohon di terima" ucap gadis itu terbata. Arsen hanya mengangguk sambil menerima bunga itu pikiran nya melayang ke Diandra kenapa gadis itu terkesan mengabaikannya.
Matanya melirik ke arah dinding kaca yang ternyata tertutup gorden dari ruangan Diandra. Tumben sekali gadis itu menutup gorden nya, biasanya dia yang menutup gorden agar tidak di ganggu oleh gadis gila itu.
"U- un- untuk jam bapak yang waktu itu rusak, s-saya akan menggantinya" perempuan itu terlihat ketakutan, tidak berani menatap wajah tampan Arsen.
"Hmm kamu memang harus mengganti itu" Arsen berjalan mendekat membuat gadis bernama Bunga itu mundur satu langkah.
Entah dorongan dari mana Arsen malah melirik dinding kaca tertutup itu. Pikiran nya di ganggu oleh Diandra.
Sial ada apa dengan diriku?. Batinya
Ia memijat kepala nya pelan. Tiba tiba niat ingin menggoda gadis di depan nya ini hilang "kamu bisa pergi" usirnya membuat gadis yang sedari tadi menunduk itu mendongak dan kemudian mengangguk.
Pertemuan pertama nya dengan pria di depan nya ini bukan awal yang bagus. Dia menabrak pria berjas di depan nya sehingga membuat jam mahal nya pecah. Yeahhh kalian tau cerita novel klasik. Mungkin kalian sudah mendapat jawaban dari luar otak. Itu si kata Diandra.
-TBC-
Tertanda : Ai, 9 Mei 2022
___________________________
Revisi : 5 Juli 2022
____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris Transmigrasi √ [SEGERA TERBIT]
FantasiUpdate setiap hari! Ngga up = double up hari berikutnya Follow + coment + vote ________________________________ [PART MASIH LENGKAP] Syakila Andromeda harus mengakhiri hidupnya di dunia dengan berpindah ke dalam salah satu tubuh tokoh antagonis di d...