Nyatanya kita itu sejauh matahari dan bumi - Alena Adinata Diraja
🐻🐻🐻
Haniel memarkirkan motornya ke pinggir jalan, depan masjid. Lelaki itu melepas helmnya "solat dulu Sono!" titah Haniel pada Alena yang masih pada posisinya "gua lagi," jawab gadis itu sembari menundukkan kepalanya, Haniel mengerutkan keningnya bingung "lagi? Lagi apaan? Duduk?" tanya Haniel membuat Alena tambah malu untuk menjawabnya.
"Gua lagi dapet bego!" kata Alena dengan semburat merah di pipinya "ohh... makanya ngomong yang jelas dong." Alena mengepalkan tangannya, merasa kesal sekali dengan Haniel "bisa langsung jalan ga? gua takut bokap lo marah?" tanya Alena.
"Perasaan gua yang terancam ngapa lo yang takut bege?" jawab Haniel menoleh kebelakang, Alena menatap datar wajah tengil itu "bokop lo kalo marah suka teriak-teriak, gua takut si bobo peliharaan gua sawan," celetuk Alena
"Sianjing gua kira khawatir, ternyata takut cebongnya sawan" batin Haniel menatap Alena dengan pandangan keki. "Untung sayang kalo kagak gua dorong lo ke rawa-rawa," kata Haniel pelan kemudian memakai kembali helm Borgonya.
"Gua sih O aja ya," balas Alena yang tak diindahkan oleh Haniel. Motor Scoopy Haniel berjalan meninggalkan tempat itu.
❁✧・゚: *✧・゚:*❁
Tepat pukul 20.00 mereka berdua tiba di depan rumah Alena. Gadis berseragam SMA itu turun dari motor kemudian melepas helm bermotif kumbang milik Haniel.
Haniel yang melihat Alena kesusahan melepas kaitan helm hanya bisa terkekeh ringan "lo udah hidup 17 tahun di dunia tapi kagak pernah khatam ilmu ngelepas helm, ilmu apa sih yang lo khatamin?" oceh Haniel sambil membantu melepaskan kaitan helm Alena.
"Kalo lo lupa, gua ingetin. Gua ini juara kedua di SMA Dirgantara jadi tanpa gua jelasin juga lo pasti tau ilmu apa aja yang udah gua khatamin," ucap Alena sembari menatap datar Haniel, sedangkan lelaki itu hanya berdecak malas mendengar perkataan Alena "Sombong amat" lirih lelaki itu sembari memutar bola matanya malas.
"Bodoamat" ucap Alena, namun gadis itu tiba-tiba terdiam saat dia tak sengaja melihat mobil sedan milik Darren-ayah Haniel, terparkir di halaman rumah Haniel.
"Kenapa bengong? Kerasukan lo?" tanya Haniel tanpa melihat Alena, lelaki itu sedang sibuk mengaitkan helm kumbang yang tadi di pakai Alena pada jok belakang motor.
"Cepet balik! Bokap lo bisa ngamuk kalo lo masih disini," usir Alena tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun. Haniel mengangkat alis kanannya ke atas "kenapa sih lo takut banget kalo gua kena amuk?" tanya Haniel penasaran.
"Si goblok! Masih aja nanya, sahabat mana sih yang kagak takut kalo sahabatnya kenapa-kenapa?! Mikir dongo!" ucap Alena sepelan mungkin agar suaranya tak terdengar sampai rumah Haniel.
"Iya dah iya, kalo gitu gua balik dulu," kata Haniel membelokkan motornya namun tiba-tiba gerakannya berhenti "tapi percuma kagak sih? Walaupun gua balik juga bakal tetep kena amuk, gimana kalo gua kabur aja Len?" tanya lelaki itu sembari menoleh dengan tampang polos
"lo mau cari mati?!" Alena benar-benar kesal dengan Haniel yang terus mengulur waktu. Kepanikannya meningkat saat ia melihat Darren membuka pagar rumahnya.
"Haniel!!"
Seketika seluruh tubuh Haniel berubah jadi kaku saat mendengar suara bariton yang sangat familiar. "Mati lo Niel" batin Haniel merasa sedikit kasihan dengan dirinya sendiri.
Alena yang ingin bicara harus terhenti ketika Darren memberi perintah pada Haniel untuk pulang "Haniel masuk rumah! Ayah mau bicara sama kamu" ucap Darren dingin, lelaki paruh baya itu kemudian kembali masuk kedalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish
Teen FictionKata orang melepaskan itu perihal mudah yang sulit hanya mengikhlaskan, tapi bagiku kedua tetap sulit karena ketika kita ingin melepas kita juga harus bisa ikhlas - Wish *** "Kamu tau, apa yang lebih sakit daripada di putusin? Kamu tau, apa yang leb...