Chapter Sixteen

9 3 0
                                    

Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh
'Tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku

- Adera -

🐻🐻🐻


Bersyukur sebelum matahari terbenam siswa kelas XII IPA 3 sudah selesai menyelesaikan pekerjaan mereka. Banyak murid SMA Dirgantara yang sudah berpulang ke rumahnya masing-masing dan hanya tinggal sebagian kecil murid yang masih menyelesaikan semuanya.

Dino mengumpulkan semua murid kelas XII IPA 3 untuk memanjatkan doa kepada Tuhan karena semuanya berjalan lancar. "Sebelum pulang ayok kita berdoa pada Tuhan, bersyukur karena hari ini udah di lancarin dan berdoa semoga kita pulang dengan selamat sampai rumah. Berdoa sesuai keyakinannya masing-masing di mulai." Dino menginterupsi, semuanya menundukkan kepalanya kecuali Alena yang tatapannya tertuju pada Haniel.

Terlihat lelaki itu mengepalkan tangannya, jika dalam waktu seperti ini Alena seperti di tampar habis-habisan. Padahal semesta sudah terlalu sering menampar Alena agar bisa menepi dan melupakan perasaannya untuk Haniel tapi dia tidak bisa berkuasa lebih terhadap perasaannya.

Alena sudah melakukan banyak cara agar bisa melupakan perasaannya untuk Haniel, berusaha untuk mengikhlaskan perasaannya tapi bukannya menghilang justru perasaan itu semakin tumbuh besar. Jika kalian tahu bagaimana cara untuk menghilangkan perasaan cinta bisa tolong beritahu Alena di kolom komentar :)

"Selesai." Pandangan Alena dan Haniel bertemu saat Haniel selesai merapalkan doa. Andai saja waktu bisa bergerak lambat dan bisa ia hentikan maka Alena akan menghentikan waktu di saat momen seperti ini. Merekam semuanya dalam memori ingatannya bagaimana lelaki itu menatapnya, bagaimana lelaki itu berjalan ke arahnya dan semua yang di lakukan oleh Haniel akan ia rekam habis dalam ingatannya.

Haniel akan selalu menjadi pemenang di hatinya mengalahkan semua tokoh manusia yang pernah hadir dalam hidupnya.

"lo nggak ada les kan hari ini?" Alena menggeleng saat lelaki itu bertanya.

"Hari ini tempat lesnya lagi tutup, katanya mau di sterilin dulu. Besok baru di buka lagi, kenapa?" Haniel berdeham singkat, menggaruk tengkuknya sembari memasang wajah bingung.

"Masalah nonton, ternyata jadwalnya malam ini Len. Gua salah beli tiket, seharusnya gua beli buat hari Minggu jam tujuh malam. Lo hari ini bisa kan?" Alena menimang sebentar, sebenarnya dia juga ragu untuk mendapat izin keluar dari orang tuanya. Tapi Alena juga sangat ingin nonton bioskop bersama Haniel.

"Tapi ... Lo ya yang izin sama nyokap? Soalnya kalo gua yang izin takut nggak di kasih," ucap Alena yang disanggupi Haniel.

"Tenang aja, masalah itu gampang. Tapi lo inget kan bayarannya apa?" Alena memutar bola matanya malas, tanpa di ingatkan juga Alena tahu apa yang akan Haniel minta.

"Iye-iye gua tau!" Ketus gadis itu, Haniel menepuk pucuk kepala Alena sambil tersenyum lebar. Haniel berharap Alena bisa membantunya.

❁✧・゚: *✧・゚:*❁

Hujan yang sangat deras kini melanda Jakarta, deadline Haniel dan Alena yang seharusnya pergi menonton harus terpaksa tidak di lakukan. Sebagai penggantinya Haniel pergi ke rumah Alena sambil membawa dua bungkus mie instan rasa soto ayam dengan dua telur dan satu plastik kecil yang berisi cabai rawit hijau sebagai pelengkapnya.

"Harusnya kamu nggak perlu repot-repot bawa mie apalagi sama telur, di rumah juga ada El. Tinggal ambil aja," kata Melisya yang sedang duduk di kursi dekat meja makan.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang