Chapter Eighteen

10 2 0
                                    

Even when I'm alone it's okay if I can only see you
I'm always behind you, I'm always watching you
but it seems i have to share
My friends are tired of telling me
I always sing songs like this
But I know it's just my feeling
I can tell you are in a different place

- Lee Haechan -

🐻🐻🐻

Haniel memakan habis ketoprak miliknya, senja baru saja pulang dan Haniel masih berada di luar bersama Seyna. Jika biasanya Haniel selalu pergi bersama Alena tapi kini lelaki itu membawa orang yang berbeda ke tempat makan favoritnya.

"Gimana? Udah baikan belum perasaannya?" tanya Haniel sebelum menyendokkan satu Lontong besar berlumur sambal kacang ke dalam mulutnya.

"Puji Tuhan udah kak, makasih ya udah bawa aku ke sini." Haniel tersenyum mendengarnya, kata syukur yang Seyna ucapkan sedikit menyentil relung hatinya. Entah kenapa bayang-bayang wajah Alena muncul dalam pikirannya.

"Bentar lagi Natal, mau ke gereja bareng?" tawar Haniel membuat Seyna terkesiap, biasanya gadis itu selalu pergi seorang diri dan merayakan hari Natal sendirian tapi kini ada orang yang mengajaknya untuk beribadah bersama, tentu kesempatan ini tidak akan Seyna sia-siakan.

"Boleh, kita ke katedral Jakarta aja. Nanti kita misa Natal bareng." Haniel menganggukkan kepalanya sembari menepuk pucuk kepala Seyna dua kali, sementara Seyna terpaku karena tepukan di kepalanya.

Hening kembali menyergap keduanya, yang terdengar hanya suara bising dari jalanan Jakarta. Setelah selesai makan ketoprak dan membayarnya Haniel bangkit untuk mengajak Seyna pulang. Tapi gadis itu masih duduk di tempatnya tidak beranjak sedikit pun. Tiba-tiba dia teringat perkataan Alena.

"Ayok pulang," ajak Haniel sembari mengulurkan tangannya, Seyna menatap tangan Haniel yang tertampak di depannya.

Haniel mengembuskan napasnya pelan kemudian jongkok di depan Seyna, menatap dan menyelami mata Seyna. Rasanya seperti sedang menatap Adelia, netra dan tatapan Seyna tidak beda jauh dengan Adelia apalagi jika gadis itu tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit sudah pasti persis seperti Adelia.

"Kenapa? Nggak mau pulang?" Seyna diam menunduk, sebenarnya dia juga suka dengan Haniel terlebih sikap lelaki itu yang manis menjadi salah satu alasan mengapa dia jatuh hati.

"Kakak anggap aku apa?"

"Hah?" Haniel cengo seketika saat Seyna menanyakan hal itu, otaknya yang lemot bertambah lemot malam ini. "Maksudnya?" Dapat di lihat Seyna  kini mengembuskan napasnya pelan

"Aku bingung sama sikap kakak, entah aku yang kegeeran atau emang bener, kalo aku ngerasa kak Haniel suka sama aku dan mulai deketin aku." Sumpah demi Tuhan Seyna sangat malu untuk mengatakan itu tapi perkataan Alena saat pulang sekolah tadi berhasil membuatnya di landa bimbang dan penasaran.

"Ohh lo lagi ngode gua ya buat nembak elo?" goda Haniel membuat wajah Seyna merah padam, gadis itu membuang muka ke arah lain dan menghindari kontak mata dengan Haniel. SIAPAPUN TOLONG BAWA SEYNA PERGI!!

"Nggak! Aku cuma minta kebenaran sama kak Haniel, biar aku nggak salah mengartikan semua perhatian yang kakak kasih ke aku." Alibi Seyna, diam-diam Haniel mentertawakan Seyna yang kini sedang malu-malu.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang