Chapter Seventeen

9 4 1
                                        

Luka, luka, hilanglah luka
Biar senyum jadi senjata
Kau terlalu berharga untuk luka
Katakan pada dirimu
Semua baik-baik saja

- Tulus -

🐻🐻🐻

Setelah kejadian malam itu Haniel masih sangat malu untuk muncul di depan Seyna. Sudah tiga hari Haniel tidak bertemu atau sekadar bertukar kabar dengan Seyna. Alena dan Melon yang waktu itu mendengar cerita dari Haniel tidak bisa untuk tidak tertawa.

Kedua gadis laknat itu tertawa terpingkal-pingkal saat Haniel menceritakan kejadian memalukan itu, bahkan Haniel masih merasakan malunya sampai sekarang. Meski pun pihak cafe sudah meminta maaf atas kecerobohan staffnya dan Haniel juga sudah meminta maaf kepada Seyna karena kekacauan di malam itu, tetap saja rasa malu dalam diri Haniel masih sangat membekas.

"Udah El, Melon juga udah bilang kalo si Seyna fine-fine aja." Alena berusaha membujuk Haniel agar tidak uring-uringan lagi

"Lebih baik, sekarang lo cari si Seyna sana! Dari pada duduk kayak orang pengangguran di sini," titah Melon dari tempat duduknya, Haniel menoleh dengan lesu

"Ngapain? Buat ngechat aja gua masih malu njerr! Apa lagi ketemu, nggak! Nggak!" Haniel menggolekkan kepalanya di atas meja, Alena mengusap rambut Haniel memberikan ketenangan pada lelaki itu. Kelakuan Alena tidak lepas dari pandangan Melon.

"Coba aja El, nggak gentleman banget sih. Katanya pengen cepet jadian sama Seyna tapi mental masih mental yupi," ejek Alena membuat Haniel tambah lesu.

"Udah Sono cari! bokap nyokap nya barusan cerai, lebih baik lo hibur tuh anak daripada mikirin rasa malu lo yang nggak ada ujungnya." Tubuh Haniel langsung tegak mendengar perkataan Melon, Alena juga sama terkejutnya dengan Haniel.

"Hah? Lo ngomong apa tadi barusan? Cerai?" Melon mengangguk malas.

"Cerai?" Ulang Alena yang lagi-lagi di balas anggukan malas dari Melon.

"Serius Melon? Nggak usah nyebar hoax bego!" Haniel menatap Melon nyalang menuntut gadis bergingsul itu untuk menjelaskan omongannya dengan sejelas-jelasnya.

"Gua sepupunya nyet! Ngapain gua main-main tentang keluarga orang, gabut bener hidup gua kalo sampe bikin hoax kayak begitu." Haniel berlari keluar kelas meninggalkan Alena dan Melon. Alena menatap sendu kepergian Haniel.

"Lo suka ya sama Haniel?" Melon menatap Alena penuh intimidasi.

"Nggak!" Jawab Alena dengan ketus, Melon terkekeh culas mendengarnya.

"Lo pikir gua Haniel yang bego, gua udah tau tentang perasaan lo dari lama. Tapi ikut pura-pura bego aja kayak Haniel." Alena memutar bola matanya malas

"Nggak usah sotoy jadi orang," ucap Alena membuat Melon menggeleng tak habis pikir, gadis di depannya ini terlalu pandai untuk mengendalikan ekspresi wajahnya membuat siapa saja bisa terkecoh. Tapi sayang mata gadis berambut ombre itu tidak pernah bohong.

"Terserah lo deh Len, emang bener kata Haniel lo itu keras kepala dan nggak mau kalah." Alena memperhatikan Melon yang kini bangkit dan berjalan keluar kelas meninggalkannya seorang diri, meratapi perasaannya yang masih tersimpan rapih di dalam hatinya. Tapi kini Melon berhasil mengetahui rahasia terbesarnya.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang