Genggam tanganku sayang
Dekat denganku peluk diriku
Berdiri tegak di depan aku
Cium keningku tuk yang terakhir- Lyodra Ginting -
🐻🐻🐻
"Haniel? Lo ngapain di sini? Mau main juga ya sama gua? Hehehe ..." Haniel meringis pelan saat melihat Alena yang melantur.
"Ton, makasih udah awasin Alena sampe gua datang." Anton tersenyum simpul lalu menepuk bahu Haniel dua kali
"Santai aja, Alena juga temen gua jadi wajar aja kalo gua harus ikut andil ngejaga dia. Btw lo harus banyak-banyak sabar ya ngadepin nih anak," pesan Anton di angguki Haniel.
Setelah Anton masuk ke dalam bar, Haniel menghampiri Alena yang kini sedang duduk sambil berbicara pada pohon besar di depannya.
"Satu-satu gua sayang pohon ...
Dua-dua juga sayang pohon ...
Tiga-tiga pohon sayang gua ...
Satu dua tiga kita saling sayang" Alena tertawa dengan mata yang sayu, sepertinya Haniel akan sangat kerepotan mengurus masalah ini."Alena, ayok kita pulang!" Haniel membantu Alena berdiri tapi Alena mengangkat tangannya ke atas sambil berkata lantang, "jamsiman-yo!! haniel! jib-e gagi silh-eo sijang-e ganeun geon eottae?" Haniel ngebug seketika.
Alena bicara apa? "Gua nggak ngerti lo ngomong apa, sekarang kita pulang! Lagian lo ngapain sih pake minum-minum segala? Nggak takut tuhan lo marah hah?" omel Haniel sembari membantu Alena jalan.
Alena membalas omelan Haniel dengan tertawa tak jelas, gadis itu bersenandung riang menyanyikan lagu ciptaannya sendiri. "Haniel jelek kayak bebek ... Oink! Oink! Oink! Tingkahnya kayak monyet ... Ngrok! Ngrok! Ngrok! Kalo marah kayak setan ... Aurmm! Aurmm! Aurmm!" Nyanyi Alena tidak sinkron
Haniel menggerutu pelan saat gadis itu secara tidak langsung menghinanya di dalam lagu itu, "sejak kapan bebek bunyinya oink? Aurm itu dimana-mana harimau bukan setan goblok!" balas Haniel kesal bukan main.
"Jaemin!!" Pekik Alena girang, gadis itu berlarian ke arah Billboard di halte yang menampilkan sosok aktor Angga Yunanda. Haniel dengan cepat menyusul Alena dan menarik gadis itu untuk pergi dari sekitar halte.
"Itu bukan Jaemin bego!" sarkas Haniel membopong tubuh Alena, lelaki itu bergerak ke pinggir jalan untuk memanggil taksi.
"I believe thαt the use of mobile phones is very dαngerous becαuse the cell phone cαn cαuse some problems αnd threαts humαn life. Those threαts αre: mobile phones αre hαrmful for the sαfety of its users αnd sociαl αnd fαmily life." Alena berucap dengan fasihnya membuat Haniel yang sedang mencari taksi menggeleng tak habis pikir. Dia tahu kata yang baru saja Alena ucapkan itu adalah salah satu teks bahas Inggris yang dihafalnya untuk ujian praktik Minggu lalu.
"Taksi!" Akhirnya lelaki itu bisa mendapatkan taksi di tengah malam seperti ini. Di ujung jalan seseorang tersenyum melihat keduanya.
"Mau kemana mas?" tanya sopir taksi itu setelah Haniel dan Alena masuk. Haniel menyandarkan kepala Alena di bahunya.
"Ke perumahan di jalan Hayam Wuruk ya, pak." Sopir itu mengangguk kemudian menjalankan mobilnya menyusuri jalanan kota Jakarta di malam hari. Haniel mengembuskan napasnya lega, matanya beralih menatap Alena yang kini masih saja melontarkan kata-kata di luar nalar. Jika saja dia bisa memvideokan momen ini pasti akan ia lakukan dan akan ia tunjukkan pada gadis itu. Biar dia tahu betapa gilanya dia saat keadaan mabuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wish
Teen FictionKata orang melepaskan itu perihal mudah yang sulit hanya mengikhlaskan, tapi bagiku kedua tetap sulit karena ketika kita ingin melepas kita juga harus bisa ikhlas - Wish *** "Kamu tau, apa yang lebih sakit daripada di putusin? Kamu tau, apa yang leb...