Chapter Five

26 11 0
                                    

Bunda nggak ada niatan buat cerai? - Kelina Graceli Abraham

🐻🐻🐻

Melihat Haniel yang sedang memilah-milah mie ayam miliknya, membuat Alena tahu jika lelaki itu tidak bisa memakan sayuran hijau atau lebih tepatnya bisa di bilang lelaki gesrek itu alergi sayuran yang berwarna hijau.

Di bawah terik matahari yang baru saja muncul dari tempatnya, Haniel membawa dia untuk makan mie ayam kangkung depan komplek. Alena tidak tahu apa motif tersembunyi dari semangkuk mie ayam kangkung yang laki-laki ini beri.

"Ngapa lo liatin gua mulu?" heran Haniel, pasalnya dia sudah beberapa kali memergoki Alena yang sedang memperhatikannya secara intens. Gimana sih perasaan kalian pas lagi makan ada orang ngeliatin mulu? Nggak nyaman kan? Itulah yang Haniel rasakan kini.

Haniel menundukkan kepalanya hanya untuk sekadar melihat penampilannya, memang agak santai sih. Lelaki itu kini hanya memakai kaus putih lusuh dengan gambar logo partai Golkar dan bawahan celana boxer hitam selutut.

Tapi menurutnya penampilan tidak masalah bukan? Lagi pula ia hanya keluar untuk makan mie ayam kangkung depan komplek, jadi tidak perlu dandan rapih seperti ingin bertemu presiden.

"Napa sih Len? Ada yang aneh? Atau ada sesuatu di tubuh gua?" tanya Haniel penasaran, "lo..." gantung Alena sambil menatap penuh intimidasi Haniel.

"Napa?!" sergah lelaki itu kesal.

"Gua curiga ada maksud tersembunyi dibalik semangkuk mie ayam ini."

"Ya Tuhan Alena!! Gua kira apa goblok!"

Kepala lelaki itu menengadah tak percaya, Haniel nyaris saja memakan Alena hidup-hidup. Apa tidak bisa gadis itu berhenti curiga padanya? Kenapa setiap dia berbuat baik gadis di depannya ini selalu menaruh rasa curiga terhadap dirinya.

"lo nggak bisa apa percaya sama gua? Bawaannya curiga mulu kalo gua berbuat baik." Haniel menatap kesal Alena, sedangkan gadis itu justru mengangkat bahunya acuh sambil menyuapkan sesendok mie ayam ke dalam mulut.

"Muka lo itu muka-muka kriminalitas, lagi pula lo juga sering banget nih bohong," ucap Alena sambil menuding Haniel menggunakan sendoknya.

"Kapan gua bohong sih Len? Orang suci kek gua mana pernah berdusta."

"Hah? Apa? Orang suci? Suci pala kau! Yang ada lo itu orang penuh dosa."

"Wahhh si Alen, kalo ngomong suka sembarangan. Jangan fitnah Alena, kata lo fitnah lebih kejam daripada pembunuhan"

"Gua ngomong fakta ye bangsat!" sungut Alena dengan mata melotot dan dada membusung ke depan seolah menentang keras tuduhan Haniel.

"mana ada fakta," kelit Haniel membuat hidung Alena kembang kempis menahan kesal. Jika tidak di tahan bisa saja Alena menumpahkan semangkuk mie ayam yang masih panas ini ke atas kepala Haniel. Tapi sayang dia masih punya hati nurani untuk tidak melakukan hal keji itu.

"Nggak inget lo?! Minggu kemaren lo sok-sok'an ngajak gua makan pecel lele deket sekolah, tapi ujung-ujungnya malah gua yang harus bayar karena lo kabur pura-pura sakit perut. Bilangnya mau ke toilet tapi gua tungguin kagak datang-datang," papar Alena tak tahan lagi

"Kapan? gua ga pernah ya ninggalin lo makan sendirian, apalagi bohongin lo!" ucap Haniel membela diri. Kita lihat berapa lama dua sejoli ini akan beradu mulut, bahkan semangkuk mie ayam yang tadi sangat menggugah selera kini terabaikan termakan dinginnya angin.

"Heh kambing! Nggak usah pura-pura amnesia lo!" hardik Alena membuat beberapa orang yang ada di taman komplek menoleh ke arah mereka. Sebenarnya Alena ini sedikit bar-bar ya kalo sama Haniel, soalnya kalo sama cowok yang sableng kayak dia kesabarannya langsung hilang.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang