Chapter Nineteen

13 2 0
                                    

Dan 'tuk menyayangi kamu dengan sepenuh hati
Apakah harus menahan sesakit ini
Ku ingin hati terlatih
Untuk tak sakit merasakan patah hati
Biar aku yang mengerti (hati terlatih)

- Marsha Zulkarnain -

🐻🐻🐻

Seperti pasangan pada umumnya jika malam Minggu akan pergi kencan bersama pasangannya. Di depan cermin kamar, Haniel menata rambutnya sambil bersiul.

"HANIEL JANCUK!! SINI LO!!"

Haniel mengumpat dalam hati saat suara paripurna Kelin menggema indah di rumah ini, perasaan jengkelnya memuncak saat Kelin tiba dengan wajah buriknya. Masker yang sedang di gunakannya pecah, mata melotot, dan napas kembang kempis.

"Apaan sih kampret?" Suasana hati Haniel yang semula bagus langsung hancur karena mendengar suara cempreng gadis bermata sipit itu.

"Lo pacaran sama si ku menangis?!" Haniel ngebug di tempatnya, ku menangis teh saha?

"Ku menangis siapa sih njir? Kenal juga kagak, udah Sana! Sana! Ganggu orang lagi siap-siap aja deh," usir Haniel membuat Kelin berdecak kesal. Masih belum menyerah kini gadis itu justru bergerak ke arah singel bed dengan sprei Shinchan milik Haniel.

"Ngapain tidur di kasur gua hah?"

"Elahh, cuma numpang bentar doang. Sekalian mau minta konfirmasi tentang gosip-gosip yang udah tranding di akun lambe lurah sekolah. Lo beneran pacaran sama Seyna?"

Haniel mengangguk acuh sambil terus sibuk menata rambutnya berulang-ulang. Sementara di tempatnya Kelin menganga tak percaya, tidak dia sangka kakaknya yang setengah waras itu bisa mendapatkan cewek sesempurna Seyna. Tapi tetap saja Kelin tidak menyukai hubungan yang di jalin kakaknya itu.

"Putus aja lah," cetus Kelin yang langsung Haniel dilempari sisir keramat miliknya, gadis itu meringis pelan.

"Lemes banget sih mulut lo, Abang lo ini baru sehari pacaran udah di suruh putus aja." Kelin memutar bola matanya malas.

"Seyna mirip pemeran di Indosiar yang hobinya nangis Mulu, gua Gedeg sendiri jadinya. Kalo lo mau tuh cewek selamat dari gua lebih baik putusin," ungkapnya membuat Haniel yang jadi gedeg sendiri.

Jika melempar adik kurang ajar di perbolehkan dalam Al kitab, mungkin saja Haniel sudah melempar Kelin ke palung Mariana. Tapi sayangnya  Al kitab tidak memperbolehkan hal itu.

"Haniel! Haniel!!"

Haniel menoleh ke arah pintu, tidak biasa-biasanya Adelia berteriak kencang seperti tadi. Biasanya Adelia akan menghampirinya jika ada perlu, apa ada hal yang sangat penting sampai Adelia tidak sempat untuk naik ke atas. Dengan hati yang ragu lelaki itu menghampiri Adelia.

Setibanya di bawah raut wajah cemas Adelia dan Melisya menyambutnya. "Tante Mel?" Haniel kebingungan sekali.

"Bang, tolong bantuin Tante Mel bawa Alena ke rumah sakit ya?" Perkataan Adelia berhasil membuat Haniel blank.

"Rumah sakit? Emangnya Alena kenapa Tante?" tanya Haniel dengan raut cemas tanpa di buat-buat.

"Alena pingsan di kamarnya El, Om Dirga juga belum pulang. Tolong bantuin Tante ya bawa Alena ke rumah sakit!" Setelah mendengar penjelasan Melisya Haniel langsung berlari ke rumah Melisya untuk melihat kondisi terkini Alena.

Pikiran lelaki itu kini hanya terpenuhi oleh ketakutan yang mendalam, ia takut Alena terlalu keras dengan dirinya sampai kejadian di toilet beberapa waktu yang lalu kembali terulang. Bahkan janjinya dengan Seyna hilang dari ingatannya.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang