Chapter Nine

16 5 0
                                    

Bayangkanlah kedua matamu
Bayangkan aku di sisimu
Janganlah terjadi yang selalu kutakutkan
Beribu cara kan kutempuh
Oh cintaku
Kumau tetap kamu
Menjadi kekasihku
Jangan pernah berubah
Selamanya kan kujaga dirimu
Seperti kapas putih di hatiku
Takkan kubuat noda

- Syifa Hadju -

Gadis bergaun merah muda itu memejamkan matanya saat flash dari beberapa kamera menyala, memotret setiap gerakannya.

"Bagaimana perasaan kamu saat melihat penampilan mamah kamu di atas panggung?"

"Apa kamu akan mengikuti jejak mamah kamu menjadi seorang penyanyi?"

"Apa komentar kamu saat mendenger rumor bahwa pak Adijaya berselingkuh dengan salah satu kolega bisnisnya?"

"Apa lagu yang mamah kamu ciptakan ini, ada kaitannya dengan rumor yang menimpa pak Adijaya?"

Seyna berjalan sambil menutupi wajahnya dari kamera, saat ini ia sangat tidak ingin di ganggu terlebih setelah menyaksikan penampilan Ayudia yang baru saja merilis lagunya yang berjudul 'Patah'.

Beberapa orang berbadan kekar berusaha melindungi Seyna dari para wartawan yang mengerubungi gadis bergaun merah muda itu.
Sampai akhirnya Seyna berhasil masuk ke dalam mobil Pajero milik manajer Ayudia.

Menghela napasnya sembari mengusap sudut matanya yang berair. "Are you okey?" Tanya Gunawan selaku manajer Ayudia, mamahnya.

"I'm okay, don't worry," jawab gadis itu tersenyum simpul. Seyna menyandarkan punggungnya di jok mobil, pikirannya kini bercabang memikirkan setiap masalah yang menimpa dirinya. Ia pikir kalau selama ini keluarga adalah keluarga yang harmonis tapi ternyata itu semua hanyalah sandiwara yang dibuat oleh kedua orang tuanya saja.

"Tentang kepindahan sekolah kamu bagaimana? Om sudah dapat sekolahnya, berkas-berkasnya juga sudah om urus. Kamu tinggal pikirin kapan kamu mau masuk ke sekolah itu," kata Gunawan, lelaki berkepala tiga itu memang sudah menganggap Seyna sebagai anaknya sendiri. Apalagi paras Seyna yang sekilas mirip dengan almarhumah anaknya.

"Makasih ya om, maaf juga kalau aku ngerepotin om." Gunawan menggeleng cepat, " om nggak ngerasa di repotin kok, tenang aja. Jadi kapan kamu mau masuk sekolah?" Seyna terdiam memikirkan hal itu.

Kapan ia siap membuka dirinya lagi? Semenjak rumor itu beredar dan kejadian satu tahun yang lalu membuatnya takut bersosialisasi dan memilih untuk menutup diri. Ia hanya takut jika orang-orang banyak bertanya tentang kehidupannya yang sebenarnya jauh dari kata bahagia.

"Aku pikirin lagi nanti om, sekarang aku lagi pengen istirahat. Aku cuma nggak siap buat jawab pertanyaan dari orang-orang sekolah nanti," kata Seyna menatap sendu Gunawan. Gunawan mengangguk sembari tersenyum penuh pengertian.

Seyna berharap bahwa kebahagiaan akan datang di saat-saat seperti ini. Saat di mana dia sudah berada di titik paling rendah dan nyaris menyerah. Melelahkan bukan ketika dunia menuntut kamu untuk terus tersenyum seakan semua baik-baik saja sedangkan keadaan dan kenyataan sedang membantai kamu habis-habisan. Saat orang lain hanya tau bahagianya kamu saja tanpa tau kesedihan dan keputusasaan yang sedang melanda diri.

❁✧・゚: *✧・゚:*❁

Alena menggigit es krim strawberry di tangannya, entah kenapa dia sangat suka dengan semua yang berbau strawberry berbeda jauh dengan Haniel yang justru membenci buah itu. Tapi tak ayal lelaki itu akan tetap membeli sesuatu yang berbau strawberry jika makanan itu ingin di bagi dengan Alena.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang