Chapter Twenty Three

4 2 0
                                        

Jangan takut karena susah move on karena melupakan itu bukan hal yang mudah. Tokoh Jang Man Wol aja butuh waktu ribuan tahun buat bisa lupain cinta pertamanya - Melonda Dania Praharja

🐻🐻🐻

Alena menangkap botol minuman yang Melon lempar untuknya. Gadis berlesung pipi itu terlihat mengembuskan napasnya berat, membuat Melon ikut mengembuskan napasnya juga.

"Mau sampe kapan sih kalian kayak gini?" Alena melirik ketika gadis manis itu berucap.

"Kalian siapa?"

"Nggak usah pura-pura bego Len, gua tau lo sebenarnya ngerti apa maksud omongan gua." Melon menerawang jauh langit biru yang membentang di angkasa. Alena menatap botol minuman sambil ikut memikirkan apa jawaban dari pertanyaan Melon.

Di atas rooftop keduanya berada, saling menemani untuk menenangkan berisiknya hati dan pikiran. "Menurut lo sampe kapan gua harus kayak gini?" Melon mendelik saat Alena malah bertanya balik

"Mana gua tau! Kan yang jalanin elo bukan gua," sungut Melon berapi-api hanya untuk membuat Alena kembali mengembuskan napas untuk kesekian kalinya. Alena juga bingung, ia harus melakukan apa untuk menyelesaikan masalah ini. Gadis itu akhirnya paham kata-kata Bu Eidya guru matematikanya saat kelas X dua tahun lalu. Wanita muda yang menjabat sebagai guru matematika sekaligus wali kelasnya kala itu berkata, "matematika itu emang rumit tapi enggak serumit asmaraloka yang nanti kalian jalanin. Karena matematika punya rumus yang memang sudah di tetapkan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Tapi cinta nggak, jadi jangan jatuh cinta dulu sebelum siap buat pusing mikirin jalan keluar dari masalah dari hubungan kalian." Seperti itulah perkataan Bu Eidya di Senin pagi waktu itu.

"Kira-kira kapan ya gua bisa hilangin perasaan ini?" tanya Alena dengan nada yang lesu.

"Buat hilangin perasaan itu butuh waktu yang lama. Udah jalanin aja dulu, jangan di bawa pusing. Nanti juga ilang kalo udah waktunya." Melon menjawab demikian. Alena membenarkan ucapan Melon, memang butuh waktu lama untuk menghilangkan sebuah perasaan tapi pertanyaannya sampai kapan dia harus tersiksa seperti ini?

"Kalo gua nggak kuat gimana?" Melon menoleh hanya untuk menemukan Alena dengan wajah frustrasinya.

"Paling ujung-ujungnya nggak waras," celetuk Melon membuat Alena semakin nelangsa. Melihat Alena yang menundukkan kepalanya membuat Melon sedikit iba, baru kali ini ia melihat sisi lain dari Alena. Jika biasanya dia selalu melihat gadis berambut ombre itu selalu bersikap dingin dan datar serta tajam tapi sekarang dia bisa melihat betapa frustrasinya gadis itu.

"lo pernah ada di posisi gua?" Melon membisu, matanya perlahan memancarkan ratapan penuh kesenduan. Kolase ingatan-ingatan mulai bermunculan dalam memory melon.

"Pernah." Alena mendengar ada kesedihan dari jawaban yang Melon berikan.

"Apa yang lo lakuin saat itu?"

"Kayak lo, cuma diam nggak ngapa-ngapain. Karena gua merasa walau gimana pun dan berusaha sekeras apapun gua buat hilangin perasaan itu gua justru semakin terjerat dan terbelenggu. Jadi gua biarin semua mengalir gitu aja. Lo tau Drakor Hotel Del Luna?"

Alena mengangguk mengiyakan, "Jang Man Wol butuh waktu ribuan tahun buat lupain cinta pertamanya, jadi hal yang wajar kalo kita juga bakal lama buat lupain perasaan kita. Yang nggak wajar itu kalo kita bilang cinta tapi pas di putusin langsung dapet yang baru," cakap Melon membuat Alena termenung membenarkan apa yang gadis bergingsul itu katakan.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang