Chapter Twelve

10 3 0
                                    

Waktu akan terasa panjang jika kita merasa sedih, tapi waktu akan terasa singkat bila kita merasa bahagia - Wish

🐻🐻🐻


Setelah di beri nasihat panjang kali lebar karena perihal bakso bakar yang mencelat dan berakhir di mulut ketua OSIS SMA Dirgantara, mereka keluar dari ruang OSIS dengan wajah suntuk kecuali Alena yang kini memasang wajah sangar bak Kak Ros dalam animasi Upin Ipin.

"Ini semua gara-gara lo berdua! Andai sikap kalian yang nggak berlebihan tuh Ketos nggak mungkin keselek buntelan bakso dan buat kita habis-habisan di omelin sama pembina OSIS!" Ketua OSIS itu memang tersedak satu bulat bakso bakar yang naasnya penuh dengan sambal.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan Ketos itu,  keadaannya akan semakin memprihatinkan jika tidak cepat tertolong oleh beberapa guru dan siswa yang sigap membantunya.

"Sekarang kalo udah gini siapa yang mau tanggung jawab?! Lain kali bersikap sewajarnya aja, nggak usah alay!" tegas Alena lalu pergi meninggalkan kedua temannya ralat, teman Alena hanya Haniel dan Melon bukan temannya. Gadis bar-bar itu hanya berteman dengan Haniel tidak dengan dirinya.

"Kenapa sih tuh orang? Sensi bener." Haniel menghela napasnya pelan lalu dengan lesuh lelaki itu mengedikkan bahunya.

"Ngomong-ngomong lo mau nggak gua kenalin sama sepupu gua yang lo taksir?" tawar Melon sembari menaik-turunkan alisnya dengan senyum penuh arti.

"Mau! lo punya nomornya nggak? Nama Instagram deh kalo lo nggak tau nomor tuh cewek," ucap Haniel dengan membara, akhirnya dia bisa berjalan keluar dari lubang kejombloannya. Tapi dia lupa dengan janjinya pada Alena untuk tidak berpacaran dan hanya ingin fokus pada gadis malang itu.

"Tapi semua yang ada di dunia ini nggak ada yang gratis bro." Haniel berdecih saat mengetahui niat terselubung gadis bergingsul itu, tak lama kemudian Haniel mengeluarkan uang berwarna biru dari dalam saku celana abu miliknya, dia menaruh tepat di kening gadis itu membuat sang empu hanya bisa cengangas-cengenges seperti orang idiot.

"Duit aja, ijo mata lo! Coba kalo yang di templokin soal fisika. Berubah jadi kuning kali tuh mata!" sewot lelaki berhidung mancung itu.

"Lo juga kalo di kasih duit mah bakalan ijo Ani." Haniel membulatkan matanya saat Melon Cinangka itu memanggilnya Ani.

"Nama gua Haniel bangsat!"

"Elah, sama aja!"

"Beda goblok! Ani itu nama cewek, mana ada cowok yang namanya Ani!" Melon menggerak-gerakkan jari telunjuknya di depan wajah Haniel

"Ini nih, kalo pas kecil bukannya di kasih asi malah di kasih air rendeman beras. Pas gede gobloknya murni banget. Lah buktinya elo itu apa Ani," kata gadis itu membuat Haniel mengusap rambutnya frustrasi.

"Au ah! Ngomong sama lo mah berasa lagi ngomong sama setan!" Papar lelaki itu lalu pergi meninggalkan Melon seorang diri.

Tanpa mereka sadari, di balik tembok penyanggah koridor Alena berdiri dan mendengar obrolan mereka. Sakit saat mengetahui satu fakta bahwa Haniel akan mulai memperjuangkan gadis itu.

Tapi dia masih boleh berharap bukan jika cinta akan tumbuh dalam hati lelaki itu?

❁✧・゚: *✧・゚:*❁

Para pencari Tuhan jilid 23
Ketuk di sini untuk info grup

Me
Ya Tuhan!!
Admin grup sapa sih? Keknya fandom
Garis keras tuh sereal ramadhan

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang