Chapter Seven

17 7 0
                                    

Tidakkah cukup yang engkau lihat
Pertemanan ini sungguh berat
Tidakkah indah bila kita bersama
Tapi tidak di mimpi saja
Pinginnya yang beneran aja

- Budi Doremi -

🐻🐻🐻

Dari dulu Kelin selalu berkhayal mempunyai keluarga yang sentiasa harmonis, tidak pernah terjadi keributan, atau pun kekerasan. Berharap keluarga kecilnya bisa seharmonis keluarga-keluarga yang ada di dalam novel yang pernah di bacanya.

Pagi yang indah dengan gelak tawa dan kehangatan, atau tidak paginya yang cerah di sambut dengan wajah penuh seri dari orang yang berada di rumah. Tapi sayang semuanya hanya khayalan semata yang terbesit dalam pikiran Kelin.

Karena Kelin tahu, dari awal keluarganya sudah rusak dan tak bisa kembali utuh. kedua orang tuanya memang tidak berpisah atau dalam artian cerai, tapi kehangatan tak lagi menyelimuti keluarganya. Pernah ada kalanya Kelin merasa bingung dengan semua ini.

Bingung saat melihat ayahnya yang marah besar pada sang kakak, melihat sang Bunda yang menangis meraung keras meminta ayah berhenti untuk mencambuk putranya. Padahal Kelin baru saja pulang dari sekolah, tapi yang hanya bisa di lakukan gadis itu hanya diam. Saat itu Kelin tetap lah anak kecil yang tak tahu segalanya.

Tapi semakin beranjak remaja Kelin mulai paham apa makna dari broken home sendiri. Tidak semua anak broken home memiliki cerita kehidupan keluarga yang hancur karena kedua orang tuanya bercerai, tapi menurut sudut pandangnya broken home memiliki arti dimana keutuhan keluarga masih terjaga tapi kehangatan tak lagi terasa. Kelin merasa asing dengan kedua orang tuanya sendiri.

Ada hati di mana Kelin merasa muak dengan semua ini, bahkan Kelin pernah membujuk sang Bunda agar bercerai dengan ayahnya. Tapi dengan tegas Bundanya menolak dengan alasan yang Kelin saja tidak mengerti. Segila itu memang, tapi tidak ada salahnya bukan? Lagi pula untuk apa mempertahankan rumah tangga yang menurutnya tak layak untuk di pertahankan.

Mungkin orang waras yang ada didalam keluarganya hanya dia, sang kakak alias Haniel sableng ( panggilan baru Kelin)  juga tak pernah melawan atau membela diri saat ayahnya memukul dia. Lelaki itu justru akan bilang bahwa ayah sangat sayang padanya maka dari itu dia di pukul, gila kan?

Dengan seragam putih abu-abu lengkap dengan almamater sekolah, dia menyudahi lamunannya dan keluar dari dalam kamar. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah kakak lelakinya dengan handuk yang melingkar di lehernya, bisa ia tebak bahwa lelaki itu baru selesai mandi pagi.

"Good morning my little sister, muachh ..."

Kelin menggeliat jijik saat Haniel melayangkan ciuman jauh untuknya. "Jijik banget gua liatnya, siap-siap sana Jangan sampe buat ayah marah," pesan Kelin.

Dengan bibir yang mencebik Haniel menatap penuh cinta netra Kelin, "ahhhh... Ambyar banget lochh hati gua. Seribu lope buat adek tercintahh," kata Haniel sambil memberikan Kelin finger heart.

Tak tahan dengan drama pagi yang membuatnya mual, gadis itu memilih pergi "jijik gua liat lo," cibir Kelin menatap ngeri lelaki dengan kaus tanpa lengan itu. Dengan langkah terbirit-birit gadis itu turun ke ruang makan meninggalkan Haniel yang kini tergelak.

'dasar gila,' batin Kelin saat mendengar tawa itu.
Raut wajah Kelin kembali datar saat sampai di ruang tengah, tak ada kehangatan yang menyelimuti keluarga ini. Padahal sebelum Darren datang ruang makan adalah salah satu tempat favorit dia.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang