Chapter Twenty Seven

19 2 0
                                    

ojeneun ttonan geudereul
itji mot-haneun nega miwotjyo
hajiman ije kkedarayo
geudemane nayosseumeul

- Yoo Jae Ha -

🐻🐻🐻

Tak terasa jika Alena, Haniel dan Melon akan segera lulus dari bangku SMA dan beralih ke dunia perkuliahan yang entah seperti apa rumitnya. Minggu lalu seluruh murid kelas XII SMA Dirgantara telah melaksanakan Ujian Nasional yang menentukan lulus atau tidaknya mereka.

"Nggak kerasa bentar lagi udah mau lulus aja," cetus Melon sembari mendongak ke atas menatap hamparan langit yang membentang, mata gadis itu terlihat terpejam menikmati semilir angin sore hari ini.

"Gua nggak yakin bisa lulus dengan nilai yang memuaskan." Haniel merangkul bahu Alena saat tahu kekhawatiran yang sedang melanda gadis itu.

"Masa sama kemampuan diri sendiri nggak yakin sih, percaya aja kali lo pasti bisa. Walaupun nanti hasilnya nggak sesuai dengan apa yang lo pikirin ya terima aja, lagi pula lo udah berusaha semaksimal mungkin buat ngerjain Ujian itu." Alena tersenyum saat Haniel mengatakan hal itu sambil mengusap rambut ombrenya yang mulai memanjang.

"Btw, kalian mau lanjut kuliah di mana?" Melon menyahut dari tempatnya, pandangan gadis itu kini tertuju pada kedua anak manusia di depannya.

"Gua mau nyoba tes buat kuliah di Australia, kalo nggak keterima paling di kampus sekitar sini." Melon membungkam mulutnya sendiri ketika mendengar Alena yang ingin mencoba untuk tes kuliah di Australia.

"Kalo gua berdoa lo nggak keterima di Australia, gua termasuk temen yang jahat nggak sih?" Melon bertanya dengan tampang polosnya, dengan sekonyong-konyong Haniel menempeleng gadis bergingsul itu.

"JANGAN NEMPELENG KEPALA GUA!! KALO NANTI MAKIN GOBLOK GIMANA?!" Teriak Melon tak terima, sementara di tempatnya Alena terkekeh pelan.

Di lubuk hatinya Alena juga berharap bahwa dia bisa berkuliah di Indonesia. Hatinya terlalu berat untuk meninggalkan tanah air, terlebih di sini banyak orang-orang yang ia sayangi singgah.

🐻🐻🐻

Alena dibuat speechless dengan Haniel malam ini. Sore tadi setelah pulang dari taman lelaki itu mengiriminya pesan singkat yang isinya mengajak Alena untuk keluar malam ini.

Dan sekarang lelaki itu kini membonceng Alena dengan pakaian yang sangat rapih dan wangi. Padahal Alena hanya memakai kaus oblong polos warna abu-abu dengan celana jeans.

"Kita mau kemana sih?" tanya Alena sedikit berteriak, Haniel sedikit memundurkan wajahnya agar bisa lebih jelas mendengar ucapan Alena.

"Suatu tempat, lo pasti suka kok." Haniel tersenyum dari balik helmnya, berharap semuanya bisa berjalan dengan lancar.

Akhirnya Alena memilih diam, dan mengikuti apa kemauan Haniel. Setelah percakapan itu keduanya kembali di landa keheningan, tak ada yang mau membuka suara untuk memulai obrolan. Mereka sudah hanyut dalam pikirannya masing-masing.

Motor Scoopy Haniel berhenti di sebuah cafe, Alena turun dari motor Haniel. "Tumben lo ngajak gua makan di cafe," ucap Alena menatap heran Haniel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang