Chapter Six

20 8 0
                                    

Bila kau butuh telinga tuk mendengar
Bahu tuk bersandar raga tuk berlindung
Pasti kau temukanku di garis terdepan
Bertepuk dengan sebelah tangan

- Fiersa Besari -

🐻🐻🐻

"Bunda nggak bermaksud buat belain ayah...Sayang, kamu kan tau ayah tipikal orang yang temperamental," ucap Adelia berusaha menyangkal ucapan Kelin. Gadis bermata sipit itu terdiam sesaat sebelum akhirnya dia mengeluarkan pertanyaan yang mampu membuat Adelia terlonjak kaget.

"Bunda nggak ada niatan buat cerai?"

"Kok kamu ngomongnya gitu sih?" tanya Adelia sedikit tak suka

" aku cuma nanya, lagi pula bunda sering banget bilang sama aku ' kalo nanti pasangan kamu di masa depan sampai berani main tangan saat kalian bertengkar, tinggalin dia! Dia nggak baik buat kamu' bunda juga pernah bilang ke aku, kalau misalnya aku benar harus di lawan, jangan mau mengakui kesalahan yang nggak kita perbuat," papar Kelin panjang lebar.

"Tapi kenapa Bunda selalu mengajarkan hal yang sama sekali nggak Bunda terapkan," tambah Kelin membuat Adelia menghembuskan napasnya diam-diam.

"Kamu akan tau kenapa Bunda ngelakuin semua itu, ketika kamu punya anak nanti," kata Adelia menatap lembut netra cokelat Kelin.

"Aku bingung sama orang dewasa." Kelin menatap wajah Adelia dengan tatapan yang sulit di artikan, "cara berpikir orang dewasa terlalu rumit. Kalian selalu bohong tentang keadaan, padahal kalian tau kalau bohong itu perbuatan dosa. Aku selalu berharap ketika aku nanti dewasa, aku nggak akan kayak kalian yang selalu bilang baik-baik aja," kata gadis itu sebelum pergi meninggalkan Adelia dengan pikirannya yang berkecamuk.

❁✧・゚: *✧・゚:*❁

"Haniel! Berhenti kagak lo!!"

Alena terus berlari mengikuti Haniel yang sedang mengejar layangan peteng, ia berjanji untuk menjewer telinga laki-laki itu sampai merah jika ia berhasil menangkap Haniel.

Bisa-bisanya lelaki itu membohonginya lagi, padahal dia sudah senang ingin ditraktir makan mie ayam kangkung. Tapi lagi-lagi lelaki itu memberinya harapan palsu.

Haniel dan anak-anak komplek lainnya berhenti di depan pohon rambutan milik pak RT yang terkenal galaknya minta di slebeww.

"Yang peteng cup punya gua!!"

"Mane ada, itu kan punya gua!"

"Diem lo bocil! Tuh layangan punya gua!" Sergah Haniel menatap garang bocil-bocil di depannya, "enak aja! Itu kan layangan gua bang" ucap anak lelaki berbaju Boboiboy

"Ngaku-ngaku lo, cil."

"Gua nggak ngaku-ngaku bang, emang punya gua itu layangan."

"Yee mana ada! Itu layangan punya gua kali!" Sungut bocil satunya yang memakai baju Pororo yang gambarnya sudah mulai luntur.

"Itu punya gua ya Bambang! Punya lo itu layangan yang harganya dua ribu dapet tiga!" elak anak lelaki yang berbaju Boboiboy dengan mata melotot.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang