Chapter Twenty Five

6 1 0
                                    

Even on a night when you want to rest and on a busy morning
You give me a place to rest in my heart
I'll do better if you share that feeling with me

- Lee Hi -

🐻🐻🐻

Ini hari ke tujuh Haniel menjabat sebagai jomblo. Harapan ingin merayakan hari Natal bersama Seyna pupus oleh kenyataan. Di Jumat sore hari pertama tahun 2021 menyambut Haniel duduk di dipan teras menerawang birunya langit sore ini.

Ditemani dengan segelas teh manis dan bakwan jagung buatan Adelia membuat sorenya di awal tahun ini sedikit menenangkan, hubungannya dengan Alena belum membaik. Haniel juga sengaja menjaga jarak dengan Alena karena ingin memastikan hatinya.

Sebenarnya dia belum terlalu handal dalam hal ini. Apa mungkin dia mencintai Alena seperti yang di katakan Seyna kala itu?

"Ngapain lo sore-sore gini ngelamun?" Kelin datang dengan sebungkus ciki tinggi sodium.

"Kel, cinta itu kayak gimana sih rasanya?" Kelin menoleh dengan mata melotot tak percaya, Haniel memutarkan bola matanya jengah ia jadi menyesal telah menanyakan hal itu pada Kelin yang mungkin saja jauh lebih amatir darinya.

"Lo kan pernah pacaran bego! Ngapain nanya gua, pacaran aja belum pernah gimana mau tau rasanya jatuh cinta." Kelin mencibir

"Tapi kata Seyna waktu itu, gua itu nggak cinta sama dia. Perasaan gua ke dia itu cuma kagum dan suka bukan cinta." Haniel menghela napasnya berat kemudian menyesap teh manisnya yang sudah dingin termakan angin.

"Terus lo cintanya sama siapa?" Haniel menoleh ke arah Kelin dengan pandangan melas.

"Masa iya gua cinta Alena?" Detik itu juga Kelin meluncurkan tawanya dengan renyah, bahkan gadis itu terlihat tidak peduli dengan isi ciki yang berceceran di lantai karena saking kuatnya dia tertawa.

Haniel menahan kesal bukan main melihat respon Kelin, dengan gerak cepat lelaki itu melempar Kelin dengan ciki milik gadis itu yang tergeletak di lantai.

"Perut gua keram anying!" Kelin memegang perutnya yang terasa keram, dia terlalu banyak tertawa sampai membuat perutnya keram.

"Rasain! Kualat kan lo ngetawain gua!" Haniel beranjak masuk meninggalkan Kelin yang sedang gegelontoran di lantai.

Adelia melirik putra sulungnya yang berjalan dengan gontai wanita itu melihat Haniel menggolekkan tubuhnya di sofa, "Abang kenapa sih? Akhir-akhir ini Bunda sering liat Abang kayak mayat hidup tau nggak. Coba sini cerita sama Bunda, siapa tau Bunda bisa bantu." Haniel melirik Adelia dengan pandangan nelangsa.

"Bundaaa ... Tau nggak gimana rasanya jatuh cinta?"

Sesuai dengan apa yang Haniel perkirakan, Adelia tergelak di tempatnya. Membuat Haniel semakin merasa bahwa dia memang sangat amatir dalam urusan cinta.

"Pertanyaan Abang aneh, Abang kan pernah pacaran sama Seyna masa nggak tau rasanya jatuh cinta," tutur Adelia dengan sisa tawanya, kemudian wanita paruh baya itu kembali melanjutkan kegiatannya yang memilah kangkung.

"Nah itu! Seyna bilang Abang itu nggak cinta sama dia, katanya Abang cuma kagum dan suka nggak cinta. Abang kan jadi bingung Bunda." Haniel berucap dengan frustrasi.

Adelia menggeleng pelan melihat wajah frustrasi putranya itu. "Sekarang Bunda tanya, kamu kalo ada di Deket Seyna gimana perasaannya?" Haniel diam memikirkan jawaban apa yang harus ia beri pada Adelia.

Pasalnya dia juga bingung, kadang dia merasa senang ada di dekat Seyna tapi kadang juga dia merasa biasa saja. "Kadang Abang itu ngerasa seneng banget bisa deketan sama Seyna, tapi Abang juga kadang ngerasa biasa-biasa aja." Adelia tersenyum simpul mendengarnya.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang