27

366 32 0
                                    


















Di pagi harinya.

setelah semua kelasnya berakhir, Charlotte tidak langsung pergi ke asramanya untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya. Tentu saja setelah untuk pertama kalinya ia melihat draco mengeluarkan air matanya yang sangat mahal itu-hatinya menjadi tak karuan. Ia sudah bertekad akan menemukan jawabannya sendiri jika kekasihnya yang keras kepala itu memang tidak mau memberitahukannya apa-apa.

Namun tentu saja charlotte sendiri tidak tau apa yang pertama harus ia lakukan untuk menyelidiki tentng kekasihnya itu, akhirnya ia hanya berjalan berputar-putar di sekitar lorong-lorong tepat dimana ia menemukan ruang kebutuhan kemarin.

"Dementor!!"

Charlotte terkejut bukan main, ia langsung memutar kepalanya dengan cepat ke sumber suara. Dadanya kemang kempis dan jantungnya berdegup kencang memikirkan dementor berada di dekatnya.

Namun kosong, charlotte kembali memutar kapalnya ke sana kemari dan tidak melihat siapaun di sana. Dan barulah ia sadar saat ia melihat sebuah bayangan putih pria tak terlalu tinggi yang berpakaian seperti seorang badut sirkus namun dengan pakaian yang terlihat lama dan compang camping.

"Pevees!!" charlotte menatap marah ke arah Poltergeist-pevees yang kini sedang tertawa keras dengan wajah liciknya yang menyebalkan.

Charlotte menghembuskan nafasnya lega. Lega karna tidak ada dementor dan lega karna pevees hanya menganggunya dengan lolucon kecil, jika charlotte sedang sial mungkin ia sekarang sudah menangis karna di kerjai oleh si makhluk penganggu yang di benci semua orang sekaligus paling di hindari di hogwarts.

Pevees berjalan dengan langkah sok seperti perajurit dengan posisi terbalik di langit-langit mendekati charlotte yang terlihat sudah ingin kabur darinya, namun pevees terlebih dahulu menembus tubuh charlotte dan berhenti di depannya.

Pevees semakin tertawa terpingkal-pingkal saat melihat mimik wajah charlotte yang terlihat sekali sangat kaget karna rasa dingin menusuk yang ia rasakan sekelibat saat pevees menembusnya.

"Pevees hentikan! Atau aku akan memanggil baron berdarah!" bentak charlotte saat pevees mulai mendekatinya kembali dan dari jarak segitu saja charlotte dapat merasakan rasa dinginnya.

Pevees berhenti ia pun sedikit mundur. "Cih panggil saja!" ucapnya tak kalah galak namun charlotte dapat melihat tangan kirinya sedikit bergetar. Semua orang tau jika pevees hanya takut pada Baron berdarah hantu asrama slytherin dan juga profesor dumbledore, karna itu para perfek biasa mengancam pevees seperti itu jika ia terllihat ingin menganggu para anak tahun 1.

"Aku tau kau takut pevees, kau kemarin habis dimarahi bukan?" ucap charlotte sambil tersenyum miring.

Yang di ejek pun seketika terlihat marah. Ia terbang cepat menembus dinding dan melayang-layang di udara dengan mulut yang terlihat komat-kamit sepertinya ia baru saja mengucapkan berbagai sumpah serapah terlihat dari mimik wajahnya.

"gadis kecil jelek!-seperti si tua dumbledore, awas saja kau akan menyesal..... ah benar anak kelas satu, satu-harus mengerjai mereka lagi, oh si rambut unicorn slytherin juga menyebalkan, sok pemberani padahal pengecut cih-membuka lemari saja takut ppfftt hahahaha" gumam hantu jahil itu tak jelas sambil mulai terbang menjauh dari charlotte.

Namun charlotte tak sengaja mendengar kata-kata terakhir pevees. Rambut unicorn slytherin, tentu saja itu kekasihnya bukan? Pikirnya.

"Tunggu pevees!"

Pevees berhenti dan membalikkan kepalanya 180 derajat dengan menyeramkan menatap charlotte dengn wajah kesalnya.

"Gadis kecil jel-!!"

Smile, Draco | Vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang