9

520 48 3
                                    




Setelah kejadian itu, luna terlihat semakin tidak suka pada draco. Ia selalu menatap draco tajam jika draco berada di sekitar charlotte. Luna juga beberapa kali sering menarik charlotte menjauh jika draco datang, charlotte tentu tidak bisa menolak temannya itu.

Ia hanya akan terkekeh saat melihat draco yang menghela napasnya sebal jika luna berada di sekitar charlotte.

Karna itu mereka berdua sampai harus bertemu dengan diam-diam, seperti saat ini. Charlotte yang sudah berteleport di depan kamar draco dengan menggunakan portkey milik draco berbentuk koin yang diam-diam draco berikan saat mereka bertukar surat.

"hai, silahkan masuk"

Tanpa perlu mengetuk pintu, draco sudah lebih dulu membukakan pintu untuknya. Mempersilahkan kekasihnya itu untuk masuk ke dalam kamarnya.

"lovegood itu sangat menganggu"

Belum saja kekasihnya itu duduk draco sudah terlebih dahulu memeluk charlotte dari belakang dan sesekali mengendus aroma tubuh charlotte yang membuat gadis itu terkekeh geli.

"Jadi bagaimana? Kau sudah mendapat surat dari ayahku?" draco mengangguk. ia lalu membawa charlotte untuk duduk di kasurnya

"Mau lihat?" charlotte sedikit menimang-nimang lalu ia menggeleng. Draco mengangguk lalu membaringkan kepalanya di pangkuan charlotte.

"bagaimana perasaanmu saat ayahku mengirimkan surat kepadamu?"

"tentu saja aku gugup setengah mati, tidak bukan setengah mati. Tapi hampir mati" ucapnya dengan menghela napas berat.

Charlotte tertawa pelan mendengar ucapan dari draco yg nampak sekali dari raut wajahnya jika ia sangat ketakutan.

"ternyata ia tau semua kelakuan ku padamu selama di hogwarts" charlotte mengangkat kedua alisnya, ia sedikit terkejut dengan ucaan draco.

"benarkah?"

Draco mengangguk.

"Ternyata teman mu itu yang selalu memberitahukannya pada ayahmu, kau tau ia bahkan menghitung jumlah poinku kebaikanku. Benar-benar anak aneh"

charlotte terkekeh.

ia jadi mengingat pernah beberapa kali mendengar luna bergumam menyebutkan angka-angka tertentu saat ia sedang menulis surat. Mengingat jika saat itu luna sedang memberikan poin pada draco benar-benar membuatnya tertawa geli.

"berapa yang luna kasih?"

"minus 150" charlotte tertawa keras. Ia jadi membayangkan bagaiman ekspresi ayahnya saat membaca surat dari luna, pasti reaksinya tak jauh-jauh darinya juga.

"yah beruntungnya aku, ayahmu masih mau memaafkan ku. Aku akui ia benar-benar pria yang sangat baik, kau tau? Jika aku menjadi ayahmu aku pasti akan mendatangi diriku dan memukul kepalanya"

"pfft ya aku tau" charlotte terkekeh saat melihat draco memutar bola matanya malas karna mendengar ucapannya.

"ngomong-ngomong bukankah saat itu kau bilang jika 15 tahun itu masih di bawah umur untuk pacaran?" ucap charlotte sambil memainkan rambut draco.

"Aku 17" charlotte memutar bola matanya lalu mencubit hidung draco yang membuat pemiliknya menjadi meringis.

"Kau lupa aku masih 15?"

"hei kau lupa siapa yg memintaku untuk menjadi kekasihnya?" ucap draco sambil berkedip-kedip menggoda gadisnya.

Charlotte yg merasa kesal menarik beberapa helai rambut draco sampai ia meringis kesakitan .

"seharusnya kau bersyukur! Kapan lagi kau akan di ajak pacaran oleh seorang gadis!" lalu melepaskan tangannya dari rambut draco.

Draco terkekeh geli mendengar ucapan kekasihnya.

"Masalahnya sudah banyak yang mengajak ku, aku tidak tau harus bersyukur atau tidak. Bukankah kau seharusnya yang bersyukur karna aku menerima mu?" ucap draco sambil tersenyum miring, ia mendongak dan melihat gadis itu tengah memalingkan wajahnya sambil menghela napas sebal.

"Yah kau benar. Apa kita akhiri saja?, lagipula aku masih di bawah umur" charlotte menatap draco sambil ikut tersenyum miring.

"tentu saja tidak boleh, lagipula bukankah Cinta tidak memandang usia?" charlotte terkekeh kecil ia tidak bisa menahan tawanya setelah medengar ucapan draco yg terdengar menggelikan.

"Kata-kata mu membuatku merinding"

"Ya aku tau, aku menyesal mengataknnya"

Charlotte tertawa, begitupun dengan draco yg tak bisa menahan senyumnya melihat kekasihnya yang nampak manis saat tertawa maupun tersenyum.

"Mau main salju di tepi danau hitam?" ucap draco dan di balas dengan tatapan mata berbinar oleh charlotte.

"tentu saja, ayo!"

~


"hey kau curang!! Rasakan ini!" charlotte mengambil salju sebanyak yang ia bisa namun sebelum ia melemparnya draco sudah terlebih dahulu melempar bola salju tepat ke wajahnya.

Charlotte mengusap wajahnya kasar, bisa ia lihat draco yang terawa terpingkal-pingkal karna melihat charlotte yang hampir separuh badanya tertutup salju karna ia menghujaninya dengan bola salju sekaligus.

"Kemari kau malfoy!" charlotte berlari menghampiri draco.

ia melompat dan menangkap tubuh draco sampai mereka berdua terjatuh di tumpukkan salju yang tebal.

"Aku lelah" ucap charlotte dengan napas ngos-ngosannya. Dan di balas anggukan oleh draco.

Mereka berdua masih belum beranjak dari posisi mereka, charlotte yang berada di atas tubuh draco dengan masih memeluknya. Draco menatap langit dan kemudian berpikir akan sesuatu.

"bagaimana jika aku suatu saat menjadi orng yang lebih jahat?"

Charlotte mendongak, melihat draco yang sedang menatap langit.

"bukannya kau sudah jahat?" draco terkekeh lalu menepuk kepala kekasihnya yg tengah berada di atas tubuhnya itu menggunakan salju.

"bukan itu, maksudku—"

"Death eater?" ucap charlotte namun draco hanya diam tak membalas.

Charlotte pun beranjak dari posisinya lalu ikut berbaring di salju, tepatnya di sampingnya draco.

Draco masih diam.

Di sisi lain hatinya sedikit menyesal sudah memulai perckapan yang topiknya sebenarnya sangat ia hindari.

"Ayo kembali, kau bisa kedinginan"

~



Smile, Draco | Vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang