38. Bertemu Umi?

560 87 9
                                    

Kemarin-kemarin emosi? Tenang, kali ini udah enggak kok^^

Aku ingin menjadi wanita seperti Umi. Tapi aku sadar, aku 'tak bisa sekuat beliau.

~Aisyah Humaira Az-Zahra

"Hasna! Kamu jangan egois! Maira akan tetap menikah denganku!"

"Udah Kak, ga perlu pura-pura lagi. Kalau ga emang ga cinta, ga perlu lakuin ini cuma buat aku." Semua pandangan kini menoleh ke arah Rifki. "maksud kamu apa nak?" tanya Bunda.

"Rifki yang minta Kak Rafka buat nikahin Ning Ira." Semua mata orang yang berada di sana kini refleks terbelalak. Kecuali Rafka, karena ia sudah tau hal ini.

Terutama Maira, sungguh ia 'tak percaya bahwa Rifki akan memperlakukannya seperti ini.

Maira berjalan mendekat ke arah Rifki, "Kak, dramanya jangan diperpanjang ya? Ira capek soalnya, pengen istirahat."

Rifki menatap Maira dengan tatapan sendu, "Maaf ya, tapi semuanya emang benar. Aku yang udah paksa Kak Rafka buat nikahin kamu, yang jelas-jelas dia sudah menikah." Jelas Rifki membuat hati Maira semakin hancur. Apakah semua lelaki mengira hatinya sebuah permainan?

Mata Maira kini sudah mulai memerah, karena marah? Mungkin iya, tetapi sembilan puluh persennya lebih ke ingin menangis karena kecewa.

"Maksud Kak Rifki apa?! Ini hati Kak ... bukan mainan! Dan aku nyesel pernah suka sama Kakak!" sentak Maira seraya berlari keluar rumah dengan air mata yang sudah membasahi cadarnya.

Seketika Rifki membeku di tempat, "Ning pernah suka sama aku?" batinnya.

"Kak!" teriak Izar seraya mengejar Kakaknya itu.

"Maira!" kemudian disusul oleh Kyai.

"Ira!" teriak Rifki seraya ingin mengejar Maira, namun tangannya kini dicekal oleh Syifa--istrinya.

"Kamu apa-apaan sih! Lepasin!" sentak Rifki pada Syifa dengan mata memerah. "enggak Mas! Kamu di sini aja! Ingat, kamu itu sudah punya aku! Aku ini istri kamu!"

"Gue gak cinta sama lo!" bentak Rifki membuat Syifa perlahan melepaskan cekalannya. Dengan mata yang berkaca-kaca Syifa berlari menaiki tangga dan mengunci dirinya di dalam kamar.

"Maksud kamu apa Rifki?! Pernikahan itu bukan sebuah permainan!" sentak Ayah.

"Rifki tau kalau Rifki salah, tapi yang lebih salah di sini itu kalian!" Rifki menjeda sebentar ucapannya, "Rifki sudah bilang kalau Rifki ga mau dijodohin! Rifki udah punya calon,  Ayah! Kenapa sih Ayah ga pernah bisa nurutin permintaan Rifki? Rifki cuma minta menikah dengan orang pilihan Rifki sendiri, tapi Ayah nolak? Giliran Kak Rafka? Dia yang jelas-jelas sudah menikah saja Ayah izinkan untuk menikah lagi! Kenapa Yah? Kenapa?!"

Rifki tau, kini ia sudah di luar batas. Mungkin kini ia sudah menjadi anak durhaka karena membentak Ayahnya sendiri. Tetapi, pada dasarnya kesabaran manusia itu ada batasnya. 'Tak semuanya harus ia tanggapi dengan terus menurut dan mengatakan kata 'iya' meskipun ia tahu jika hal itu adalah hal yang paling tidak ia sukai.

"Ayah hanya tidak mau kamu memilih pasangan yang salah Rifki! Ini semua juga demi kebaikan kamu!"

Rifki yang mendengar itu hanya terkekeh sinis. "Memilih pasangan yang salah? Lantas mengapa Ayah setuju Kak Rafka menikah dengan Ning Ira?"

Salat Tarawih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang