20. Rifki?

490 84 2
                                    

Jjk yukkk,

"Assalamualaikum Kak," salam Izar saat memasuki ndalem.

"Waalaikumsalam, dari mana saja Zar?" tanya abi yang berada di ruang tamu.

"Eh Abi, habis beli nasi gorengnya Mang Asep Bi." Ucap Izar.

"Kak Ira mana Bi?" tanya Izar.

"Di kamar kayaknya, ke mana lagi?" jawab abi, sedangkan Izar hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Oh iya Zar, bentar lagi kan hari Santri Nasional nih. Gimana kalau bikin acara? Dan sementara kegiatan pembelajaran diliburkan?" tanya abi membuat Izar termenung.

"Boleh Bi, tapi acara apa?"

"Nah ... itu tugas Kamu buat mikir, yaudah Abi tinggal dulu ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"

"Lah, kok gue?" gumam Izar.

🦋🦋🦋🦋

"Beli gini aja lama banget!" sentak Maira pada Izar.

"Tadi ngobrol bentar sama Abi di depan,"

"Halah! Alsean!" sentak Maira membuat Izar menatapnya sinis.

Tok tok tok, "Paket."

"Eh bentar ya kak," pamit Izar seraya berlari menuju pintu untuk mengambil paketnya.

"Berapa Mas?" tanya Izar pada kurir.

"3.350.000 Kak," ujar kurir itu. Izar mengeluarkan uangnya dan langsung membayar tanpa pikir panjang. Beginilah jika ambil yang open po.

"Makasih," ujar Izar yang diangguki ramah oleh kurir itu.

Kurir itu memang masuk ke dalam pesantren untuk sampai ke ndalem. Tetapi Izar juga sudah bilang ke satpam untuk mengizinkan kurir masuk karna ia pesan paket.

Izar membawa semua barang pesanannya. Sangatlah banyak, hingga ia hampir khawalahan.

Ia memasukkan semua paketnya itu ke dalam ruangan yang biasanya ia buat bekerja packing. Baru saja ia bisa bernafas lega, sekarang kakaknya meneriakinya.

"IZAR!!" dengan secepat mungkin Izar berlari menuju kamar kakaknya.

"Apa?" tanya Izar dengan nafas yang masih tersenggal-senggal.

"Ini kenapa yang satunya ketan?!"

"Kan katanya tadi ga pakai nasi, ya pakai ketan lah! Udah dibeliin bukannya terimakasih malah nyolot, dasar cewek."

"Heh! Kamu itu ya, dilahir-" ucapan Maira terpotong saat melihat Izar yang memeganggi perutnya seperti menahan rasa sakit.

"Ka-kamu kenapa Zar?" tanya Maira khawatir, ia sampai beranjak dari ranjangnya dan beralih pada Izar.

Izar hanya teridam dan tak menjawab, ia segera berlari keluar kamar. Maira yang khawatir pun ikut berlari mengikuti Izar, melihat adiknya yang muntah di wastafel kamar mandi, Maira kini sudah menduga, ini pasti akibat dari makan samyang.

Setelah Izar keluar dari kamar mandi, Maira pun menghampirinya. "Kamu kenapa? Pasti asam lambungnya kambuh, mending istirahat aja deh di kamar. Nanti kakak bawain teh hangat." Ujar Maira yang hanya dibalas anggukan oleh Izar. Ya karena ia tak punya pilihan lagi, kini ia merasa benar-benar lemas. Apalagi ini asam lambung, setiap dikasih makan pasti akan muntah lagi.

Salat Tarawih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang