Extra Part 1

1.1K 109 16
                                    

Extra part aku pakai POV 1 ya, siapa tau kalian bisa lebih masuk ke dalam cerita hehe.

Warning ya! 😭
Sedikit ada adegan itunya. Itu lhoh, ya pokoknya itu 😣. Dikit kok, dikit doang.

Aku 'tak pernah berfikir bahwa ternyata mencintaimu bisa sebahagia ini.


"Zak ...."

"Hm?"

"Ck, kalau dipanggil tuh jawab yang bener!" sentakku seraya membuang bantalnya ke lantai.

Bagaimana tidak kesal, semenjak lulus, Zaky sudah diamanahkan pekerjaan kantor dari Papa. Bahkan sepertinya waktu Zaky selalu untuk kantor kantor dan kantor. Seperti, tidak ada waktu untuk menemaniku di rumah.

Di rumah hanya ada empat orang. Satu pembantu, satu satpam, Zaky dan aku. Jika Zaky selalu di kantor, aku lebih memilih membantu Bibi membersihkan rumah. Toh, aku juga tidak ada pekerjaan lain.

Kini pernikahanku dan Zaky sudah berjalan sekitar dua bulan. Dulu, jujur aku memang senang saat Zaky selalu pergi, tapi sekarang entah mengapa aku merasa kesepian. Dulu, aku masih belum bisa mencintai Zaky, tetapi sekarang malah rasanya tidak bisa jauh-jauh dari Zaky.

Bahkan di saat Zaky pulang, sikap manja Zaky langsung keluar. Dari dulu sih Zaky memang manja, tapi ... kadang aku merasa risih dengan sikapnya. Tapi seiring berjalannya waktu, entah mengapa sekarang semenjak Zaky sibuk, aku jadi merindukan sikap manja Zaky.

Zaky mengalihkan pandangannya dari laptop. Beralih menatapku sambil terkekeh. Ia beranjak dari duduknya lalu mendudukkan tubuhnya tepat di sampingku yang kini sedang mendiamkannya.

Tangan Zaky terulur mengusap pelan puncak kepalaku. "Kenapa hm?"

"Ga papa." Jawabku yang masih setia memalingkan mukaku dari Zaky.

"Marah?"

"Pikir aja sendiri."

Bukannya menjawab Zaky malah menduselkan kepalanya pada leherku yang terbalut hijab. Tentu saja rasanya sangat geli bagiku! Aku di saat tidur tetap memakai hijab, ya meskipun kadang tidak, tapi aku lebih sering memakainya. Karena aku pernah mendengar kisah tentang wanita Palestina yang tidur tetap manggunakan hijabnya.

Kata mereka, "Jika di tengah malam Israel mengebom rumahku, setidaknya mereka menemukan jasadku dengan keadaan menutup aurat."

Jika aku, bukan bom. Namun, "Jika di tengah malam malaikat Izrail mencabut nyawaku, setidaknya siapapun yang menemukan jasadku itu, aku dalam keadaan menutup aurat."

"Ih Zaky! Geli tau!"

"Wanginya, aku suka," ujar Zaky dengan mata terpejam.

"Zaky, jangan gitu, geli tau!" sentakku yang masih 'tak dihiraukan oleh Zaky. Ia terus menduselkan kepalanya pada leherku.

"Kamu udah cinta belum sama aku?" tanya Zaky yang baru saja menghentikan aktivitasnya.

"Em ... ga tau," jawabku seraya menunduk. Zaky mengusap pelan kepalaku yang terbalut hijab itu dengan usapan yang penuh kasih sayang, "ga papa, aku ga akan pernah nyerah kok."

"Sebenarnya ... selama kamu sibuk sama kerjaan, aku kesepian." Ucapku yang kini kepalaku masih setia menunduk. Rasanya memang sangat berat ingin mengatakan ini, tapi mau tidak mau aku harus mengungkapkan apa yang aku rasa.

"Jadi?"

Dasar! Nyebelin sumpah! Sangat sangat sangat tidak peka sama sekali! Rasanya tuh pengen aku tonjok mukanya biar retak tuh jantungnya! Eh-

Salat Tarawih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang