Benar kata Abi, kekuranganku adalah kelebihanmu. Dan begitupun sebaliknya.
"Kenapa lihat-lihat gitu? Ada coretan ya, di muka aku?" tanyaku seraya mengusap-usap wajahku.
Merasa tidak ada apa-apa, aku menjadi was-was dengan Zaky. "Kamu ... gak lagi kesurupan kan?" bagaimana tidak, sendari tadi Zaky menatapku dengan senyuman anehnya. Apa mungkin itu efek sakit? Argh, sangat tidak mungkin.
"Kamu kok, cantik banget sih." Aku sedikit tersentak saat mendengar Zaky mengatakan itu, tapi ya ... aku tidak bisa berbohong lagi bahwa rasanya aku ingin terbang!
Aneh memang, bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah mengatakan gombalan padaku. Ya ... bukan Zaky namanya kalau dia tidak berlaku aneh.
"Gombal!" ucapku seraya tanpa sengaja memukul lengannya yang membuat dirinya meringis kesakitan.
"Eeh ... maaf, lagian kamu sendiri, lagi sakit masih sempet-sempetnya ngegombal." Ya ... bukannya mengakui kesalahanku, aku malah menyalahkan balik dirinya. Dasar aku haha.
"Ini bukan gombal ... ini fakta, ga sembarang orang lhoh bisa liat bidadari dengan jarak sedekat ini." Jawab Zaky dengan suara seraknya khas orang sakit.
Argh! Sudah cukup Ya Allah ... aku selalu dibuat mleyot dengan semua gombalannya! Aku menarik selimut agar menutupi setengah tubuhnya. Lalu mengusap rambut lelaki itu dengan senyum manisku.
"Istirahat aja ya, tidur gih."
"Ga mau dikasih kecupan dulu sebelum tidur?" tanyanya refleks membuatku teridam mematung. Lelaki ini memang sangat menyebalkan!
"Gak, ga ada! Udah tidur." Ucapku seraya berniat untuk beranjak pergi, tapi baru saja aku memalinhkan wajah, tanganku sudah dicekal oleh Zaky.
"Mau ke mana?"
"Ke bawah, bantuin Bi Inah masak sama bersih-bersih."
"Jangan. Di sini aja,"
"Tap-"
"Pliss ...." Aku hanya menghembuskan nafas pasrah saat melihat kedua mata sayupnya itu. Kasihan memang, tapi dia tetap sangat menjengkelkan. Argh sudahlah, mau bagaimanapun dia tetap suamiku, dan perintah suami tidak boleh dibantah.
Aku hanya mengangguk. Lalu berjalan memutari kasur untuk berbaring di samping Zaky. Entah aku kesambet atau bagaimana, tiba-tiba aku inisiatif memeluk Zaky. Dan Zaky juga membalas pelukanku.
"Tidur ya?" terasa dia hanya mengangguk pelan. Kini mataku sudah mulai terpejam di dada bidangnya.
"Sayang ...." Aku sedikit kaku saat dipanggil dengan panggilan Sayang, tapi kali ini aku harus bisa mengendalikan kondisi jantungku di dalam sana.
"Ya?"
"Apa aku boleh meminta hak ku?"
Deg
Mataku yang sendari tadi terpejam, kini refleks melebar sempurna. Bukannya tidak mau, hanya saja aku belum siap. Tapi ... jika menolak ajakkan suami, itu adalah dosa besar. Aku tidak mau malaikat akan mengutukku di malam itu.
Ohh ayolah, kini aku benar-benar sangat bimbang. Jujur aku memang sudah mulai mencintai Zaky, tapi apakah harus secepat ini? Oh iya, aku akui Zaky juga manusia normal, sudah dua bulan kita bersama, tidak mungkin dia tidak pernah menginginkanku. Mungkin saja keinginannya itu sudah ada sejak lama, namun dengan sekuat tenaganya dia menahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salat Tarawih [END]
Ficção AdolescenteDefinisi salat tarawih, bukan siapa yang datang lebih awal, tetapi siapa yang mampu bertahan hingga akhir. Pertama masuk, sudah disuguhi pemandangan yang menjengkelkan. Melihat anak Pak Kiai yang memakai cadar, ia sangat tidak suka. Pendapat Zaky, o...